IDENTIFIKASI JENIS HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) SAPI PERAH KECAMATAN CIBUNGBULANG DAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Prosedur

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

ESTIMASI KUALITAS HIJAUAN PAKAN MELALUI ANALISIS KADAR AIR DAN NITROGEN TANAH (STUDI KASUS DI KAWASAN HULU SUB DAS TUNTANG) SKRIPSI.

IV. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)

BAB III METODE PENELITIAN

JODY JANITRA ISKANDAR

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB IV METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

EFISIENSI PAKAN KOMPLIT DENGAN LEVEL AMPAS TEBU YANG BERBEDA PADA KAMBING LOKAL SKRIPSI. Oleh FERINDRA FAJAR SAPUTRA

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PRODUKSI DAN KUALITAS JERAMI TANAMAN PROSO MILLET (P. miliaceum L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI ARAS UREA DAN PUPUK KANDANG SKRIPSI.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

ISSN: x Buletin Makanan Ternak, 2017, 104 (1): 1-8

BAB III METODE PENELITIAN

NILAI KECERNAAN In Vitro RANSUM KOMPLIT BERBAHAN DASAR LIMBAH PERTANIAN DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA KAMBING KACANG JANTAN SKRIPSI.

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber :

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN LAKTOSA DAN AIR PADA SUSU SAPI PERAH SKRIPSI.

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

No Spesies F FR % K KR % INP %

POTENSI DAN DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN H A E R U D D I N

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR

TINGKAH LAKU MAKAN DAN RUMINASI KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh AGUNG RIYANTO

MATERI DAN METODE. Materi

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

MANAJEMEN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PENGGEMUKAN KAMBING BOER JAWA DI CV. KAMBING BURJA BATU, MALANG, JAWA TIMUR TUGAS AKHIR.

PENGARUH SUPLEMENTASI UREA DAN IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TOTAL PROTEIN DARAH, UREA DARAH, DAN MILK UREA NITROGEN

LAMPIRAN 2. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP KADAR HEMATOKRIT, UREA DAN GLUKOSA DARAH PADA SAPI MADURA JANTAN SKRIPSI.

PERFORMANS DARAH KAMBING PERANAKAN ETTAWA DARA YANG DIBERI RANSUM DENGAN TAMBAHAN UREA YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh : ELISA GEBI YANTI H2A

KHARISMA ANINDYA PUTRI H

MATERI DAN METODE. Materi

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT DAN KOMPOSISI HIJAUAN PAKAN DOMESTIK DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

TOTAL VFA, KONSENTRASI NH 3 DAN PRODUKSI PROTEIN MIKROBA RUMEN PADA SAPI JAWA YANG DIPELIHARA DENGAN PROPORSI KONSENTRAT YANG BERBEDA SKRIPSI.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

UJI MIKROBIOLOGIS FESES KELINCI PERIODE PERTUMBUHAN YANG DIBERI PAKAN PELLET DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH KUBIS FERMENTASI SKRIPSI.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

METODOLOGI PENELITIAN

PRODUKSI KARKAS, LUAS OTOT MATA RUSUK DAN YIELD GRADE KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG DI KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : BTARA PRAMU AJI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang

STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG

PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN DAN EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI POTONG BRAHMAN CROSS DI PT LEMBU JANTAN PERKASA SERANG BANTEN TUGAS AKHIR.

METODE. Materi. Metode

MANFAAT IKULIT BlJi KAK a cacae 1.j TERHADAP PERT UMBBBlABJ AVAM RAS PEDAGING SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) dan EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN DAUN SALVINIA MOLESTA PADA AYAM BROILER BETINA SKRIPSI. Oleh : EKA SEPTIADI

PEMANFAATAN ENERGI UNTUK PERTUMBUHAN AYAM BROILER AKIBAT PEMBERIAN TEPUNG DAUN PEPAYA DALAM RANSUM SKRIPSI. Oleh OKY KURNIATAMA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENGARUH IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT DAN SUPLEMENTASI UREA TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR, ASETAT DARAH DAN LEMAK SUSU SAPI Friesian Holstein

Transkripsi:

IDENTIFIKASI JENIS HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) SAPI PERAH KECAMATAN CIBUNGBULANG DAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR IKHWAN IBNU ARBI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Ikhwan Ibnu Arbi NIM D24100083

ABSTRAK IKHWAN IBNU ARBI. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan M AGUS SETIANA. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) merupakan kawasan peternakan sapi perah yang berdiri pada tahun 1995 dan terletak di Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis hijauan pakan yang tersebar di kawasan KUNAK menggunakan aplikasi sistem informasi geografis dan gps, mengukur keragaman, serta mengukur kandungan serat kasar dan protein kasarnya. Penelitian ini menggunakan aplikasi ArcGIS, analisis proksimat, analisis komposisi botani, dan analisis vegetasi. Hasil komposisi botani pada daerah KUNAK 1 adalah rumput Ottochloa nodosa (Kunth) 11.83 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 10.34 % dan Pennisetum purpureum Schum. 8.88 %. Pada KUNAK 2 yaitu Pennisetum purpureum Schum. 14.24 %, Ottochloa nodosa (Kunth) 13.37 % dan urutan ketiga yaitu Eleusine indica L. Gaertn 7.40%, sementara itu hasil analisis vegetasi terkait keragaman hijauan untuk KUNAK 1 dan 2 bernilai sedang. Kualitas protein kasar (PK) dan serat kasar (SK) pada Ottochloa nodosa (Kunth) masing-masing 9.1 % dan 28.4 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 7.4 % and 25.4 %, serta Pennisetum purpureum Schum. 8.6% dan 30.7%. Kata kunci: hijauan pakan, komposisi botani, KUNAK, sapi perah ABSTRACT IKHWAN IBNU ARBI. Identification of Forage in The Dairy Cattle Farm (KUNAK) Cibungbulang and Pamijahan District of Bogor Regency. Supervised by ASEP TATA PERMANA and M AGUS SETIANA. KUNAK is a dairy farm area which located at Cibungbulang and Pamijahan district, Bogor regency, it was built on 1995. The aim of this research was to identify types of forage of areas in KUNAK diversity analysis, and identification of its crude fiber and crude protein. This research used ArcGis application, descriptive analysis, proximate analysis, botanical composition analysis, and vegetation analysis. The result of botanical composition in KUNAK 1 is Ottochloa nodosa (Kunth) 11.83 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 10.34 % and Pennisetum purpureum Schum. 8.88 %, while in KUNAK 2 Pennisetum purpureum Schum. 14.24 %, Ottochloa nodosa (Kunth) 13.37 % and Eleusine indica L. Gaertn 7.40 %. Based on vegetation analysis, vegetation diversity in KUNAK 1 and 2 were clasified as medium. The result of proximate analysis, crude protein (CP) and crude fiber (CF) Ottochloa nodosa (Kunth) were 9.1 % and 28.4 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 7.4 % and 25.4 % and Pennisetum purpureum Schum. 8.6 % and 30.7 %. Keywords: botanical composition, dairy cattle, forage, KUNAK

IDENTIFIKASI JENIS HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) SAPI PERAH KECAMATAN CIBUNGBULANG DAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR IKHWAN IBNU ARBI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan Kabupaten Bogor Nama : Ikhwan Ibnu Arbi NIM : D24100083 Disetujui oleh Ir Asep Tata Permana, MSc Pembimbing I Ir M Agus Setiana, MS Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus: ( )

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah identifikasi, dengan judul Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan Kabupaten Bogor. Identifikasi hijauan pakan di kawasan KUNAK menjadi bahasan utama pada penelitian ini karena hijauan merupakan pakan utama bagi ternak sapi perah yang memproduksi susu. Keragaman hijauan yang tersebar di KUNAK dapat dijadikan sebagai pakan potensial sehingga mampu meningkatkan produktivitas hasil ternak di KUNAK. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tentu masih membutuhkan banyak hal agar dirasa cukup sebagai karya ilmiah yang layak. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan karya ilmiah ini di masa yang akan datang. Penulis sangat mengharapkan adanya manfaat yang bisa ditemukan dari skripsi ini baik bagi masyarakat dan peternak KUNAK terkhusus penulis secara pribadi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2014 Ikhwan Ibnu Arbi

