BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB III PERENCANAAN DAN PENGAWASAN BIAYA OPERASIONAL PADAPT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

BAB II BAHAN RUJUKAN

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

Penggolongan Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENETAPAN HARGA POKO PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT PADA PT. PAYA PINANG GROUP TEBING TINGGI. Sri Wangi Sitepu, S.Pd, M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB III PEMBAHASAN. biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense. Biaya atau cost adalah

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sejalan dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mencari keuntungan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya

BAB II UKM DAN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Didalam dunia usaha terutama suatu perusahaan akan dihadapkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya itu sendiri. Hingga saat ini, ada beberapa konsep tentang biaya antara lain konsep dari akuntan, ahli ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan masalah biaya yang dihadapi oleh para ahli. Menurut Widilestariningtyas et al. (2013:10), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Firmansyah (2014:25), Biaya (cost) dalam arti sempit memiliki arti pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, jumlah yang dikorbankan tersebut secara tidak langsung disebut harga pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva. Secara luas, biaya mengandung arti pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Mulyadi (2015:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi. 2. Diukur dalam satuan uang. 3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi. 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan atas sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang dan berhubungan terhadap produksi suatu barang atau jasa untuk mencapai suatu tujuan. 2. Klasifikasi Biaya Pemahaman terhadap hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis sangat menentukan keberhasilan terhadap perencanaan dan pengendalian biaya dalam suatu usaha. Biaya dapat dikelompokkan menurut tujuan penggunaan biaya tersebut, sehingga setiap biaya akan memiliki tujuan tersendiri. Menurut Siregar et al. (2013:25), pada dasarnya biaya dapat diklasifikasi berdasarkan pada hal-hal berikut ini: 1. Hubungan Biaya dengan Produk Berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu: 1.1. Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur ke produk. Contoh biaya langsung adalah biaya bahan baku.

1.2. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusur ke produk. Contoh biaya tidak langsung adalah sewa peralatan pabrik. 2. Hubungan Biaya dengan Volume Kegiatan Berdasarkan hubungannya dengan perubahan kegiatan ini, biaya diklasifikasi menjadi 3 (tiga), yaitu: 2.1. Biaya variabel (variable cost) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proporsional dengan perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per unitnya tidak berubah. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku. 2.2. Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh volume kegiatan dalam kisaran volume tertentu. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa bangunan kantor atau pabrik. 2.3. Biaya campuran (mixed cost) Biaya campuran adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume kegiatan perusahaan tetapi tidak secara proporsional. Contoh biaya campuran adalah tagihan listrik. 3. Elemen Biaya Produksi Berdasarkan hubungannya dengan elemen biaya produksi maka biaya dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

3.1. Biaya bahan baku (raw material cost) Biaya bahan baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi. 3.2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Biaya tenaga kerja langsung adalah besarnya biaya tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan produksi barang jadi. 3.3. Biaya overhead pabrik (manufacture overhead cost) Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik sulit ditelusur ke suatu produk. 4. Fungsi Pokok Perusahaan Berdasarkan fungsi pokok perusahaan biaya dapat diklasifikasi menjadi 3 (tiga), yaitu: 4.1. Biaya produksi (production cost) Biaya produksi terdiri atas 3 (tiga) jenis biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. 4.2. Biaya pemasaran (marketing expense) Biaya pemasaran meliputi berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan produk atau jasa. 4.3. Biaya administrasi dan umum (general and administrative expense) Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka mengarahkan, menjalankan, dan mengendalikan perusahaan untuk memproduksi barang jadi.

5. Hubungan Biaya dengan Proses Pokok Manajerial Proses pokok manajerial meliputi perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja. Ada beberapa istilah biaya yang sering digunakan dalam rangka melaksanakan fungsi pokok manajerial di atas. Berbagai istilah biaya tersebut meliputi: 5.1. Biaya standar (standart cost) Biaya standar adalah biaya ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan. 5.2. Biaya aktual (actual cost) Biaya aktual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan. 5.3. Biaya terkendali (controllable cost) Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu. 5.4. Biaya tak terkendali (uncontrollable cost) Biaya tak terkendali adalah biaya yang tidak secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu. 5.5. Biaya komitan (commited cost) Biaya komitan adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran, dan administrasi.

