Jurnal Prodikmas Hasil Pengabdian Masyarakat ISSN: Vol. 1 No. 2 Juli 2017 e-issn:

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MASYARAKATUNTUK MENCEGAH TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990.

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

Kriminalitas Seksual di dalam Pendidikan

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. tanggung jawab yang telah diembankan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PANDUAN OPERASIONAL PENGEMBANGAN JEJARING USAHA KELEMBAGAAN PETANI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

I b M PELATIHAN MENDISAIN MEDIA PEMBELAJARAN E- LEARNING DENGAN APPLIKASI EDMODO BAGI KELOMPOK GURU DI SMK NEGERI DELI SERDANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar adalah orang-orang terdekat anak, bahkan tidak jarang adalah

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

KASUS ETIKA PROFESI POLISI BUNUH ANAK KANDUNG Brigadir Petrus Bakus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

PEMBENTUKAN TAMAN BACA SEBAGAI WUJUD PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN BAGI ANAK-ANAK DI DESA BERTA, KECAMATAN SUSUKAN, KABUPATEN BANJARNEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

LAPORAN PPM PELATIHAN DAN SOSIALISASI HUKUM TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Qawwãm Volume 8 Nomor 1, 2014

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI. A.Kajian Hukum Mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

Daftar Isi TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Penyusun: Justice for the Poor Project. Desain Cover: Rachman SAGA. Foto: Luthfi Ashari

II. IDENTIFIKASI III. MASALAH YANG DIHADAPI KLIEN

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini kita sering mendegar dan melihat sejumlah berita di

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

SOSIALISASI PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN ANAK USIA DINI DI TK BAITURRAHMAN PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MASYARAKAT GUNA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DARI KEKERASAN FISIK Nursariani Simatupang, Zainuddin Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: r.nany74@gmail.com Abstrak Anak sering menjadi objek kekerasan fisik di rumah, terutama di saat anak melakukan kesalahan, melalaikan kewajibannya, atau tidak mematuhi aturan yang ditetapkan oleh orang tuanya. Orang tua yang seharusnya memberikan perhatian dan kasih sayang, malah melakukan kekerasan fisik dengan alasan untuk mendisiplinkan anak. Permasalahannya adalah anggota masyarakat belum memahami sepenuhnya sepenuhnya tentang pentingnya anak dari kekerasan fisik, tanggungjawab masyarakat terhadap anak dari kekerasan fisik, serta kurangnya kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan anak dari kekerasan fisik. Luaran yang akan dihasilkan adalah berupa penyuluhan guna memberikan, pencegahan dan penanggulangan kekerasan fisik terhadap anak serta pelatihan memecahkan permasalahan terkait sehingga masyarakat memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan terkait dengan kekerasan fisik terhadap anak. Selain itu pelaksanaan program dan hasilnya akan dimasukkan ke dalam jurnal ilmiah. Khalayak sasaran program adalah 70 orang anggota masyarakat Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan 70 orang anggota masyarakat Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Deli Serdang. Kegiatan ini diisi dengan pemberian materi berkaitan dengan kekerasan fisik terhadap anak, motifnya, dampaknya, upaya pencegahannya serta memberikan pelatihan hukum bagi masyarakat (anggota perkumpulan) melalui pemberian kasus terkait untuk diselesaikan masalahnya. Kata Kunci: Kemampuan, Masyarakat, Perlindungan Anak, Kekerasan Fisik PENDAHULUAN I. Analisis Situasi Saat ini peristiwa kekerasan fisik terhadap anak kerap terjadi. Persoalan yang muncul sejak dahulu sampai kini adalah kekerasan fisik justru terjadi di tempat yang bernama rumah. Rumah yang semestinya merupakan tempat anak untuk berlindung, tempat anak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya,tempat 67