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1 METODE PENELITIAN 2 Alat dan Bahan 2 Tempat dan Waktu Penelitian 2 Prosedur 2 Pengumpulan data 2 Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan 2 Pembuatan Peta Tematik 2 Analisis Komposisi Botani 3 Analisis Vegetasi 3 Kualitas Hijauan Pakan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Kondisi Umum KUNAK 4 Kondisi Peternakan KUNAK 5 Sejarah 5 Populasi Ternak 6 Produksi Susu 6 Karakteristik Peternak 7 Komposisi Botani Lokasi KUNAK 1 dan 2 9 Komposisi Botani KUNAK 1 9 Komposisi Botani KUNAK 2 12 Keragaman Jenis Hijauan Pakan KUNAK 1 dan 2 12 Kualitas Hijauan Pakan Lokasi KUNAK 15 SIMPULAN DAN SARAN 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 18 RIWAYAT HIDUP 24 UCAPAN TERIMA KASIH 24

DAFTAR TABEL 1 Perhitungan analisis vegetasi 4 2 Populasi ternak lokasi KUNAK 1 dan 2 6 3 Satuan ternak lokasi KUNAK 1 dan 2 6 4 Produksi susu KUNAK 1 dan 2 7 5 Karakteristik peternak KUNAK 1 dan 2 berdasarkan status kepemilikan 7 6 Karakteristik peternak KUNAK 1 dan 2 8 7 Komposisi botani KUNAK 1 9 8 Komposisi botani KUNAK 2 12 9 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 1 13 10 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 2 14 11 Analisis keragaman hijauan pakan KUNAK 1 dan 2 14 12 Kualitas nutrisi hijauan pakan di KUNAK 15 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram pembuatan peta 3 2 Peta lokasi KUNAK 1 dan 2 5 3 Peta komposisi botani KUNAK 1 10 4 Peta komposisi botani KUNAK 2 11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan komposisi botani KUNAK 1 18 2 Perhitungan komposisi botani KUNAK 2 18 3 Perhitungan jumlah satuan ternak (ST) lokasi KUNAK 20 4 Populasi ternak Sapi potong, ayam broiler, kambing, dan kuda (ekor) 20 5 Tetapan koefisien komposisi botani 20 6 Waypoints komposisi botani 21 7 Hijauan di lokasi penelitian 23

1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang terdapat berbagai jenis hijauan yang sangat melimpah dan beranekaragam. Pengelolaan sumberdaya yang tepat menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan (Seda 2006). Tingkat keragaman hijauan yang tinggi ini memiliki potensi besar dalam mengembangkan peternakan khususnya ternak ruminansia yang membutuhkan hijauan sebagai pakan utamanya. Menurut Soedrajat (2000), komponen utama dalam pengembangan peternakan adalah ketersediaan lahan, pakan, dan ternak. Kabupaten Bogor memiliki tingkat curah hujan pertahun cukup tinggi yang mencapai 2 400 mm tahun -1 (KPS-UPB 2012), sehingga menjadi daerah yang ditumbuhi banyak hijauan khususnya hijauan pakan ternak. Kebutuhan hijauan sebagai pakan ternak menjadi kunci yang sangat penting karena dibutuhkan secara terus-menerus untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak dan menjaga kestabilan dalam usaha peternakan. Syarief dan Sumoprastowo (1985) menyatakan kebutuhan rata-rata hijauan makanan ternak untuk ternak sapi perah yaitu 30 kg ekor -1 hari -1. Sementara Soetanto (1994) menyatakan jumlah minimum pemberian hijauan makanan ternak pada sapi laktasi sebanyak 36 kg hari -1 dengan konsentrat 12.7 kg hari -1. Di Kabupaten Bogor terdapat suatu kawasan yang merupakan salah satu sentra sapi perah yang menyuplai susu untuk pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia. Kawasan tersebut bernama KUNAK (Kawasan Usaha Peternakan) Sapi Perah yang terletak di Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan. Daerah KUNAK terbagi menjadi KUNAK 1 dan KUNAK 2. KUNAK 1 terletak di Kecamatan Cibungbulang dan KUNAK 2 di Kecamatan Pamijahan (KPS-UPB 2012). Produksi hasil ternak melibatkan banyak aspek kompleks dan salah satu faktor yang menentukan baik buruknya pertumbuhan ternak ruminansia adalah pakan (McDowell 1972). Kondisi KUNAK yang merupakan daerah peternakan sapi perah memiliki berbagai problem seperti kurangnya ketersediaan dan rendahnya kualitas hijauan pakan yang diberikan ke ternak sapi perah, sehingga produktivitasnya tidak stabil. Sejauh ini, para peternak KUNAK memberikan pakan berupa rumput atau legum baik yang ditanam di lahan sendiri atau dari lahan lainnya, jerami, konsentrat dan limbah pertanian yang ketersediaannya tidak pasti. Dalam penelitian sebelumnya, Dziyauddin (2012) menyimpulkan dari penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) bahwa KUNAK memerlukan lahan tambahan seluas 101.5 ha yang digunakan untuk menanam hijauan pakan sehingga bisa memenuhi kecukupan hijauan yang dibutuhkan ternak yang ada. Identifikasi jenis dan kualitas hijauan yang ada di KUNAK dapat memberikan solusi dalam penentuan pakan hijauan yang berpotensi diberikan ke ternak agar mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi keragaman dan penyebaran hijauan pakan di KUNAK.

2 METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah kuadran berukuran 0.5 m x 0.5 m, gunting, cutter, kantong sampel, plastik, alat tulis, kertas HVS A4, GPS merk Garmin Oregon seri 550, aplikasi ArcGIS 10.1, kamera dengan 16.1 megapixel, koran, kardus, alkohol 70%, label, log book, tali rafia, timbangan, dan kuisioner. Bahan yang digunakan yaitu kuisioner yang diberikan kepada peternak dengan metode wawancara dan bahan herbarium diambil dari pengamatan hijauan di seluruh titik sampel. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kabupaten Bogor seluas 94.41 ha. KUNAK 1 di Kecamatan Cibungbulang dan KUNAK 2 di Kecamatan Pamijahan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September hingga Desember 2013. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data yaitu berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder yang diambil yaitu data kepemilikan kavling dan ternak, produksi HMT, populasi ternak, produksi susu. Sementara data primer berupa data yang diambil dari observasi lapang dan wawancara dengan menggunakan kuisioner. Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Identifikasi rumput menggunakan herbarium hijauan dengan mengacu pada metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi herbarium. Pembuatan herbarium basah yaitu dengan cara mengambil bagian utama setiap jenis hijauan lalu disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman, kemudian diletakkan pada kertas HVS A4 atau koran dengan direkatkan selotip dan ditutup secara rapat dengan kardus. Data yang dicatat berupa nama identifikasi sendiri dan nama latin tiap jenis yang dicocokkan dengan literatur yang ada. Pembuatan Peta Tematik Dasar pembuatan peta dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan peta tematik yang berisi data spasial antara lain denah lokasi seluruh kavling, jalan, fasilitas, dan batas administrasi wilayah. Data spasial tersebut dipadukan dengan data vektor yang diperoleh dari atribut GPS agar data tersebut bisa diolah menjadi peta dalam format shp. Data vektor tersebut terdiri dari hasil GPS KUNAK 1 dengan atribut berisi 82 waypoints