5.6. Biaya diskresioner (discretionary cost) Biaya diskresioner adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada kebijakan manajemen. 5.7. Biaya relevan (relevant cost) Biaya relevan adalah biaya masa depan yang berbeda antara satu alternatif dan alternatif lainnya. 5.8. Biaya kesempatan (opportunity cost) Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbankan pada saat satu alternatif keputusan dipilih dan mengabaikan alternatif lain. B. Pengertian Biaya Produksi dan Biaya Standar 1. Biaya Produksi Sebuah perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil, umumnya memiliki kegiatan produksi dimana kegiatan ini memerlukan suatu proses yang disebut dengan proses produksi. Proses produksi adalah proses dimana preusahaan mengubah bahan baku yang dimilikinya untuk diolah menjadi sebuah barang jadi yang kemudian akan ditawarkan kepada konsumen. Untuk melakukan proses tersebut perusahaan perlu mengeluarkan suatu perngorbanan berupa biaya, dimana biaya tersebut ada yang secara langsung dapat diidentifikasi dari suatu produk dan aja juga yang tidak dapt diidentifikasikan, namun keduanya sangat mempengaruhi proses pembuatan produk tersebut. Menurut Sukirno (2013:208), Biaya produksi dapat didefiniskan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-

faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Menurut Syaifullah (2014:1), Biaya Produksi merupakan biaya yang digunakan suatu perusahaan dalam proses produksi yang terdisi dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Sutrisno (2009), Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah perngorbanan perusahaan berupa biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku dan menciptakan produk jadi. Produk jadi ini dapat berupa barang atau jasa. 2. Biaya Standar Dalam penetapan biaya produksi, biasanya perusahaan menggunakan suatu standar untuk membantu memudahkan dalam menentukan penyusunan anggaran perusahaan tersebut. Standar ini berupa standar bahan, standar upah pegawai, dan standar biaya lain yang biasanya ditentukan dengan melihat data-data historis pada tahun-tahun sebelumnya atau dengan melakukan sebuah penelitian ilmiah. Menurut Mulyadi (2016:387) Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Menurut Siregar et al. (2013:453), Biaya standar adalah biaya produksi suatu unit atau sekelompok produk selama periode tertentu yang ditentukan di

muka. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk pada kondisi operasi tertentu. Suatu biaya standar mempunyai dua komponen, yaitu standar fisik dan standar harga. Standar fisik adalah kuantitas standar masukan per unit keluaran. Standar harga adalah harga perkiraan per unit masukan. Biaya produksi standar yang dibuat meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sistem biaya standar bermanfaat untuk melakukan perencanaan, pengendalian operasi dan memberikan wawasan kepada manajemen dalam membuat keputusan. Biaya standar dapat digunakan untuk hal-hal berikut ini: 1. Menyederhanakan prosedur penentuan biaya produk 2. Memudahkan pembuatan anggaran 3. Mengendalikan biaya 4. Menentukan harga jual Keberhasilan sistem biaya standar tergantung pada keandalan, akurasi, dan sikap karyawan terhadap standar yang ditetapkan. Semua faktor yang relevan dalam penyusunan standar harus dipertimbangkan. Selain itu, tingkat ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi sangat dibutuhkan. Standar yang disusun secara sembarang akan menghilangkan semua manfaat yang seharusnya diperoleh dalam penggunaan biaya standar. Salah satu manfaat utama penggunaan biaya standar adalah membantu manajemen dalam proses pengendalian biaya produksi yang dapat dilakukan dengan menghitung penyimpangan biaya. Penyimpangan biaya standar dihitung dengan membandingkan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya. Apabila