yang tentram, damai, serta menyenangkan bagi anak. Bukan tempat untuk memperoleh kekerasan fisik. Anak sering menjadi objek kekerasan fisik di rumah, terutama di saat anak melakukan kesalahan, melalaikan kewajibannya, atau tidak mematuhi aturan yang ditetapkan oleh orang tuanya. Selain itu kekerasan fisik pada anak juga dilakukan oleh orang tua dengan alasan kesal dan emosi pada anak. Orang tua yang seharusnya memberikan perhatian dan kasih sayang yang baik untuk masa depan anak, malah melakukan kekerasan fisik dengan alasan untuk mendisiplinkan anak. Kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang berulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen. Aparat kepolisian pernah mengungkap kasus kekerasan fisik yang dilakukan oleh seorang ibu (R) pada anak perempuannya N (13 tahun), karena alasan tidak bisa lagi menahan malu, akibat anaknya kerap mencuri. Pada tubuh korban ditemukan beberapa luka lebam akibat pukulan yang kerap dilakukan ibunya. Untuk menutupi perbuatannya R kerap menyekap putrinya di kamar mandi. Selain itu ada juga ibu yang tega melakukan kekerasan pada anaknya yang berakibat hilangnya nyawa, yaitu M (28 tahun). M tega memutilasi anak keduanya dan melukai anak pertamanya yang masih balita. Begitu juga dengan D (31 tahun) mengaku khilaf telah menghajar 2 anaknya yang masih berusia 7 dan 8 tahun dengan bambu berdiameter 5 cm, sehingga mengakibatkan salah satu anaknya meninggal. Perbuatan tersebut dilakukan D karena melihat anaknya sedang berebut baju kaus pemberian adik D. Ketika anak melakukan kesalahan tidak berarti anak tidak boleh diberikan hukuman. Penghukuman yang diberikan hendaknya diberikan dalam rangka mendidik anak dan bertujuan agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Penghukuman yang disertai dengan kekerasan tidak memberikan efek yang mendidik bagi anak. Sikap, ucapan, dan perbuatan yang diserap dan dicerna oleh anak adalah sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik, dan bersusila, karena ini akan berakibat 68

baik bagi perkembangan anak. Dikatakan merugikan, jika sikap, ucapan, dan perbuatan yang tidak baik, dan ini tidak menguntungkan bagi perkembangan anak. Sebagai orang tua, ayah dan ibu memiliki tanggungjawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap menghadapi berbagai masalah dan kesulitan dalam kehidupan masyarakat kelak. Orang tua harus melakukan hal positif yang dapat membentuk kepribadian anak yang positif pula. Segala sikap, ucapan, tindakan orang tua yang positif sangat menentukan perkembangan, sikap, ucapan, dan tindakan anak. Disitulah fungsi orang dapat membawa anak agar tidak melakukan kesalahan, tidak melalaikan tugasnya, serta tidak melupakan kewajibannya sebagai generasi penerus bangsa. Kekerasan fisik dapat menimbulkan luka bahkan kematian, anak kebal pada hukuman, dan peniruan. Secara psikis dapat menimbulkan guncangan emosional dan psikologis, yang dapat mempengaruhi kehidupan masa depannya. Dampak yang sangat fatal ketika anak kerap menjadi korban kekerasan adalah anak akan lebih berpeluang untuk menjadi pelaku kekerasan berikutnya akibat adanya proses peniruan pada anak. Dampak yang sangat mengerikan tentunya, dan inilah yang kurang dipahami oleh para masyarakat khususnya di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan masyarakat Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Kabupaten Deli Serdang. Mereka belum memahami sepenuhnya tentang pentingnya memberikan terhadap anak. Bagi orang tua anak adalah hak mutlak mereka, sehingga tindakan apapun boleh dilakukan terhadap anak. Tidak sedikit diantara mereka (para orang tua), lebih memilih menggunakan kekerasan fisik ketika anak melakukan kesalahan demi pendisiplinan anak. Jika ada yang melakukan kesalahan, orang tua (baik ayah atau ibu) kerap memukul (dengan pukulan yang keras), menampar, atau menjewer anaknya tanpa mengetahui dampak mengerikan yang akan dialami oleh anak. Padahal anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, memiliki peran strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa yang akan datang. 69

Anak adalah generasi penerus bangsa dan penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subjek pelaksana pembangunan yang berkelanjutan dan pemegang kendali masa depan suatu negara. Anak harus didorong untuk menjadi pribadi yang penuh dengan kebaikan, keimanan, dan ketaqwaan agar dapar menjalan perannya sebagai generasi penerus bangsa. Anak perlu mendapatkan hak-haknya, perlu dilindungi baik oleh orang tuanya, keluarga, maupun masyarakat. Perlindungan terhadap anak sangat diperlukan agar anak tidak menjadi korban kekerasan fisik. Oleh karena itu segala bentuk kekerasan terhadap anak harus dicegah, diatasi, dan diberantas. II. Permasalahan Mitra Berdasarkan analisis situasi yang telah dipaparkan di atas, masalah yang dihadapi oleh masyarakat Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Kabupaten Deli Serdang adalah; 1) Masyarakat belum memahami sepenuhnya tentang pentingnya anak dari kekerasan fisik. 2) Masyarakat belum memiliki pemahaman tentang tanggungjawab masyarakat terhadap anak dari kekerasan fisik. 3) Kurangnya kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan anak dari kekerasan fisik. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh mitra, maka tujuan program ini adalah; a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya anak dari kekerasan fisik. b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tanggungjawab masyarakat terhadap anak dari kekerasan fisik. c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan anak dari kekerasan fisik. 70