dan 52 tracks, sementara KUNAK 2 dengan atribut berisi 78 waypoints dan 36 tracks. Software SIG (ESRI 1998) digunakan untuk mengolah data vektor, membuat atribut dan layer tambahan serta penerapan peta spasial sehingga bisa dibaca sebagai bentuk dan ukuran peta yang sebenarnya pada permukaan bumi. SIG digunakan untuk kalkulasi perjalanan dengan GPS dan untuk identifikasi serta merekam setiap perjalanan yang dilakukan (ESRI 1998). Data-data layer tersebut diolah menurut atribut-atribut dan diinterpolasikan dengan peta dasar. Diagram alur pembuatan peta dijelaskan pada Gambar 1 di bawah ini. 3 Peta dasar Global mapper 12 GPSGarmin Oregon 550 File.gps Arc Katalog Add shapefile Layer vektor Polygone Polyline Point Input data Peta.shp Peta hasil Gambar 1. Diagram pembuatan peta Analisis Komposisi Botani Analisis komposisi botani yang dilakukan dengan menggunakan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Metode ini digunakan untuk menaksir komposisi botani suatu kawasan. Dalam analisis ini digunakan bingkai kuadran 0.5 m x 0.5 m disebar secara acak sebanyak 75 kali untuk masing-masing KUNAK, kemudian dicatat spesies yang ada dan dihitung berdasarkan tetapan koefisien yang tercantum pada Lampiran 4 dan penetapan titik waypoints dengan menggunakan GPS yang dapat dilihat pada lampiran 5. Analisis Vegetasi Metode analisis vegetasi tumbuhan bawah tanah dengan dibuat petak pengamatan berukuran 20 m x 20 m, dengan 5 plot berukuran 2 m x 2 m didalam petak pengamatan lalu didapatkan frekuensi tanaman disetiap plot tersebut. Soerianegara dan Indrawan (2008) menyatakan beberapa rumus perhitungan dalam analisis vegetasi adalah INP (Indeks Nilai penting), H (Indeks Keragaman), R 1 (Indeks Kekayaan), E (Indeks Kemerataan), ID (Indeks Dominasi), dan IS (Indeks Kesamaan) sebagai berikut :

4 Tabel 1 Perhitungan analisis vegetasi Nilai Rumus Keterangan INP KR + FR INP : Indeks nilai penting K K : Kerapatan KR F FR H R 1 E ( - ) ( ( )) ( ) ID ( ) IS ( ) KR F FR H ni N R 1 S N E H S ID ni N IS w a : : : : : : : : : : : : : : : : : b : Sumber : Soerianegara dan Indrawan (2008) : Kerapatan relatif Frekuensi Frekuensi relatif Indeks keragaman jenis INP jenis i total INP Indeks kekayaan Jumlah jenis yang ditemukan Jumlah total individu Indeks kemerataan jenis Indeks keragaman jenis Jumlah jenis Indeks dominasi INP jenis i total INP Indeks kesamaan komunitas jumlah jenis yang sama antara komunitas a dan b jumlah jenis yang terdapat pada komunitas a jumlah jenis yang terdapat pada komunitas b Kualitas Hijauan Pakan Sampel hijauan yang telah diambil tiap daerah KUNAK 1 dan KUNAK 2 tertentu dianalisis berupa berat kering (BK), protein kasar (PK), dan serat kasar (SK). Analisa proksimat ini dilakukan di laboratorium sumberdaya hayati dan bioteknologi, Gedung Penelitian Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor. Jenis hijauan yang dianalisis adalah jenis yang menduduki peringkat terbanyak pertama, kedua, dan ketiga dalam komposisi botani. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum KUNAK Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah terletak di Jawa Barat, Kabupaten Bogor, berada dalam dua wilayah yaitu KUNAK 1 terletak di Gunung Sarangseng, Kecamatan Cibungbulang dengan luas 52.43 ha dan KUNAK 2 terletak di Gunung Geulis, Kecamatan Pamijahan dengan luas 41.98 ha. Lokasi ini berada diantara 06 37 046 LS -

06 38 180 LS dan 106 38 545 BT - 106 39 544 BT dengan ketinggian 350.7 451.3 mdpl dan suhu udara diantara 20-28 C serta curah hujan ratarata 2 400 mm tahun -1 (KPS-UPB 2012). Wilayah KUNAK 1 terdiri dari tiga kelompok peternak, yaitu kelompok Tertib, kelompok Segar, dan kelompok Bersih. Sementara wilayah KUNAK 2 terdiri dari tiga kelompok peternak yaitu kelompok Indah, kelompok Aman, dan kelompok Mandiri. 5 Kota Bogor KUNAK 1 KUNAK 2 Gambar 2 Peta lokasi KUNAK 1 dan 2 Kondisi Peternakan KUNAK Sejarah Sejarah awal mula berdirinya Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) didasarkan atas suatu tujuan untuk mengumpulkan para peternak-peternak sapi perah yang tersebar di lingkup Kabupaten dan Kota Bogor. Para peternak-peternak tersebut berkumpul untuk mengajukan bantuan pengembangan KUNAK, akhirnya pada tahun 1995 KUNAK mendapatkan bantuan Presiden Soeharto dan dilakukan pembangunan selama dua tahun sampai awal tahun 1997. Pada tanggal 7 Januari 1997, Presiden Soeharto meresmikan KUNAK sebagai kawasan usaha peternakan sapi perah (KPS- UPB 2012). Daerah yang dipilih sebagai kawasan peternakan ini berada di Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan, karena pada tahun tersebut sudah banyak komunitas peternak sapi perah yang tinggal disana, selain itu daerah KUNAK juga tidak terlalu dekat dengan permukiman masyarakat sehingga tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar.

6 Populasi Ternak Populasi ternak yang tercatat di KPS Bogor untuk wilayah KUNAK 1 dan KUNAK 2 selain sapi perah terdapat berbagai macam ternak lainnya yaitu sapi potong, ayam broiler, kambing, dan kuda yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Populasi sapi perah yang ada di KUNAK yaitu terdiri dari induk laktasi, induk kering, jantan dewasa, dara bunting, dara kosong, pedet betina, dan pedet jantan. Lokasi KUNAK 1 jumlah ternak sapi perah dewasa sebanyak 484 ekor (481.40 ST), sapi muda 149 ekor (89.64 ST), dan ternak pedet sebanyak 197 ekor (49.8 ST). Sementara lokasi KUNAK 2 jumlah ternak dewasa sebanyak 737 ekor (736.27 ST), sapi muda sebanyak 69 ekor (43.55 ST), dan ternak pedet sebanyak 231 ekor (57.04 ST). Data populasi ternak di KPS Bogor dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. No Kelompok Lokasi Tabel 2 Populasi ternak lokasi KUNAK 1 dan 2 Induk laktasi Dewasa (ekor) Muda (ekor) Anak (ekor) Induk Jan Bun Kering tan ting Kosong Betina Jan tan 1 Tertib KUNAK 1 158 15 1 9 27 33 17 2 Segar KUNAK 1 150 4 5 4 79 47 54 3 Bersih KUNAK 1 132 18 1 14 16 25 21 4 Indah KUNAK 2 135 21 9 4 24 30 62 5 Aman KUNAK 2 196 86 17 5 15 51 23 6 Mandiri KUNAK 2 194 46 30 0 21 32 33 Sumber: KPS Bogor (2014) Tabel 3 Satuan ternak lokasi KUNAK 1 dan 2 Lokasi Jumlah ternak (ekor)* Jumlah ternak (ST)** Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak KUNAK 1 484 149 197 481.40 89.64 49.80 KUNAK 2 737 69 231 736.27 43.55 57.04 *Sumber: Data KPS Bogor (2014); **Hasil perhitungan menurut satuan ternak Produksi Susu KUNAK 1 dan KUNAK 2 adalah kawasan dimana peternaknya merupakan anggota KPS Bogor yang ditugaskan untuk memproduksi susu dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Sejauh ini, KUNAK 1 mampu menghasilkan rata-rata 5 406 ± 60.11 liter hari -1 dan KUNAK 2 mampu menghasilkan rata-rata 4 125 ± 71.16 liter hari -1. Angka tersebut masih terbilang sangat kecil jika melihat populasi induk laktasi yang mencapai 965 ekor atau setara dengan 51.77% dari total populasi yang ada. Kondisi ini terjadi karena tidak semua peternak yang menyetorkan susunya ke KPS KUNAK, beberapa peternak lebih memilih menjual keluar KUNAK karena harga jual yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan data produksi susu riil KUNAK 1 dan 2 lebih tinggi dibandingkan dengan data produksi susu yang terekam di KPS Bogor yang hanya mencapai 6 907 ± 431.53.