biaya yang sesungguhnya terjadi lebih rendah daripada biaya standar maka terjadi penyimpangan yang bersifat menguntungkan dan sebaliknya. Setiap penyimpangan yang terjadi harus dianalisis dan dicari penyebabnya serta dilakukan tindakan koreksi oleh pihak yang bertanggung jawab. C. Anggaran Biaya Produksi Agar terhindar dari Ketidakpastian dan kesalahan dalam mengambil keputusan terkait biaya produksi yang dapat merugikan, Perusahaan sebaiknya membuat anggaran yang memiliki peran sangat penting dalam mengendalikan setiap kegiatan operasional perusahaan. Dengan menentukan anggaran tersebut, perusahaan dapat merencanakan dan menentukan tindakakan yang selanjutnya akan diambil guna mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah direncanakan, serta menilai kinerja setiap karyawannya. Menurut Sodikin (2015:188), Anggaran adalah rencana kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang akan dilakukannya di tahun mendatang dan dinyatakan dalam satuan uang. Anggaran memiliki fungsi sebagai alat perencanaan, alat koordinasi, alat pengawasan dan pengendalian, dan sebagai dasar penilaian kinerja. Menurut Herlianto (2015:5), Anggaran mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi Perencanaan Sebelum perusahaan melakukan operasinya, pimpinan dari perusahaan tersebut harus lebih dahulu merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan dimasa datang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan

tersebut, serta bagaimana melaksanakannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat terlaksana dengan baik. 2. Fungsi Pengawasan Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja dengan baik dalam mengelola perusahaan. Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan akan tetapi mencegah dan memperbaiki kesalahan. 3. Fungsi Koordinasi Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Untuk itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik. 4. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksiran-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya. Menurut Dharmanegara (2010:80), Anggaran produksi adalah suatu pernyataan dari hasil produk dan umumnya diungkapkan dalam unit.

Menurut Sodikin (2015:193), Anggaran produksi adalah rencana jumlah produk yang dibuat untuk memenuhi anggaran volume penjualan. Menurut Rudianto (2009:80), Anggaran produksi adalah rencana perusahaan untuk menghasilkan produk perusahaan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan penjualan dengan mempertimbangkan jumlah persediaan pada awal dan akhir periode tertentu. Berdasarkan defenisi tersebut, maka anggaran biaya produksi dari suatu perusahaan manufaktur merupakan gabungan dari: 1. Anggaran Biaya Bahan Baku Anggaran biaya bahan baku merupakan rencana besarnya biaya bahan baku yang akan dikeluarkan perusahaan di dalam suatu periode tertentu di masa mendatang. Dengan adanya anggaran biaya bahan baku maka perusahaan dapat mengendalikan biaya bahan baku. Menurut Siregar et al. (2013:370), terdapat 2 (dua) metode pengendalian bahan baku, yaitu: a. Metode siklus pesanan (order cycling) Pada metode ini, pengendalian dilakukan dengan cara memeriksa secara periodik status kuantitas bahan yang ada untuk setiap item atau kelas bahan. Periodisasi pemeriksaan dapat berbeda antar perusahaan (misalnya 30, 60, atau 90 hari). Item bahan yang bernilai tinggi dan item-item yang sangat penting bagi kelancaran operasi biasanya menuntut siklus waktu pemeriksaan yang lebih pendek.

b. Metode minimum-maksimum (min-max) Metode ini menitik beratkan pada batas kuantitas maksimum dan minimum persediaan. Pada metode ini pengendalian dilakukan dengan cara menentukan tingkat persediaan maksimum dan minimum yang harus dibentuk. Tingkat minimum persediaan adalah jumlah kuantitas persediaan yang diperlukan untuk mencegah kehabisan bahan selama siklus pemesanan kembali (reorder). Selanjutnya, lakukan pengamatan fisik persediaan untuk menentukan bahwa titik pesan telah tercapai. Pengamatan juga dapat dilakukan melalui catatan persediaan. Apabila saldo persediaan yang ada turun menuju titik pesan maka pesan bahan harus segera dipersiapkan. 2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan rencana besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar biaya tenaga kerja yang terlibat secara langsung di dalam proses produksi dalam suatu proses produksi dalam suatu periode tertentu di masa mendatang. Perencanaan biaya dan jam tenaga kerja langsung yang efektif memiliki keuntungan bagi perusahaan sebagai berikut: a. Fungsi personel dapat ditampilkan lebih efisien karena ada dasar untuk perencanaan yang efektif, pengerahan, pelatihan, dan penggunaan personel. b. Fungsi keuangan dapat ditampilkan lebih efisien karena tenaga kerja sering merupakan permintaan yang terbesar dalam kas selama tahun tersebut.

