(TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG SUMBER DAYA MINERAL TAHUN ANGGARAN

dokumen-dokumen yang mirip
TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (KERANGKA ACUAN KERJA) KEGIATAN PENINGKATAN PELAYANAN PERIZINAN/REKOMENDASI USAHA PERTAMBANGAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENYUSUNAN POTENSI SERTA NERACA SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL DI JAWA TENGAH

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

TERM OF REFERENCE (KERANGKA ACUAN KERJA) KEGIATAN PEMBUATAN PROFIL INVESTASI DI JATENG SERTA PENINGKATAN KERJASAMA DAN PROMOSI PERTAMBANGAN

KEGIATAN PEMETAAN DAN PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI DI PROVINSI BANTEN (83.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kewenangan. Izin. Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA YANG DICAIRKAN SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB I PENDAHULUAN. stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2006 TENTANG TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1982 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BUMI SAWAHLUNTO MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

Dilema Ancaman PHK dan UU Minerba. Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 08 Januari :27 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 Januari :29

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-26/M.

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Mineral. Batubara. Kebutuhan. Berjualan. Harga. Patokan. Pemasokan.

Upaya Peningkatan Kerjasama INDONESIA - AS DI SEKTOR PERTAMBANGAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

KERANGKA ACUAN KERJA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENATAAN RUANG (SIMTARU) KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-03/M.

SE - 67/PJ/2015 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2015 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara agraris dan maritim harus memberdayakan potensi dan sumber daya alam

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seharusnya dijaga, dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya.

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KUALIFIKASI TENAGA AHLI. ( untuk program BSPS 2017 )

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1991 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN HASIL PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Addendum 1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Addendum 1

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAUR PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT

Transkripsi:

1 TERMS OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG SUMBER DAYA MINERAL TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang terkandung di perut bumi dalam jumlah yang melimpah dan beraneka ragam. Semua kekayaan tersebut digunakan dan dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah sebagai fasilitator kepentingan antara rakyat dan negara haruslah mengusahakan pemanfataan barang berharga yang menguasai hajat hidup orang banyak tersebut dengan cara mengutamakan kepentingan rakyat dan negara diatas segala-galanya. Indonesia termasuk produsen batubara terbesar di dunia. Pada saat ini perkembangan usaha pertambangan batubara di Indonesia sudah sangat tinggi, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang menanamkan modalnya, baik dari investor luar maupun dalam negeri untuk melakukan produksi batubara. Produksi batubara mengalami kenaikan yang sangat signifikan dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini. Endapan batubara Indonesia tersebar luas di seluruh kepulauan, meskipun batubara yang bernilai ekonomis hanya terkonsentrasi pada cekungan-cekungan tersier di Indonesia bagian barat. Selama ini, sebagian besar hasil tambang lebih banyak dijual ke luar negeri atau diekspor dalam bentuk bahan mentah ke banyak negara. Sebaliknya Indonesia mengimpor produk sudah jadi dengan harga yang jauh lebih mahal. Sehingga tidak memberikan manfaat yang lebih besar bagi bangsa Indonesia. Mengingat peran batubara yang cukup strategis di dalam negeri, maka harus dijaga dan dijamin ketersediaannya selama dan seekonomis mungkin, sehingga pengelolaannya perlu dilaksanakan melalui kebijakan yang terpadu dan sinergi dengan sektor-sektor pembangunan lainnya. Untuk mencapai hal tersebut, Pemerintah Indonesia selain telah mengeluarkan tiga kebijakan utama yaitu Kebijakan Batubara Nasional (KBN), Kebijaksanaan Energi Nasional (KEN) dan Instruksi Presiden (Inpres) No. 2 Tahun 2006, juga telah menerbitkan Undang-Undang (UU) No. 4 Tahun 2009. Lebih lanjut UU No. 4 Tahun 2009 memuat kewajiban bagi para pelaku usaha pertambangan untuk meningkatkan nilai tambah (peningkatan nilai tambah/pnt) sumber daya mineral dan batubara melalui pengolahan dan pemurnian. Hal yang sama juga terjadi pada sumber daya mineral lainnya, seperti nikel. Indonesia juga menempati posisi sebagai produsen nikel terbesar di dunia. Untuk itu, maka akan jauh lebih besar lagi manfaat yang dapat diperoleh oleh negara apabila kedepan selanjutnya kita mengekspor nikel dalam bentuk nikel yang telah diolah terlebih dahulu di dalam negeri. Disamping merupakan penerapan langkah untuk meningkatkan nilai tambah komoditi nikel, hal ini juga berdampak terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja karena industri/pabrik pengolahan nikel membutuhkan banyak tenaga kerja. Efek positif lain yang dapat menyertai rencana pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel jika jadi terwujud adalah trigger pembangunan ekonomi daerah yang menjadi lokasi pembangunan tersebut. Sebagian besar nikel di Indonesia bersumber dari Provinsi di sebelah timur Indonesia.