Tabel 4 Produksi susu KUNAK 1 dan 2 Lokasi Produksi riil (liter hari -1 ) Data KPS Bogor (liter hari -1 ) KUNAK 1 5 406 ± 60.11 6 907 ± 431.53 KUNAK 2 4 125 ± 71.16 Sumber: Pengolahan data primer dan sekunder (2014) Tabel 4 menunjukkan data produksi susu yang dihasilkan peternak KUNAK 1 dan 2 dengan data produksi susu yang terekam di KPS Bogor, kenyataannya jumlah produksi susu yang terekam di KUNAK lebih sedikit dibandingkan dengan data yang didapatkan secara langsung ke peternak. Jumlah yang tidak tercantum oleh KPS Bogor mencapai 2 624 liter hari -1, hal ini dikarenakan banyak peternak yang menjual susu ke luar KPS KUNAK untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi. Karakteristik Peternak Karakteristik peternak KUNAK terbagi berdasarkan umur peternak, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan utama, dan lama beternak. Karakteristik peternak KUNAK 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 5. 16.52 ± 8.87 16.77 ± 6.47 Tabel 5 Karakteristik peternak di KUNAK 1 dan 2 berdasarkan status kepemilikan KUNAK 1 KUNAK 2 Parameter Pemilik Pemilik Gaduhan sendiri sendiri Gaduhan Peternak (orang) 3 40 4 28 Jumlah ternak (ST) orang -1 19.30 ± 3.78 17.08 ± 8.02 Pendidikan 12.67 ± 4.71 6.00 ± 1.18 12.50 ± 4.09 6.86 ± 1.77 formal (tahun)* Pengalaman (tahun) 14.00 ± 7.12 8.92 ± 4.11 12.00 ± 5.79 9.75 ± 4.41 Umur (tahun) 35.67 ± 1.89 36.05 ± 7.03 40.50 ± 3.84 40.93 ± 12.77 * Lulus SD: 6 tahun, SMP: 9 tahun, SMA: 12 tahun, S1: 16 tahun. Karakteristik peternak di KUNAK dibedakan berdasarkan kepemilikan pribadi dan gaduhan yang disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil sidik ragam, karakteristik peternak di KUNAK berdasarkan status kepemilikannya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Berdasarkan rataan tingkat pendidikan, pengalaman, dan umur karakteristik peternak dari kepemilikan sendiri relatif lebih tinggi dibandingkan kepemilikan gaduhan, namun rataan tingkat kepemilikan ternak gaduhan lebih tinggi dibandingkan dengan kepemilikan sendiri. Hal ini dimungkinkan semakin banyak pemilik ternak yang enggan memelihara sendiri ternaknya sehingga membutuhkan bantuan dari peternak gaduhan. Pengalaman beternak pemilik sendiri jauh lebih lama dibandingkan dengan dengan peternak gaduhan, hal ini dimungkinkan karena peternak sendiri lebih menyukai pekerjaan sebagai peternak sejak muda, sementara peternak gaduhan memilih beternak sebagai suatu pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Pengalaman beternak 7

8 merupakan indikator keberhasilan dalam beternak sehingga dapat meningkatkan produksi pada masa yang akan datang (Hoda 2002). Parameter Tabel 6 Karakteristik peternak KUNAK 1 dan 2 KUNAK 1 KUNAK 2 Responden Persentase Responden (peternak) (%) (peternak) Persentase (%) Umur (tahun) 21-30 8 18.6 5 15.6 31-40 23 53.5 11 34.4 41-50 11 25.6 12 37.5 >50 1 2.3 4 12.5 Pendidikan* SD 38 88.4 23 71.9 SMP 2 4.7 4 12.5 SMA 1 2.3 3 9.3 D3 dan S1 2 4.7 2 6.2 Pekerjaan Utama Peternak 42 97.7 31 96.9 Lainnya 1 2.3 1 3.1 Lama beternak (tahun) 1 5 10 23.3 6 18.8 6 10 17 39.5 12 37.5 11 20 16 37.2 14 43.75 Sumber: Pengolahan data primer (2014); *Lulus SD: 6 tahun, SMP: 9 tahun, SMA: 12 tahun, S1: 16 tahun. Berdasarkan umur peternak, kategori terbanyak adalah peternak yang berusia dalam rentang 31-40 tahun baik KUNAK 1 maupun KUNAK 2 yaitu sebanyak 53.5% dan 34.4%. Rentang umur 31-40 dalam beternak merupakan umur yang masih tergolong produktif, karena peternak masih mampu untuk melakukan pekerjaannya sebagai peternak seperti mengarit rumput untuk memenuhi konsumsi ternak setiap harinya. Sementara berdasarkan tingkat pendidikannya, di lokasi KUNAK 1 terdapat 88.4% peternak adalah lulusan SD, lulusan SMP 4.7%, lulusan SMA 2.3%, serta D3 dan S1 sebanyak 4.7%, sementara di KUNAK 2 terdapat 71.29% peternak lulusan SD, 12.5% lulusan SMP, 9.3% lulusan SMA, dan 6.2% lulusan D3 dan S1. Mubyarto (1986) menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak akan memengaruhi pola berpikir, kemampuan belajar, dan taraf intelektual. Dengan pendidikan formal maupun informal maka peternak akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah merespon suatu inovasi yang menguntungkan bagi usahanya. Berdasarkan pekerjaan, 97.7% peternak KUNAK 1 dan 96.9% peternak KUNAK 2 menempatkan pekerjaan beternak sebagai pekerjaan utamanya, sementara hanya 2.3% peternak KUNAK 1 dan 3.1% peternak KUNAK 2 yang memiliki pekerjaan lain dan beternak sebagai pekerjaan

sampingan. Tingginya presentase beternak sebagai pekerjaan utama dimungkinkan karena sistem pemeliharaan sapi perah yang dilakukan secara intensif sehingga sulit untuk meluangkan waktu mencari pekerjaan lain. Menurut Sudono (1999) bahwa salah satu keuntungan dalam usaha ternak sapi perah adalah memberikan jaminan pendapatan. Sementara berdasarkan lama beternak, 39.5% peternak di KUNAK 1 menyatakan telah beternak selama 6-10 tahun dan 37.2% lainnya menyebutkan telah beternak selama 11-20 tahun. Hal ini dimungkinkan karena alasan kesukaan peternak dalam beternak sehingga lebih memilih untuk memelihara sapi perah dalam jangka waktu yang lama. Komposisi Botani Wilayah KUNAK 1 dan 2 Komposisi Botani KUNAK 1 Identifikasi hijauan makanan ternak yang ada di daerah KUNAK 1 dan 2 menggunakan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963), komposisi botani dengan menentukan presentase hijauan yang tersebar di beberapa titik. Hasil komposisi botani KUNAK 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 berikut. Tabel 7 Komposisi botani KUNAK 1 No Jenis Nama latin Nama lokal % Jenis 1 Rumput Ottochloa nodosa (Kunth) - 11.83 2 Rumput Brachiaria ruziziensis Mez. - 10.34 3 Rumput Pennisetum purpureum Schum. Rumput gajah 8.88 4 Rumput Panicum maximum var. - 8.53 Gatton 5 Rumput Axonopus affinis Chase. - 7.19 6 Rumput Cenchrus ciliaris L. - 7.01 7 Rumput Brachiaria mutica (Forsk.) - 6.19 Stapf 8 Rumbah Wedelia montana var pilosa Jotang liar 5.05 H. 9 Rumput Eleusine indica (L.) Gaertn Ki pait 5.03 10 Rumbah Eupathorium odoratum L.f. Jotang munding 2.95 Sumber: Pengolahan data primer (2014) 9