c. Biaya produksi yang dianggarkan untuk setiap produk (biaya per unit dan total biaya) mungkin merupakan faktor penting dalam beberapa bidang pembuatan keputusan, seperti kebijakaan harga, dan negosiasi serikat tenaga kerja. 3. Anggaran Biaya Overhead Anggaran biaya overhead adalah seluruh biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang direncanakan akan dibayarkan dalam satu periode tertentu. Biaya overhead mencakup 3 (tiga) kelompok biaya, yaitu: a. Biaya bahan penolong Biaya bahan penolong yaitu biaya yang dikeluarkan untuk bahan-bahan yang dibutuhkan di dalam suatu produk, tetapi bukan merupakan komponen utama dari suatu produk. b. Biaya tenaga kerja penolong Biaya tenaga kerja penolong adalah gaji atau upah untuk membayar para pekerja yang terlibat dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung berperan di dalam proses menghasilkan produk tersebut. c. Biaya pabrikase lainnya Biaya pabrikase lainnya adalah biaya overhead selain biaya bahan penolong dan tenaga kerja penolong. Biaya ini berkaitan erat dengan peralatan dan fasilitas pendukung produksi. D. Analisis Biaya Produksi Pada PT PLN (Persero) Wilayah Aceh Area Langsa Dalam kegiatannya untuk memperoleh laba, perusahaan melakukan pembandingan antara jumlah pendapatan yang telah diperolehnya dengan

besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, khususnya selama melakukan kegiatan produksi. Agar mendapatkan hasil yang akurat, perusahaan perlu melakukan analisis perhitungan biaya produksi untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Adapun tujuan dari dilakukan analisis perhitungan biaya produksi antara lain: 1. Untuk mengendalikan biaya Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan menggunakan biaya standar. Sistem ini digunakan sebagai pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut. 2. Untuk menetapkan biaya Sebelum hasil produksi dijual, maka terlebih dahulu harus ditetapkan harga jual dari produk tersebut. Penetapan biaya ini juga merupakan hal yang paling mendasar dalam menentukan harga jual produksi. Penetapan harga jual ini juga berhubungan secara langsung dengan tujuan perusahaan dalam menetapkan laba atau keuntungan semaksimal mungkin. Berikut ini peneliti sajikan laporan realisasi dan anggaran biaya produksi PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa selama 3 tahun dimulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.

Uraian Tabel 3.1 Biaya Produksi Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Wilayah Aceh Area Langsa Periode 1 Januari 31 Desember 2014 Realisasi Anggaran Total Biaya Total Kwh Total Biaya Total Kwh Pembelian Tenaga Listrik 669.543.021.723 128.536.902 701.250.000.000 137.500.000 Sewa Genset 31.937.037.172 75.602.030 28.875.000.000 82.500.000 Sub Total 701.480.058.895 204.138.932 730.125.000.000 220.000.000 PLTA 894.584.831 79.135 873.262.500 79.750 PLTD 224.566.413.620 5.162.922 232.687.500.000 5.475.000 Sub Total 225.460.998.451 5.242.057 233.560.762.500 5.554.750 Distribusi 56.857.204.947 50.450.000.000 Tata Usaha Langgganan 13.100.747.008 13.000.000.000 Fungsi Pendukung 50.789.629.508 51.250.000.000 Sub Total 120.747.581.463 114.700.000.000 TOTAL 1.047.688.638.809 209.380.989 1.078.385.762.500 225.554.750 Sumber: PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa, 2017 Pada Tabel 3.1 terlihat bahwa realisasi biaya produksi tenaga listrik pada tahun 2014 berada dibawah biaya yang telah dianggarkan oleh perusahaan. Namun ada beberapa biaya yang berada diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan diantaranya beban sewa genset, beban Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), beban distribusi, dan beban tata usaha langganan. Beban sewa genset berada 10,60% diatas Anggaran, Beban Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berada 2,44% diatas anggaran, beban distribusi berada 12,70%, dan beban tata usaha langganan berada 0,77% di atas anggaran.