2 Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya adalah salah satu Direktorat di Unit Deputi Bidang Perencanaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang salah satu tugasnya adalah melakukan pemetaan dan perencanaan pengembangan penanaman modal di bidang sumber daya mineral. Dalam rangka meningkatkan penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara dirasakan perlu melakukan berbagai upaya, diantaranya melalui pengkajian perencanaan pengembangan penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara di Indonesia. Hasil dari kajian ini akan digunakan sebagai bahan masukan kepada Pemerintah dan pihak-pihak terkait. II. MAKSUD DAN TUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN Maksud kegiatan ini adalah: 1. Mengetahui gambaran tentang potensi pengembangan penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara di Indonesia. 2. Mengetahui kondisi existing arah kebijakan dan strategi pengembangan mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara di Indonesia. 3. Mengetahui prospek dan analisis kelayakan penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara. 4. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara. 5. Mengetahui kerangka kebijakan pusat dan daerah dalam rangka mendorong penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara di Indonesia. Tujuannya adalah tersedianya data dan informasi tentang peluang usaha bagi investor serta untuk penyusunan perencanaan pengembangan penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara. Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatkan kualitas usulan penetapan program promosi investasi yang berkualitas dari penanaman modal di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara di Indonesia. III. WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan kalender kerja oleh Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya, bekerja sama dengan pihka ketiga sebagai tenaga pendukung pencarian data, penulisan laporan, dan pencetakan. Secara detil metode pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan desk study dan analisis data berdasarkan studi literatur yang ada; 2. Membantu menyiapkan field study atau survei lapangan yang dilakukan oleh Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya; 3. Membantu persiapan tinjauan ke lokasi daerah dan keluar negeri pada daerah yang telah berkembang sektor penanaman modalnya di bidang mineral nikel dan peningkatan nilai tambah batubara, yang dilakukan oleh Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya;

3 4. Melakukan studi analisis atas hasil yang diperoleh dari kegiatan kajian tersebut dengan menggunakan beberapa metode analisis baik kuantitatif maupun kualitatif; 5. Membantu pembuatan pemetaan tentang pengembangan investasi pada industri agribisnis; 6. Membantu pembuatan laporan di akhir termin, membantu menyusun buku dan CD dalam 2 bahasa (Inggris dan Indonesia); 7. Melakukan diskusi yang intensif dengan pihak Direktorat Perencaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya dalam proses penyusunan buku. IV. KUALIFIKASI TENAGA PENDUKUNG Untuk membantu pelaksanaan kegiatan Direktorat Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya, diperlukan 2 (dua) orang tenaga pendukung dengan kualifikasi yang berlatar belakang pendidikan Teknik Metalurgi/Pertambangan dan Ekonomi (S1), pengalaman minimal 1 (satu) tahun di bidangnya, dengan nilai IPK minimal 2,75 skala 4,00 dan TOEFL minimum 450. V. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan dilaksanakan selama 4 (empat) bulan dalam tahun anggaran 2012 (terlampir). VI. BIAYA KEGIATAN Total biaya kegiatan ini adalah sebesar Rp 32.000.000 (Tiga Puluh Dua Juta Rupiah) dengan rincian anggaran terlampir. VII. PELAPORAN Pada akhir masa anggaran, akan dibuat 1 (satu) buku laporan dalam bahasa Indonesia dan 1 (satu) executive summary dalam Bahasa Inggris serta 1 (satu) soft copy dalam bentuk CD yang disampaikan kepada Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya. Jakarta, Januari 2012 Penanggung Jawab, Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya Ir. H.S. Hanung Harimba Rachman, S.E., M.S. NIP. 19640615 199303 1 002

4 JADWAL WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN No. KEGIATAN 1 Melakukan desk study dan analisis data berdasarkan studi literatur yang ada MARET APRIL MEI JUNI 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Membantu menyiapkan field study atau survei lapangan yang dilakukan oleh Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya 3 Membantu persiapan tinjauan ke lokasi daerah dan keluar negeri pada daerah yang telah berkembang sektor agribisnisnya, yang dilakukan oleh Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya 4 Melakukan studi analisis atas hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut diatas dengan menggunakan beberapa metode analisis baik kuantitatif maupun kualitatif 5 Membantu penulisan laporan pemetaan tentang pengembangan investasi pada industri agribisnis 6 Membuat dan mendesain layout laporan hasil kajian yang dilakukan oleh Unit Direktorat Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya 7 Membantu pembuatan laporan, membantu menyusun buku dan CD dalam 2 bahasa (Inggris dan Indonesia) 8 Melakukan diskusi yang intensif dengan pihak Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya dalam proses penyusunan buku

5 RINCIAN ANGGARAN BIAYA PEMILIHAN LANGSUNG JASA KONSULTAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG SUMBER DAYA MINERAL TAHUN ANGGARAN 2012 No. Biaya Jumlah Waktu Biaya Langsung Personil Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Tenaga Pendukung I 1 org 4 bln 4.000.000 16.000.000 2 Tenaga Pendukung II 1 org 4 bln 4.000.000 16.000.000 Jumlah I 32.000.000