12 Komposisi Botani KUNAK 2 Tabel 9 Komposisi botani KUNAK 2 No Jenis Nama latin Nama lokal % Jenis 1 Rumput Pennisetum purpureum Schum. Rumput 14.24 gajah 2 Rumput Ottochloa nodosa (Kunth) - 13.37 3 Rumput Eleusine indica L. Gaertn Ki pait 7.40 4 Legum Mimosa pudica L. Putri malu 6.92 5 Rumput Brachiaria ruziziensis Mez. Lamata 5.60 6 Rumput Axonopus affinis Chase. - 4.54 7 Rumput Panicum repens L. Jajahean 4.54 8 Rumput Axonopus compressus (Sw.) P. Lelempeng 3.49 Beauv 9 Rumput Imperata cylindrica Beauv. Alang-alang 3.49 10 Rumput Brachiaria mutica (Forsk.) - 3.20 Stapf Sumber: Pengolahan data primer (2014) Komposisi botani KUNAK 1 didominasi oleh Ottochloa nodosa (Kunth) sebesar 11.83 %, Brachiaria ruziziensis Mez. sebesar 10.34 %, dan Pennisetum purpureum Schum. sebesar 8.88%. Sementara lokasi KUNAK 2 yaitu didominasi Pennisetum purpureum Schum. sebesar 14.24 %, Ottochloa nodosa (Kunth) sebesar 13.37 % dan urutan ketiga yaitu Eleusine indica (L.) Gaertn sebesar 7.40 %. Menurut Suryaningtyas dan Terry (1993), Ottochloa nodosa (Kunth) adalah rumput yang tumbuh dengan panjang diantana 30-120 cm. Penyebaran rumput ini utamanya di kawasan Asia Tenggara, rumput ini tumbuh di perkebunan dan pinggiran lahan atau ladang yang luas. Perbedaan komposisi botani antara KUNAK 1 dan KUNAK 2 di mungkinkan karena lokasi pengambilan titik sampel yang berbeda sehingga mempengaruhi jenis hijauan yang ditemukan. Pemanfaatan lahan kosong di KUNAK 2 banyak ditanami Pennisetum purpureum Schum. dan di jadikan kebun rumput yang ditanami jenis rumput tersebut, sehingga Pennisetum purpureum Schum. mendominasi komposisi botani, sementara pada daerah KUNAK 1 Ottochloa nodosa (Kunth) lebih dominan karena lokasi KUNAK 1 yang berbukit dan terdapat beberapa bangunan pemukiman warga yang bukan berprofesi sebagai peternak. Keragaman Jenis Hijauan Pakan KUNAK 1 dan KUNAK 2 Keragaman jenis hijauan pakan dapat diketahui melalui analisis vegetasi. Soerianegara dan Indrawan (1998) menyatakan bahwa analisis vegetasi adalah suatu metode untuk mempelajari susunan dari bentuk vegetasi tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dinilai dari Indeks Nilai Penting (INP) yang didapatkan dari penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dengan Frekuensi Relatif (FR). Menurut Indriyanto (2006) kerapatan adalah jumlah individu organisme per satuan ruang. Sedangkan frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies terhadap jumlah total sampel, sehingga spesies yang paling

dominan tentu memiliki nilai INP yang paling besar. Nilai INP dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11. Tabel 10 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 1 No Nama latin Nama Jumlah KR FR INP* lokal individu (%) (%) (%) 1 Ottochloa nodosa - 100 21.01 12 33.01 (Kunth) 2 Eupathorium odoratum Jotang 54 11.34 12 23.34 L.f. munding 3 Cenchrus ciliaris L. - 52 10.92 12 22.92 4 Pennisetum purpureum Rumput 61 12.82 4 16.82 Schum gajah 5 Brachiaria mutica Lamata 39 8.19 8 16.19 6 Brachiaria ruziziensis - 21 4.41 8 12.41 Mez. 7 Eleusine indica (L.) Ki pait 40 8.40 4 12.40 Gaertn 8 Brachiaria decumbens - 17 3.57 8 11.57 (Stapf) 9 Mimosa pudica L. Putri 11 2.31 8 10.31 malu 10 Amaranthus gracilis Desf. - 29 6.09 4 10.09 Sumber: Pengolahan data primer (2014); *Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997), KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting Tabel 11 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 2 No Nama latin Nama lokal Jumlah KR FR INP* individu (%) (%) (%) 1 Mimosa pudica L. Putri malu 65 11.86 13.64 25.50 2 Pennisetum purpureum Schum. Rumput gajah 55 10.04 13.64 23.67 3 Brachiaria mutica Lamata 56 10.22 9.09 19.30 (Forssk.) Stapf 4 Imperata cylindrica Alangalang 77 14.05 4.55 18.60 Beauv. 5 Panicum repens L. Jajahean 57 10.40 4.55 14.95 6 Cenchrus ciliaris L. - 26 4.75 9.09 13.84 7 Axonopus affinis - 48 8.76 4.55 13.30 Chase. 8 Axonopus compressus Lelempeng 36 6.57 4.55 11.12 (Sw.) P. Beauv 9 Eleusine indica (L.) Ki pait 30 5.47 4.55 10.02 Gaertn 10 Ottochloa nodosa (Kunth) - 25 4.56 4.55 9.11 Sumber: Pengolahan data primer (2014); *Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997), KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting 13

14 Lokasi KUNAK 1 memiliki keragaman dengan total jenis hijauan sebanyak 15 jenis, Tabel 10 menunjukkan 10 jenis hijauan yang mendominasi keragaman yang didaerah masing-masing. Pada lokasi ini, nilai INP tertinggi yaitu pada Ottochloa nodosa (Kunth) sebesar 33.01 %, kemudian Eupatorium odoratum 23.34 % dan Cenchrus ciliaris L. 22.92 %, sementara di daerah KUNAK 2 dengan total 16 jenis hijauan. Nilai INP tertinggi di lokasi ini yaitu legum Mimosa pudica L. sebesar 25.50 %, Pennisetum purpureum Schum. sebesar 23.67 % dan Brachiaria mutica (Forssk.) Stapf sebesar 19.30 %. Analisis Keanekaragaman Hijauan Pakan KUNAK 1 dan 2 Tabel 12 Analisis keragaman hijauan pakan KUNAK 1 dan 2 Lokasi H R 1 E ID IS (%) KUNAK 1 2.56 2.27 0.94 0.09 83.87 KUNAK 2 2.66 2.38 0.96 0.08 Sumber: Pengolahan data primer (2014); H (Indeks keragaman), R 1 (Indeks kekayaan), E (Indeks kemerataan), ID (Indeks dominasi), dan IS (Indeks kesamaan). Keanekaragaman hijauan pakan dapat dianalisis berdasarkan Indeks Keragaman Jenis (H ) yang menggambarkan ciri tingkatan komunitas di suatu lokasi, Indeks Kekayaan Jenis (R 1 ), Indeks Kemerataan Jenis (E) menunjukkan bagaimana kelimpahan jenis terdistribusi secara merata pada banyaknya individu yang ada, Indeks Dominasi Jenis (ID) yang merupakan parameter untuk menunjukkan spesies hijauan yang dominan di dalam suatu komunitas, dan Indeks Kesamaan (IS) yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, unit sampling, atau komunitas. Menurut Magurran (1988) nilai keanekaragaman jenis rendah jika H < 2.0, sedang 2.0 < H < 3.0; dan tinggi H > 3.0. Dilihat dari Tabel 12, pada analisis keragaman jenis (H ), nilai H antara KUNAK 1 dan KUNAK 2 tidak begitu berbeda jauh yaitu 2.56 dan 2.66. Nilai tersebut menandakan bahwa daerah KUNAK 1 dan KUNAK 2 memiliki tingkat keanekaragaman hijauan yang sedang. Nilai Indeks Kekayaan Jenis (R 1 ) menurut Indriyanto (2005) bahwa jika R>1 maka nilai kekayaan jenis tinggi dan pada daerah tersebut memiliki jenis yang banyak, sedangkan jika R<1 maka nilai kekayaan jenisnya rendah untuk KUNAK 1 dan KUNAK 2 berturut-turut yaitu 2.27 dan 2.38, artinya nilai tersebut tergolong tinggi. Magurran menyatakan bahwa nilai kemerataan jenis tergolong rendah jika E < 3.0, sedang jika 3.0 < E < 6.0, dan tinggi jika E > 6.0. Indeks kemerataan jenis tinggi menunjukkan bahwa tidak ada dominasi suatu hijauan yang tumbuh pada suatu ekosistem, sementara jika indeks kemerataan rendah artinya ada suatu hijauan yang mendominasi pada suatu ekosistem. Nilai Indeks Kemerataan (E) KUNAK 1 dan KUNAK 2 yaitu 0.94 dan 0.96 yang berarti bahwa kemerataan jenis hijauan yang ada di dua lokasi tersebut tergolong rendah dengan E < 3.0, sehingga di lokasi KUNAK 1 dan 2 ada dominasi suatu jenis hijauan yang tumbuh didaerah tersebut.