Uraian Tabel 3.2 Biaya Produksi Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Wilayah Aceh Area Langsa Periode 1 Januari 31 Desember 2015 Realisasi Anggaran Total Biaya Total Kwh Total Biaya Total Kwh Pembelian Tenaga Listrik 865.169.644.900 452.042.546 897.250.000.000 485.000.000 Sewa Genset 37.833.291.231 103.883.456 34.500.000.000 115.000.000 Sub Total 903.002.936.131 555.926.002 931.750.000.000 600.000.000 PLTA 1.715.656.779 74.500 920.000.000 80.000 PLTD 248.955.389.612 19.907.736 246.837.500.000 20.150.000 Sub Total 250.671.046.391 19.982.236 247.757.500.000 20.230.000 Distribusi 61.966.401.851 45.000.000.000 Tata Usaha Langgganan 10.654.132.288 11.000.000.000 Fungsi Pendukung 45.523.878.467 42.000.000.000 Sub Total 118.144.412.606 98.000.000.000 TOTAL 1.271.818.395.128 575.908.238 1.277.507.500.000 620.230.000 Sumber: PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa, 2017 Pada tabel 3.2 terlihat biaya produksi tenaga listrik pada tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun 2014. Besarnya peningkatan biaya tersebut adalah sebesar Rp. 224.129.756.319 atau 21,39% dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini ada beberapa biaya yang berada diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu beban sewa genset, beban Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), beban Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), beban distribusi, dan beban fungsi pendukung. Beban sewa genset berada 9,66% diatas anggaran, beban Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berada 86,48% diatas anggaran,beban Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berada 0,86% diatas anggaran, beban distribusi berada 37,70% diatas anggaran, dan beban fungsi pendukung berada 8,39% diatas anggaran.

Uraian Pembelian Tenaga Listrik Tabel 3.3 Biaya Produksi Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Wilayah Aceh Area Langsa Periode 1 Januari 31 Desember 2016 Realisasi Anggaran Total Biaya Total Kwh Total Biaya Total Kwh 555.075.327.158 409.159.305 680.000.000.000 425.000.000 Sewa Genset 27.650.218.972 86.231.840 34.500.000.000 111.290.323 Sub Total 582.725.546.130 495.391.145 714.500.000.000 536.290.323 PLTA 603.371.687 78.645 616.250.000 85.000 PLTD 154.322.230.221 12.910.685 151.187.500.000 14.750.000 Sub Total 154.925.601.908 12.989.330 151.803.750.000 14.835.000 Distribusi 79.915.300.405 60.000.000.000 Tata Usaha Langgganan 22.145.244.837 18.750.000.000 Fungsi Pendukung 44.209.196.134 43.000.000.000 Sub Total 146.269.741.376 121.750.000.000 TOTAL 883.920.889.414 508.380.475 988.053.750.000 551.125.323 Sumber: PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa, 2017 Pada tabel 3.3 terlihat biaya produksi tenaga listrik pada tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun 2015. Biaya produksi ini mengalami penurunan biaya sebesar Rp. 387.879.505.714 atau 30,50% dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini ada 4 (empat) biaya yang berada diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu beban Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), beban distribusi, beban tata usaha langganan, dan beban fungsi pendukung. Beban Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berada 2,07% diatas anggaran, beban distribusi berada 33,19% diatas anggaran, beban tata usaha langganan berada 18,11% diatas anggaran, dan beban fungsi pendukung berada 2,81% diatas anggaran yang telah ditetapkan.

