BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebuah perusahaan didirikan memiliki orientasi memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat

stakeholders dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu stakeholders primer (pelanggan, pemasok, pemodal, dan karyawan) dan stakeholders sekunder

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi dan Konsep Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena berkaitan erat dengan corporate governance, sehingga sering

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Persaingan dunia yang semakin ketat dan perekonomian dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memproses sumber daya (input),

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori legitimasi dan teori

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Praktik pengungkapan CSR

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Berbasis Sumber Daya(Resources Based Theory/Resources

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengambil keputusan investasi. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan oleh

BAB 1. membiayai dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan. dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Teori) Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder adalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PENDAHULUAN. spesifik perbankan berfungsi sebagai agent of trust, agen of development dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Coorporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB). Setelah Produk Domestik Bruto dapat dipakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global. Perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori utama (grand theory) yang mendasari penelitian ini adalah agency

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tatanan kebijakan, Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki tafsir

BAB I PENDAHULUAN. telah diatur dalam UU. No. 22 tahun 2001 pasal 40 butir 5 berbunyi Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi mempunyai peran penting dalam pengungkapan sukarela laporan keuangan perusahaan. Teori legitimasi sangat erat hubungannya antara norma-norma yang ada di masyarakat dengan masyarakat itu sendiri, jadi dalam keberlanjutannya, perusahaan harus memastikan bahwa apa yang dilakukan perusahaan itu sesuai dengan norma-norma pihak luar dalam hal ini masyarakat, sehingga perusahaan dianggap peduli dengan hal tersebut (Deegan, 2004 dalam Wardani, 2012). Dalam teori legitimasi, sebuah organisasi atau perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai sosial dan konsisten dalam kegiatan yang dilakukan organisasi. Dan hal tersebut dapat dicapai salah satunya melalui pengungkapan dalam laporan keuangan (Wilmshurts T. dan Frost, G, 2000 dalam Rokhlinasari, 2016). Kegiatan yang dilakukan perusahaan dapat memiliki dampak lingkungan maupun sosial terhadap masyarakat, sehingga perusahaan harus mampu memaksimalkan praktik pengungkapan sosial untuk menghindari konflik terhadap norma-norma yang ada di masyarakat. Selain itu praktik pengungkapan tanggung jawab sosial dapat menjadi alat pengkomunikasian dampak lingkungan dan sosial, baik itu dampak baik maupun dan yang buruk kepada masyarakat atas aktivitas 9

10 yang dilakukan perusahaan. Dari urain di atas dapat disimpulkan bahwa teori legitimasi adalah suatu kontrak sosial antara sebuah organisasi dengan masyarakat, sehingga terjadi sebuah keadilan bahwa kedua belah pihak antara organisasi dan masyarakat saling diuntungkan dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan. 2. Teori Agensi Teori keagenan dalam konteks perusahaan menggambarkan bagaimana antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent) berada pada suatu titik temu. Bisa dikatakan bahwa titik temu tersebut ialah hubungan yang kemudian terjadi suatu kontrak antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajer (agent). Kemudian antara kedua belah pihak melakukan persetujuan dalam kontrak kerja bersama antara pemilik perusahaan (principal) dan manajer (agent) mengenai halhal berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Rokhlinasari, 2016). Hubungan antara principal dan agent akan menimbulkan potensi konflik kepentingan antara principal dan agent, yang kemudian memiliki implikasi terhadap munculnya biaya keagenan. Teori keagenan menjelaskan berbagai kemungkinan konflik yang terjadi karena adanya berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Manajer dalam perusahaan memiliki peran penting dalm mengelola informasi yang berkaitan dengan keuangan maupun non keuangan.

11 Pengelolaan segala informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan bisa menimbulkan masalah asimetris, karena semua informasi perusahaan yang dikeluarkan dikelola oleh manajer. Teori keagenan memiliki hubungan erat dengan masalah asimetris informasi (Wardani, 2012). Perusahaan dalam praktik pengungkapan tanggung jawab sosial salah satu tujuannya adalah untuk membangun image baik perusahaan. Dengan adanya masalah sosial akan membuat pihak pengawasan perusahaan (principal) terbagi fokusnya selain melakukan pengawasan terhadap manajer terhadap isu-isu manipulasi laba, principal juga fokus mengawasi bagaimana manajer bisa membangun image positif bagi perusahaan melalui kegiatan sosial. Dengan begitu pihak manajer juga memfokuskan untuk bisa membangun image positif perusahaan melalui praktik pengungkapan tanggung jawab sosial. 1. Teori Stakeholders Stakeholders adalah individu, kelompok khusus, dan masyarakat secara luas yang memiliki hubungan dengan perusahaan sehingga terdapat berbagai kepentingan dari pihak-pihak tersebut (Muid, 2011). Untuk menjalankan berbagai aktivitas, perusahaan perlu pertimbangan dan persetujuan dari para stakeholders sehingga perusahaan perlu dukungan dari stakeholders untuk memastikan keberlanjutan perusahaan tersebut (Januarti dan Apriyanti, 2005 dalam Muid, 2011). Dilihat dari teori stakeholders, keberlanjutan perusahaan sangat ditentukan dengan para