METODE PELAKSANAAN Khalayak Sasaran Khalayak sasaran program adalah 70 orang anggota masyarakat Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan 70 orang anggota masyarakat Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Deli Serdang. Dipilihnya dua mitra tersebut dengan pertimbangan bahwa; a. Lingkungan tersebut memiliki jumlah anak yang relatif banyak, b. Diharapkan anggota masyarakat yang mengikuti penyuluhan dan pelatihan dapat mentransfer pengetahuannya tersebut pada anggota masyarakat lainnya di lingkungan mereka. Metode Kegiatan Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Deli Serdang adalah dengan menggunakan metode: ceramah, dialog, diskusi, dan pelatihan pemecahan masalah yang terkait dengan peningkatan kesadaran hukum terhadap penghapusan kekerasan fisik terhadap anak yakni mengenai pencegahan dan korban dan penegakan hukum terhadap pelaku. Melalui gabungan metode tersebut diharapkan peserta memperoleh materi tentang erlindungan anak dari kekerasan fisik, pencegahan dan penanggulangannya serta terlatih untuk memecahkan berbagai masalah terkait anak dari kejahatan fisik. Kegiatan ini akan diisi dengan pemberian materi berkaitan dengan anak dari kekerasan fisik serta memberikan pelatihan hukum bagi masyarakat melalui pemberian kasus terkait untuk diselesaikan masalahnya. Rencana Kegiatan Tim Pelaksana dan narasumber adalah dosen Fakultas Hukum UMSU. Sebelum penyusunan proposal Pengabdian kepada Masyarakat terlebih dahulu dilakukan observasi selanjutnya dilakukan penyusunan proposal. Setelah 71

proposal disetujui langkah berikutnya adalah penentuan jadwal pelaksanaan bersama-sama dengan mitra program. Tempat dilaksanakan di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Desa Manunggal Deli Serdang. Sebelum dimulainya terlebih dahulu dipersiapkan makalah dan kasuskasus dari tim sebagai bahan pelatihan. Di samping itu juga dilakukan penggandaan makalah dan kasus-kasus yang telah dipersiapkan serta dilakukan persiapan diskusi kelompok. HASIL YANG DICAPAI Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat IbM dilaksanakan terhadap masyarakat di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Desa Manunggal Deli Serdang. Dalam tersebut dilakukan ceramah, dialog, diskusi, dan pelatihan pemecahan masalah yang terkait dengan peningkatan kesadaran hukum terhadap penghapusan kekerasan fisik terhadap anak yakni mengenai pencegahan dan korban dan penegakan hukum terhadap pelaku. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan IbM ini diatur melalui langkah-langkah sebagai berikut ; a. Koordinasi antara Tim pelaksana dengan mitra b. Menyiapkan materi IbM c. Menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan d. Menyiapkan jadwal e. Melakukan pengabdian kepada masyarakat, ceramah, dialog, diskusi, dan pelatihan pemecahan masalah (kasus kekerasan fisik terhadap anak) f. Evaluasi. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi program IbM bagi warga masyarakat di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Deli Serdang ditanggapi positif. Dengan adanya tanggapan positif tersebut IbM bisa berjalan lancar, sehingga program 72

dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan, masyarakat sangat antusias mengikutinya. Kegiatan diawali dengan pemberian materi dalam bentuk ceramah dari narasumber. Narasumber lebih menekankan kepada masyarakat bahwa terhadap anak sangat penting dilakukan terutama dari kekerasan fisik yang sering terjadi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh anggota masyarakat pada saat pengabdian kepada masyarakat dilakukan, yaitu: 1. Berapa batasan usia anak? 2. Apakah yang dimaksud dengan kekerasan fisik? 3. Apa saja bentuk kekerasan fisik? 4. Apakah menjewer atau mencubit anak di rumah yang dilakukan oleh ibunya adalah kekerasan fisik? 5. Apakah menjewer atau mencubit anak di sekolah yang dilakukan oleh gurunya adalah kekerasan fisik? 6. dll. Seluruh pertanyaan yang diajukan oleh anggota masyarakat, ditanggapi oleh narasumber. Setelah mendapat tanggapan, masyarakat mengetahui tentang hal-hal yang ditanyakannya. Kegiatan selanjutnya dilakukan pelatihan pemecahan masalah yang terkait dengan peningkatan kesadaran hukum terhadap penghapusan kekerasan fisik terhadap anak yakni mengenai pencegahan dan korban dan penegakan hukum terhadap pelaku. Evaluasi Kegiatan Evaluasi program IbM di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Desa Manunggal Deli Serdang diarahkan kepada tiga aspek kinerja yakni; aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek hasil. Untuk memudahkan evaluasi ketiga aspek kinerja tersebut indikator keberhasilannya dijabarkan pada matrik berikut: 73

No Aspek Yang Dievaluasi 1 Perencanaan/p ersiapan 2 Pelaksanaan program Tabel 1 Matrik Evaluasi Kinerja Program IbM Indikator Keberhasilan Tim IbM membuat program kerja dan menyiapkan bahan untuk pelaksanaan Tim program IbM menjalin kerjasama untuk dilakukan pengabdian kepada masyarakat, dan pelatihan pemecahan kasus Tolok Ukur Tersedianya program kerja secara detail dan aplikatif. Tersedianya bahan untuk pelaksanaan Terlaksananya kerjasama dan pengabdian kepada masyarakat. Terlaksananya pelatihan pemecahan kasus. Hasil yang Diperoleh Program kerja sudah tersedia dan aplikatif. Bahan untuk pelaksanaan (makalah, kasus kekerasan fisik terhadap anak) sudah tersedia dengan baik Kerjasama dan pengabdian kepada masyarakat berjalan sesuai jadwal. Pelatihan pemecahan kasus terlaksana dengan baik. 3 Hasil Peserta pengabdian kepada masyarakat dapat: a. Memahami tentang pentingnya anak. b. Memahami tentang tanggungja wabnya memberikan terhadap anak dari kekerasan fisik. c. Memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang berkaitan Terlaksananya peningkatan pemahaman masyarakat akan pentingnya anak dari kekerasan fisik serta mampu memecahkan masalah terkait kekerasan fisik terhadap anak. Peserta pengabdian kepada masyarakat mampu: a. Memahami tentang pentingnya anak. b. Memahami tentang tanggungjawabn ya memberikan terhadap anak dari kekerasan fisik. c. Memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah berkaitan dengan yang 74

dengan anak dari kekerasan fisik. anak dari kekerasan fisik. Selama pelaksanaan program IbM tidak ditemukan permasalahan atau hambatan. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan program IbM berjalan dengan lancar serta sesuai dengan yang diharapkan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan data hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan oleh Tim pelaksana terhadap program Ipteks bagi Masyarakat ( IbM ) di Lingkungan III Pulau Brayan Darat II Medan dan Kelompok Tani Purnakaryawan Desa Manunggal Deli Serdang dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Program IbM sangat bermanfaat bagi warga masyarakat. 2. Program IbM yang telah dilaksanakan bisa berjalan dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. 3. Masyarakat sangat antusias mengikuti yang dilaksanakan. 4. Masyarakat dapat melakukan pemecahan masalah jika terjadi kekerasan fisik terhadap anak. A. Saran Saran berkait dengan pelaksanaan program IbM ini, kami sampaikan sebagai berikut: 1. Warga masyarakat (anggota persatuan) hendaknya selalu bisa melakukan pencegahan kekerasan terhadap anak. 2. Ketua persatuan hendaknya selalu memberikan motivasi kepada warga masyarakat khususnya para anggota yang telah mengikuti dan pelatihan, untuk senantiasa dapat memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah diterima selama mengikuti penyuluhan dan pelatihan. 75

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku; Abu Huraerah, 2012, Kekerasan Terhadap Anak, Nuansa Cendekia, Bandung. M. Sahlan Syafei, 2006, Bagaimana Mendidik Anak, Ghalia Indonesia, Jakarta. Nashriana, 2012, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Perundang-undangan; UU No. 23 Tahun 2004 tentang Peghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 76

DOKUMENTASI 77