E. Penilaian Tingkat Produksi Dalam kegiatan produksi yang dilakukan oleh setiap perusahaan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah untuk memperoleh laba secara maksimal yang dianggap sebanding dengan biaya yang telah dikorbankan, namun perushaan tidak semata-mata hanya ingin meningkatkan laba perusahan melainkan turut meningkatkan nilai-nilai yang ada pada perusahaan tersebut. Kegiatan produksi perusahaan sangat bergantung kepada besar kecilnya biaya yang dikeluarkan yang nantinya akan menentukan perhitungan laba dan rugi perusahaan di akhir periode. Untuk itu perusahaan dituntut agar bisa memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Menurut Drucker dalam Mulyadi (2016:3), Efektif adalah mengerjakan pekerjaan yang benar dan cepat serta tepat, sedangkan Efisien adalah mengerjakan pekerjaan dengan benar atau tepat. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektif lebih mengarah pada hasil yang dicapai, sedangkan efisien mengarah pada proses pencapaian hasil tersebut. Dua kata diatas sangat berhubungan, karena dalam suatu proses produksi dibutuhkan sebuah sumber daya (input). Kemudian input yang ada ini apakah digunakan secara efisien dalam menghasilkan output dan yang terakhir apakah output yang dihasilkan ini sudah efektif sehingga bermanfaat bagi pengguna maupun produsen. Berikut ini tabel tingkat realisasi produksi PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa:

Tabel 3.4 Realisasi Produksi Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Wilayah Aceh Area Langsa Uraian Persentase Realisasi Tingkat Produksi 2014 2015 2016 Produksi listrik Sendiri 94,37% 98,78% 87,56% Produksi listrik Pihak Ketiga 92,79% 92,65% 92,37% Total Produksi 93,58% 95,71% 89,97% Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Aceh area Langsa, 2017. Kemudian untuk menentukan kategori realisasi tingkat produksi tenaga listrik PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa, peneliti menggunakan skala penilaian berikut ini: 1. 0% - 25% = Buruk 2. 26% - 50% = Kurang Baik 3. 51% - 75% = Baik 4. 76% - >100% = Sangat Baik Berdasarkan data diatas terlihat bahwa tingkat realisasi produksi tenaga listrik yang di produksi oleh PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa selama 3 tahun dari tahun 2014 hingga tahun 2016 memiliki kategori yang sangat baik. Semua tingkat realisasi produksi tenaga listrik baik dari mesin atau genset pihak ketiga maupun dari produksi sendiri pada tahun 2014, 2015, dan 2016 masuk kedalam kategori sangat baik. F. Pengawasan Biaya Produksi Penyimpangan atau kesalahan bisa saja terjadi pada perusahaan ketika perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi sehingga hasil produksi tersebut dapat berbeda dengan hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan

melakukan pengawasan biaya produksi maka diharapkan perusahaan dapat menulusuri sebab-sebab timbulnya penyimpangan, seberapa besar penyimpangan tersebut, dan menentukan langkah yang akan diambil untuk menghindari penyimpangan tersebut. Penyimpangan ini diukur dari realisasi kegiatan produksi dengan anggaran produksi yang telah ditetapkan. Pengawasan biaya produksi merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan rencana pengeluaran biaya produksi yang telah dilakukan. Faktor-faktor pentingnya pengawasan biaya produksi adalah perubahan yang selalu terjadi baik diluar maupun didalam organisasi dan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi diperlukan pengawasan dan pembenahan. Agar PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa dapat menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan yang telah direncanakan, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap biaya produksi. Pengawasan ini berguna untuk mengendalikan pengeluaran biaya produksi, mencegah terjadinya pemborosan, melihat perbandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta mendorong kesadaran pengendalian biaya. Berikut ini adalah pengawasan biaya produksi tenaga listrik pada PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa secara menyeluruh dari tahun 2014 sampai dengan 2016:

Tabel 3.5 Realisasi Biaya Produksi PT PLN (Persero) Wilayah Aceh Area Langsa Uraian Persentase Realisasi Biaya Produksi 2014 2015 2016 Pembelian Tenaga Listrik 95,48% 96,42% 81,63% Sewa Genset 110,60% 109,66% 80,15% Sub Total 96,08% 96,91% 81,56% PLTA 102,44% 186,48% 97,91% PLTD 96,51% 100,86% 102,07% Sub Total 96,53% 101,18% 102,06% Distribusi 112,70% 137,70% 133,19% Tata Usaha Langgganan 100,77% 96,86% 118,11% Fungsi Pendukung 99,10% 108,39% 102,81% Sub Total 105,27% 120,56% 120,14% TOTAL 97,15% 99,55% 89,46% Sumber: PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa, 2017 1. Biaya Produksi tahun 2014 Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap Kilowatt/hour (Kwh) produksi tenaga listrik tahun 2014 adalah Rp. 5003,74 per Kwh dengan total biaya sebesar RP. 1.047.688.638.809 dan kuantitas sebesar 209.380.989 Kwh. Penyimpangan biaya produksi Anggaran biaya produksi tahun 2014 Rp. 1.078.385.762.500 Realisasi biaya produksi tahun 2014 Rp. 1.047.688.638.809 Selisih Rp. 30.697.123.691 Selisih antara anggaran dengan realisasi sebesar Rp. 30.697.123.691 atau 2,85% adalah bentuk penyimpangan yang menguntungkan (unfavorable variance). Realisasi biaya produksi tenaga listrik tahun 2014 berada dibawah anggaran disebabkan oleh:

1. Perbedaan Kuantitas = (kuantitas standar kuantitas sesungguhnya) x harga standar = (225.554.750 209.380.989) x Rp. 4.781,04 = 16.173.761 x Rp. 4.781,04 = Rp. 77.327.361.044,17 (unfavorable variance) 2. Perbedaan Harga = (harga sesungguhnya harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (Rp. 5.003,74 Rp. 4.781,04) x 209.380.989 = Rp. 222,70 x 209.380.989 = Rp. 46.629.628.443,03 (unfavorable variance) Realisasi biaya produksi tahun 2014 berada dibawah Anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 30.697.123.691 atau 2,85% dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 5.003,74 per kwh yang berada diatas anggaran sebesar Rp. 222,70 per kwh atau 4,66%. 2. Biaya produksi tahun 2015 Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap Kilowatt/hour (Kwh) produksi tenaga listrik tahun 2015 adalah Rp. 2208,37 per kwh dengan total biaya sebesar Rp. 1.271.818.395.128 dan kuantitas sebesar 575.908.238 kwh. Penyimpangan biaya produksi Anggaran biaya produksi tahun 2015 Rp. 1.277.507.500.000 Realisasi biaya produksi tahun 2015 Rp. 1.271.818.395.128 Selisih Rp. 5.689.104.872

Selisih antara anggaran dan realisasi sebesar Rp. 5.689.104.872 atau 0,45% adalah bentuk penyimpangan yang menguntungkan (unfavorable variance). Realisasi biaya produksi tenaga listrik tahun 2015 berada dibawah anggaran disebabkan oleh: 1. Perbedaan Kuantitas = (kuantitas standar kuantitas sesungguhnya) x harga standar = (620.230.000 575.908.238) x Rp. 2.059,73 = 44.321.762 x Rp. 2.059,73 = Rp. 91.290.945.888,16 (unfavorable variance) 2. Perbedaan Harga = (harga sesungguhnya harga standar) x kuantitas sesungguhnya = (Rp. 2.208,37 Rp. 2.059,73) x Rp. 575.908.238 = Rp. 148,64 x Rp. 575.908.238 = Rp. 85.601.841.016,16 (unfavorable variance) Realisasi biaya produksi tahun 2015 berada dibawah anggaran tahun 2015 sebesar Rp. 5.689.104.872 atau 0,45% dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 2208,37 per kwh yang berada diatas anggaran sebesar Rp. 148,64 per kwh atau 7,22%. 3. Biaya produksi tahun 2016 Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap Kilowatt/hour (Kwh) produksi tenaga listrik tahun 2016 adalah Rp. 1738,70 per kwh dengan total biaya sebesar Rp. 883.920.889.414 dan kuantitas sebesar 508.380.475 kwh.