Nilai indeks dominasi jenis menurut Krebs (1978), yang mendekati angka nol, artinya beberapa jenis hijauan pakan mendominasi bersama-sama suatu ekosistem yang ada dan dominasi jenis per-individunya rendah. Indeks Dominasi Jenis pada KUNAK 1 dan KUNAK 2 didapat dengan nilai 0.09 dan 0.08. Pada KUNAK 1 dan KUNAK 2 menunjukkan bahwa terdapat dominasi vegetasi oleh beberapa jenis hijauan. Indeks Kesamaan (IS) merupakan cara untutk mengetahui tingkatan kesamaan vegetasi yang ada dari dua area. Menurut Istomo dan Kusmana` (1997) nilai IS menunjukkan perbedaan vegetasi didua tempat berbeda jika IS<75%. Soerianegara dan Indrawan (1998) mengatakan nilai IS yang mendekati 100 % menunjukkan tingkat kesamaan vegetasi yang tinggi di antara dua komunitas. IS antara KUNAK 1 dan KUNAK 2 bernilai 83.87 %. Sehingga nilai tersebut menunjukkan tingkat kesamaan vegetasi yang tinggi pada lokasi tersebut. Kualitas Hijauan Pakan KUNAK Tabel 13 Kualitas nutrisi hijauan pakan di KUNAK 1 dan 2 Nama Latin PK (%)* SK (%)** Ottochloa nodosa (Kunth) 1) 9.1 28.4 Brachiaria ruziziensis Mez. 1) 7.4 25.4 Pennisetum purpureum Schum. 1) 8.6 30.7 Eleusine indica (L.) Gaertn 1) 8.1 26.5 1) Hasil analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor (2014); *PK (protein kasar), **SK (serat kasar). Kualitas hijauan pakan yang dominan tersebar di KUNAK yaitu Ottochloa nodosa (Kunth) dengan PK 9.1%, Brachiaria ruziziensis Mez. 7.4%, Pennisetum purpureum Schum. 8.6%, dan Eleusine indica (L.) Gaertn 8.1%. Nilai PK tertinggi adalah Ottochloa nodosa (Kunth) sebesar 9.1%, sedangkan nilai PK Pennisetum purpureum Schum. 8.6%, namun peternak lebih memilih menggunakan Pennisetum purpureum Schum. karena kuantitas produksinya yang lebih banyak dibandingkan lainnya. Jenis Pennisetum purpureum Schum. yang banyak ditanami oleh peternak dan dijadikan pakan hijauan utama di KUNAK memiliki nilai yang cukup baik yaitu 8.6%. Menurut Lowry B.J et all (1992) pada Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) menyatakan bahwa kandungan PK Pennisetum purpureum yaitu 7% pada masa panen empat minggu dan 10% pada masa panen 6 minggu. Sementara itu, kandungan serat kasar (SK) yang terkandung pada Ottochloa nodosa (Kunth) 28.4%, Brachiaria ruziziensis Mez. 25.4%, Pennisetum purpureum Schum. 30.7%, dan Eleusine indica (L.) Gaertn 26.5%. 15

16 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Identifikasi hijauan pakan KUNAK 1 dengan dominasi terbanyak berasal dari rumput Ottochloa k nodosa (Kunth), Brachiaria ruziziensis Mez. dan Pennisetum purpureum Schum., sementara KUNAK 2 ditemukan Pennisetum purpureum Schum., Ottochloa nodosa (Kunth) dan Eleusine indica (L.) Gaertn. Keragaman hijauan di lokasi KUNAK 1 dan 2 bernilai sedang. Saran Menindaklanjuti penelitian ini, diharapkan adanya penelitian dalam menentukan kualitas hijauan pakan yang diambil secara komposit sebagaimana pakan yang dikonsumsi ternak setiap harinya. DAFTAR PUSTAKA Dziyauddin M. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Melihat Penyediaan Hijauan Pakan dan Pemanfaatan Lahan di Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [ESRI] Environmental Systems Research Institute. 1998. Understanding GIS-The Arc/Info Method. New York (US): John Wiley and Sons inc. Hoda A. 2002. Potensi pengembangan sapi potong pola usaha tani terpadu di wilayah Maluku Utara. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kusmana C. 1997. Metode Survei Vegetasi. Bogor (ID): IPB Pr. Lowry JB, Petheram RJ, Tangendjaja B. 1992. Plants Fed to Village Ruminants in Indonesia. Canberra (AU): ACIAR. Krebs CJ. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and Abudance. New York (US): Harper and Row Publisher. [KPS-UPB] Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor. 2012. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KPS-Bogor Tahun Buku 2012. Bogor (ID): KPS Bogor. [KPS-UPB] Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor. 2013. Laporan Sementara Pengurus KPS-Bogor tahun 2013. Bogor (ID): KPS Bogor. Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton NJ (US): Princeton University Pr. Mannetje L, Haydock KP. 1963. The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J Brit Grassl Soc. 18 (4): 268-275.