Penyimpangan biaya produksi Anggaran biaya produksi tahun 2016 Rp. 988.053.750.000 Realisasi biaya produksi tahun 2016 Rp. 883.920.889.414 Selisih Rp. 104.132.860.586 Selisih antara anggaran dan realisasi sebesar Rp. 104.132.860.586 atau 10,54% adalah bentuk penyimpangan yang menguntungkan (favorable variance). Realisasi biaya produksi tenaga listrik tahun 2016 berada dibawah anggaran disebabkan oleh: 1. Perbedaan Kuantitas = (kuantitas standar kuantitas sesungguhnya) x harga standar = (551.125.323 508.380.475) x Rp. 1792,79 = 42.744.848 x Rp. 1792,79 = Rp. 76.632.673.576,81 (favorable variance) 2. Perbedaan Harga = (harga standar harga sesungguhnya) x kuantitas sesungguhnya = (Rp. 1792,79 Rp. 1738,70) x Rp. 508.380.475 = Rp. 54,09 x Rp. 508.380.475 = Rp. 27.500.187.009,19 (favorable variance) Realisasi biaya produksi tahun 2016 berada dibawah anggaran tahun 2016 sebesar 104.132.860.586 atau 10,54% dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 1738,70 per kwh yang berada dibawah anggaran sebesar Rp. 54,09 per kwh atau 3,02%. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata realisasi total biaya produksi tenaga listrik perusahaan selama 3 (tiga) tahun berada dibawah biaya yang telah

dianggarkan oleh perusahaan. Namun, ada beberapa sektor yang biayanya berada diatas anggaran yang ditetapkan. Adapun sebab-sebab realisasi biaya produksi bisa berada diatas biaya yang dianggarkan mulai dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Beban sewa genset, disebabkan oleh naiknya biaya sewa yang dibebankan oleh pihak ketiga dan fluktuasi harga bahan bakar berupa solar serta pelumas yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia dan kurs nilai tukar rupiah. 2. Beban Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban pemeliharan pembangkit akibat kerusakan turbin penggerak pembangkit. 3. Beban distribusi, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah trafo yang mengalami kerusakan baik itu berupa penggantian sekring maupun keseluruhan komponen trafo. 4. Beban tata usaha langganan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban administrasi perusahaan seperti biaya pasang baru, pasang kembali pasca pemutusan, dan biaya inspeksi atau pemeriksaan listrik pelanggan. 5. Beban Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban pemeliharaan baik berupa perbaikan kerusakan atau perawatan rutin, harga perolehan bahan bakar solar dan pengangkutan, serta pelumas. 6. Beban Fungsi Pendukung, hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban operasional perusahaan seperti biaya sewa dan perawatan gudang, kendaraan dinas, alat tulis kantor, dan lain-lain.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dan evaluasi mengenai analisis biaya produksi kelapa sawit pada PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Realisasi produksi kelapa sawit PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa dari tahun 2014 hingga tahun 2016 memiliki kategori yang sangat baik, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil melakukan kegiatan produksi secara efektif. 2. PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa telah berupaya menerapkan fungsi perencanaan dan pengawasan anggaran biaya produksi dalam meningkatkan efisiensi yang ditunjukkan dengan pencapaian tingkat penyimpangan berupa favorable variance pada tahun 2016. 3. Dari tahun 2014 hingga 2016 rata- rata realisasi biaya produksi berada dibawah dengan penyimpangan berupa unfavorable variance. B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan agar perusahaan dapat menetapkan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan efektivitas dan efisiensi biaya produksi adalah sebagai berikut:

1. PT PLN (Persero) wilayah Aceh area Langsa disarankan untuk lebih meningkatkan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasi. Anggaran biaya operasi akan berperan besar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi karena anggaran biaya operasi akan terus-menerus mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan. 2. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi harus selalu diawasi dan setiap penyimpangan yang terjadi dianalisis untuk mencari penyebabnya serta mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi. 3. Diharapkan PT PLN (Persero) wilayah aceh khusunya area Langsa dapat menjaga dan meningkatkan kinerja baik kinerja karyawan maupun kinerja mesin-mesin produksi tenaga listrik dalam menyediakan kebutuhan masyarakat berupa energi listrik sebagai salah satu sumber kehidupan masyarakat.