Mc Dowell RE. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climates. San Francisco (US): Freeman. Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): LP3ES. Soedrajat S. 2000. Potensi dan Prospek Bahan Pakan Lokal dalam Menggembangkan Industri Peternakan di Indonesia. Bogor (ID). Buletin Peternakan. Edisi Tambahan: 11-15. Soerianegara I dan Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soetanto, H. 1994. Upaya Efisiensi Penggunaan Konsentrat dalam Ransum Sapi Perah Laktasi. Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah. 26 Maret 1994. Pasuruan (ID): Sub Balai Penelitian Ternak Grati. Vol. 46 439-456. Stone BC. 1983. A Guide to Collecting Pandanaceae (Pandanus, Freycinetia, Sararanga). Ann Missouri Bot Gard. 70: 137-14. Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Sapi Perah. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Suryaningtyas H, Terry PJ. 1993. Critical Period of Weed Competition in Rubber Seedlings. Proceedings of an International Conference. 22-25 November 1993. Brighton (UK): Farnham. Vol. 3 1177-1181. Syarief MZ, Sumoprastowo RM. 1985. Ternak Perah. Jakarta (ID): Yasaguna. 17

18 LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan komposisi botani KUNAK 1 No Nama latin Ranking Konversi Jumlah d % 1 a 2 b 3 c 1 2 3 jenis e 1 Ottochloa nodosa 7 10 1 56.28 24.1 1 81.28 11.83 (Kunth.) 2 Brachiaria 8 2 2 64.32 4.82 2 71.14 10.34 ruziziensis Mez. 3 Pennisetum 7 2 2 56.28 4.82 0 61.1 8.88 purpureum Schum. 4 Pannicum 5 3 2 56.28 2.41 0 58.69 8.53 maximum var. Gatton 5 Axonopus affinis 6 0 0 40.20 7.23 2 49.43 7.19 Chase. 6 Cenchrus ciliaris 5 1 0 48.24 0.00 0 48.24 7.01 L. 7 Brachiaria mutica 3 4 1 40.20 2.41 0 42.61 6.19 (Forsk.) Stapf. 8 Wedelia montana var. pilosa H. 3 4 1 24.12 9.64 1 34.76 5.05 9 Eleusine indica 4 1 0 32.16 2.41 0 34.57 5.03 (L.) Gaertn 10 Amaranthus 0 8 1 0.00 19.2 1 20.28 2.95 gracilis Desf. 8 11 Melastoma malabathricum L. 2 1 1 16.08 2.41 1 19.49 2.83 12 Panicum repens 2 1 0 16.08 2.41 0 18.49 2.69 L. 13 Leucaena 2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.34 leucocephala Lamk. 14 Paspalum 2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.34 dilatatum Poir. 15 Cromolaena odorata (L.) R.M. King 1 2 1 8.04 4.82 1 13.86 2.01 16 Lantana camara 1 0 0 8.04 0.00 0 8.04 1.17 L. 17 Brachiaria 1 0 0 8.04 0.00 0 8.04 1.17 decumbens (Stapf) Total 602.28 100 a: konversi ranking 1 = rangking 1 x 8.04, b: konversi ranking 2 = rangking 2 x 2.41, c: konversi ranking 3 = rangking 3 x 1, d: jumlah = konversi R1 + konversi R2 + konversi R3, e: % Jenis = (jumlah jenis hijauan/total jumlah jenis hijauan) x 100%

Lampiran 2 Perhitungan komposisi botani KUNAK 2 No Nama latin Ranking Konversi Jumlah d % 1 a 2 b 3 c 1 2 3 jenis e 1 Pennisetum 11 7 3 88.44 16.87 3 108.31 14.24 purpureum Schum. 2 Ottachloa nodosa (Kunth.) 10 8 2 80.40 19.28 2 101.68 13.37 3 Eleusine indica 7 0 0 56.28 0.00 0 56.28 7.40 (L.) Gaertn 4 Mimmosa pudica 4 6 6 32.16 14.46 6 52.62 6.92 L. 5 Brachiaria 5 1 0 40.20 2.41 0 42.61 5.60 ruziziensis Mez. 6 Axonopus affinis 4 1 0 32.16 2.41 0 34.57 4.54 Chase. 7 Panicum repens 4 1 0 32.16 2.41 0 34.57 4.54 L. 8 Axonopus 3 1 0 24.12 2.41 0 26.53 3.49 compressus (Swartz.) Beauv 9 Imperata 3 1 0 24.12 2.41 0 26.53 3.49 cylindrica Beauv. 10 Brachiaria 2 3 1 16.08 7.23 1 24.31 3.20 mutica (Forsk.) Stapf 11 Ageratum conyzoides L. 2 1 1 16.08 2.41 1 19.49 2.56 12 Chloris gayana 2 1 0 16.08 2.41 0 18.49 2.43 Kunth. 13 Wedelia montana 1 4 0 8.04 9.64 0 17.68 2.32 var. Pilosa H. 14 Cenchrus ciliaris 2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.11 L. 15 Paspalum 2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.11 dilatatum Poir. 16 Gliricidia 2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.11 maculata (H.B.K) Steud. Total 611.91 100 a: konversi ranking 1 = rangking 1 x 8.04, b: konversi ranking 2 = rangking 2 x 2.41, c: konversi ranking 3 = rangking 3 x 1, d: jumlah = konversi R1 + konversi R2 + konversi R3, e: % Jenis = (jumlah jenis hijauan/total jumlah jenis hijauan) x 100% 19

20 Lampiran 3 Perhitungan jumlah ternak (ST) lokasi KUNAK Jenis Jumlah Konversi Lokasi ternak (ekor) D 1) M 2) A 3) Jumlah ternak (ST)* KUNAK 1 Sapi perah 830 481.40 89.64 49.80 420.24 KUNAK 2 Sapi perah 1 037 736.27 43.55 57.04 836.86 Konversi Lokasi Ternak D M A a Persentase (%) KUNAK 1 Sapi perah 58 18 24 KUNAK 2 Sapi perah 71 7 22 b Konversi satuan KUNAK 1 Sapi perah 1 0.6 ternak (ST) dan KUNAK 2 0.25 1) D: dewasa; 2) M: muda; 3) A: anak; *jumlah ternak (ST) = jumlah ternak (ekor) x b ( ) x 100 Lampiran 4 Populasi ternak sapi potong, ayam broiler, kambing, dan kuda (ekor) Lokasi Sapi potong Ayam broiler Kambing Kuda KUNAK 1 27 10 000 25 0 KUNAK 2 37 0 164 3 Lampiran 5 Tetapan koefisien komposisi botani Ranking Tetapan koefisien 1 8.04 2 2.41 3 1

21 Lampiran 6 Waypoints komposisi botani KUNAK 1 KUNAK 2 Titik Titik Lokasi ke - ke- Lokasi 1 S6 o 37.041 E106 o 39.123 1 S6 o 37.312 E106 o 38.311 2 S6 o 37.053 E106 o 39.124 2 S6 o 37.315 E106 o 38.312 3 S6 o 37.068 E106 o 39.128 3 S6 o 37.326 E106 o 38.315 4 S6 o 37.076 E106 o 39.132 4 S6 o 37.328 E106 o 38.317 5 S6 o 37.088 E106 o 39.136 5 S6 o 37.332 E106 o 38.318 6 S6 o 37.094 E106 o 39.141 6 S6 o 37.335 E106 o 38.321 7 S6 o 37.096 E106 o 39.148 7 S6 o 37.339 E106 o 38.324 8 S6 o 37.117 E106 o 39.152 8 S6 o 37.346 E106 o 38.326 9 S6 o 37.119 E106 o 39.155 9 S6 o 37.349 E106 o 38.327 10 S6 o 37.122 E106 o 39.159 10 S6 o 37.366 E106 o 38.329 11 S6 o 37.124 E106 o 39. 163 11 S6 o 37. 375 E106 o 38.331 12 S6 o 37.125 E106 o 39.166 12 S6 o 37.384 E106 o 38.333 13 S6 o 37.138 E106 o 39.169 13 S6 o 37.412 E106 o 38.336 14 S6 o 37.130 E106 o 39.172 14 S6 o 37.417 E106 o 38.336 15 S6 o 37.132 E106 o 39.174 15 S6 o 37.421 E106 o 38.337 16 S6 o 37.137 E106 o 39.181 16 S6 o 37.425 E106 o 38.338 17 S6 o 37.147 E106 o 39.189 17 S6 o 37.447 E106 o 38.339 18 S6 o 37.149 E106 o 39.192 18 S6 o 37.449 E106 o 38.343 19 S6 o 37.143 E106 o 39.197 19 S6 o 37.456 E106 o 38.340 20 S6 o 37.145 E106 o 39.217 20 S6 o 37.483 E106 o 38.340 21 S6 o 37.154 E106 o 39.236 21 S6 o 37.501 E106 o 38.341 22 S6 o 37.159 E106 o 39.247 22 S6 o 37.503 E106 o 38.341 23 S6 o 37.164 E106 o 39.253 23 S6 o 37.505 E106 o 38.342 24 S6 o 37.167 E106 o 39.263 24 S6 o 37.506 E106 o 38.342 25 S6 o 37.161 E106 o 39.279 25 S6 o 37.507 E106 o 38.345 26 S6 o 37.261 E106 o 39.033 26 S6 o 37.641 E106 o 38.411 27 S6 o 37.261 E106 o 39.038 27 S6 o 37.646 E106 o 38.414 28 S6 o 37.261 E106 o 39.039 28 S6 o 37.658 E106 o 38.415 29 S6 o 37.261 E106 o 39.043 29 S6 o 37.659 E106 o 38.421 30 S6 o 37.261 E106 o 39.049 30 S6 o 37.661 E106 o 38.427 31 S6 o 37. 261 E106 o 39.051 31 S6 o 37.667 E106 o 38.432 32 S6 o 37.271 E106 o 39.055 32 S6 o 37.672 E106 o 38.437 33 S6 o 37. 273 E106 o 39.059 33 S6 o 37.677 E106 o 38.439 34 S6 o 37.275 E106 o 39.063 34 S6 o 37.682 E106 o 38.452 35 S6 o 37. 276 E106 o 39. 066 35 S6 o 37.687 E106 o 38.454 36 S6 o 37.278 E106 o 39.068 36 S6 o 37.696 E106 o 38.463 37 S6 o 37.279 E106 o 39.072 37 S6 o 37.738 E106 o 38.467 38 S6 o 37.281 E106 o 39.073 38 S6 o 37.743 E106 o 38.468 39 S6 o 37.283 E106 o 39.077 39 S6 o 37.751 E106 o 38.471 40 S6 o 37.284 E106 o 39.078 40 S6 o 37.763 E106 o 38.482 41 S6 o 37.285 E106 o 39.083 41 S6 o 37.761 E106 o 38.485 42 S6 o 37.287 E106 o 39.084 42 S6 o 37.772 E106 o 38.494

22 Lampiran 6 Waypoints komposisi botani (lanjutan) KUNAK 1 KUNAK 2 Titik Titik Lokasi ke - ke- Lokasi 44 S6 o 37.291 E106 o 39.087 44 S6 o 37.823 E106 o 38.501 45 S6 o 37.295 E106 o 39.093 45 S6 o 37.831 E106 o 38.503 46 S6 o 37.298 E106 o 39.098 46 S6 o 37.824 E106 o 38.505 47 S6 o 37.301 E106 o 39.103 47 S6 o 37.827 E106 o 38.311 48 S6 o 37.302 E106 o 39.106 48 S6 o 37.823 E106 o 38.313 49 S6 o 37.302 E106 o 39.109 49 S6 o 37.834 E106 o 38.314 50 S6 o 37.304 E106 o 39.113 50 S6 o 37.845 E106 o 38.317 51 S6 o 37.341 E106 o 39.065 51 S6 o 37.847 E106 o 38.321 52 S6 o 37.341 E106 o 39.063 52 S6 o 37.853 E106 o 38.324 53 S6 o 37.345 E106 o 39.073 53 S6 o 37.856 E106 o 38.326 54 S6 o 37.346 E106 o 39.075 54 S6 o 37.857 E106 o 38.327 55 S6 o 37.347 E106 o 39.079 55 S6 o 37.862 E106 o 38.331 56 S6 o 37.347 E106 o 39.082 56 S6 o 37.866 E106 o 38.332 57 S6 o 37.348 E106 o 39.083 57 S6 o 37.868 E106 o 38.332 58 S6 o 37.348 E106 o 39.085 58 S6 o 37.873 E106 o 38.333 59 S6 o 37.348 E106 o 39.091 59 S6 o 37.876 E106 o 38.335 60 S6 o 37.349 E106 o 39.093 60 S6 o 37.881 E106 o 38.336 61 S6 o 37.349 E106 o 39.097 61 S6 o 37.884 E106 o 38.340 62 S6 o 37.351 E106 o 39.131 62 S6 o 37.892 E106 o 38.341 63 S6 o 37.351 E106 o 39.133 63 S6 o 37.895 E106 o 38.342 64 S6 o 37.352 E106 o 39.143 64 S6 o 37.927 E106 o 38.342 65 S6 o 37.353 E106 o 39.147 65 S6 o 37.944 E106 o 38.343 66 S6 o 37.353 E106 o 39.153 66 S6 o 37.957 E106 o 38.345 67 S6 o 37.356 E106 o 39.158 67 S6 o 37.969 E106 o 38.345 68 S6 o 37.358 E106 o 39.163 68 S6 o 37.972 E106 o 38.347 69 S6 o 37.361 E106 o 39.166 69 S6 o 37.985 E106 o 38.351 70 S6 o 37.362 E106 o 39.169 70 S6 o 37.946 E106 o 38.351 71 S6 o 37.362 E106 o 39.173 71 S6 o 38.004 E106 o 38.352 72 S6 o 37.364 E106 o 39.174 72 S6 o 38.008 E106 o 38.354 73 S6 o 37.365 E106 o 39.181 73 S6 o 38.014 E106 o 38.354 74 S6 o 37.367 E106 o 39.184 74 S6 o 38.019 E106 o 38.356 75 S6 o 37.368 E106 o 39.187 75 S6 o 38.021 E106 o 38.358

24 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Balikpapan pada tanggal 3 November 1991. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Saleh (alm.) dan Sulastri. Awal pendidikan dasar ditempuh penulis di SD 027 Balikpapan Selatan pada tahun 1998. Pendidikan menengah pertama pada tahun 2004 di SMP Muhammadiyah 3 Al-Mujahidin Balikpapan dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin Balikpapan pada tahun 2007. Penulis masuk di Fakultas Peternakan jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan melalui ikhwanalghifari@gmail.com jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kementrian Agama RI. Selama menempuh jenjang sarjana, penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai staff komisi 1 DPM-KM (2010/2011), anggota BP Hubla MPM-KM (2010/2011), anggota Departemen Polkastrat BEM D Oreamnos (2011/2012), dan Wakil ketua Himpro HIMASITER (2012/2013). Penulis juga aktif di organisasi ekstra kampus yaitu sebagai Ketua Departemen PSDM CSS MoRA IPB (2011/2012), Pendiri sekaligus Ketua Departemen PSDM Omda KPMKT Kalimantan Timur (2011/2013). Penulis mendapat prestasi akademik dengan memperoleh dana hibah DIKTI pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2011 dan bidang Penelitian tahun 2012. Selain itu, penulis juga menjadi salah satu delegasi Internship Program dari South East Asia Animal Science Student Networking (SEAASS-Net) di UiTM Perlis-Malaysia tahun 2013. UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan sampai saat ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir Asep Tata Permana MSc dan Ir M Agus Setiana MS selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Iwan Prihantoro S.Pt M.Si selaku dosen panitia seminar, panitia sidang, penguji seminar, sekaligus penguji sidang, Baihaqi S.Pt M.Sc selaku penguji sidang skripsi atas bimbingan, motivasi, masukan, pelajaran, nasihat, dan segala hal lainnya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama RI atas bantuan dana pendidikan dan penelitian selama penulis menempuh studi. Penulis mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa hormat dan cinta yang tak terhingga kepada Papa Saleh (alm.), Mama Sulastri, Mba Risya Zahrah (almh.), Mba Dina Silmiyah, dan Mba Annisa Khairati atas semua doa, dukungan moral dan materi, serta kasih sayangnya yang senantiasa diberikan, kepada Ichsan GP yang membantu penulis dalam melakukan penelitian, Sahabat WUI, Wahyu Hadi dan Fahruddin, Kelas D.Net, Kontrakan Arjuna, dan CSS MoRA 47 atas semua perhatian dan dukungannya selama ini. Thanks!.