12 stakeholders, karena perusahaan secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan para pemangku kepentingan yang mempengaruhi perusahaan. Sebuah perusahaan harus mampu memainkan perannya di masyarakat karena aktivitas perusahaan pasti akan berdampak terhadap masalah lingkungan maupun sosial. Komunikasi perusahaan dengan para stakeholders juga penting, dengan mengkomunikasikan segala aktivitas perusahaan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap masalah sosial dan lingkungan akan membantu perusahaan untuk lebih memperhatikan kepentingan para stakeholders terutama ketika perusahaan akan mengambil keputusan. Tanggung jawab sosial adalah kegiatan yang banyak mendapat sorotan, maka perusahaan harus mengkomunikasikan aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dengan baik. Pentingnya pengungkapan tanggung jawab sosial bagi stakeholders untuk melihat bagaimana perusahaan melakukan kegiatan sesuai dengan perannya yang diharapkan stakeholders (Riswari, 2012 dalam Ekowati dkk, 2014). 2. Corporate Social Responsibility (CSR) The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai tindakan etis dan kontribusi dalam suatu pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup para karyawan, masyarakan lokal, dan masyarakat luas pada umumnya. Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya tidak hanya

13 memfokuskan tujuan terhadap laba, tapi juga dapat membangun segala aspek lingkungan maupun aspek sosial di sekitarnya. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian yang ditunjukkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya (Djajadiningrat dan Melia, 2004 dalam Ekowati dkk, 2014). Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk tindakan nyata perusahaan dalam kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar perusahaan, sehingga perusahaan tidak hanya bertujuan untuk memperoleh laba saja, tapi juga peduli terhadap lingkungan sekitar yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan. B. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Ukuran perusahaan banyak digunakan sebagai variabel yang menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar perusahaan dilihat dari indikator seperti total aktiva, jumlah tenaga kerja dan juga penjualan. Semakin besar ukuran perusahaan maka kemungkinan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan semakin banyak, dan informasi yang perlu diungkapkan juga semakin banyak. Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar tentu akan menjadi banyak perhatian, karena kegiatan yang dilakukan akan lebih banyak melibatkan pemangku kepentingan serta sumber daya yang dimiliki

14 perusahaan relative besar dan dibutuhkan pengungkapan informasi yang cukup luas. Dikaitkan dengan teori agensi, perusahaan yang memiliki ukuran besar cenderung melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas, untuk mengurangi biaya keagenan yang juga besar (Sembiring, 2005). Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan para pemangku kepentingan, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawaban sosial. Dengan melakukan kepedulian terhadap masalah lingkungan dan sosial, kemudian perusahaan melakukan pengungkapan kegiatan tersebut melalui laporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan para pemangku kepentingan. Anugerah dkk (2010) melakukan penelitian dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI seperti yang tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory 2008. Dalam penelitiannya, Anugerah dkk menggunakan variabel ukuran perusahaan yang dihubungkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hastuti (2014) juga memasukkan variabel ukuran perusahaan kedalam penelitiannya dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 sampai 2012, dan menemukan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan juga terhadap

15 pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti halnya Anugerah dkk (2010) dan Hastuti (2014), Silaen (2010) juga memasukkan variabel ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Silaen (2010) dalam penelitiannya menggunakan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Banyak penelitian yang telah menggunakan tipe industri sebagai indikator yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Yang menjadi perhatian oleh banyak peneliti adalah tipe industri yang didasarkan pada industri high profile dan low profile (Dirgantari, 2002). Robert (1992) dalam Hasyir (2009) menyatakan bahwa industri high profile merupakan industri yang mempunyai consumer visibility, tingkat risiko politik, tingkat kompetisi yang tinggi, misalnya perusahaan minyak dan pertambangan, kimia, hutan, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makan dan

16 minuman, media dan komunikasi, energy (listrik), engineering, kesehatan, serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan perusahaan yang masuk dalam kategori low profile adalah perusahaan bangunan, properti, keuangan dan perbankan, pemasok peralatan medis, perusahaan ritel, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga. Perusahaan dalam kategori high profile umumnya memperoleh sorotan lebih banyak dari masyarakat, karena berhubungan dengan kepentingan yang luas. Apabila dikaitkan dengan teori legitimasi, perusahaan high profile lebih banyak menyediakan informasi terkait aktivitas-aktivitas perusahaan sebagai komunikasi kepada masyarakat terutama terkait lingkungan dan sosial, agar aktivitas yang dilakukan perusahaan tidak bersinggungan terhadap norma-norma yang ada di masyarakat. Masyarakat umumnya lebih sensitif terhadap perusahaan high profile, misalnya perusahaan sektor pertambangan yang berkaitan langsung dengan masalah dampak lingkungan, karena apabila kelalaian perusahaan terjadi dapat membawa akibat yang fatal bagi masyarakat, sebaliknya perusahaan dalam kategori low profile cenderung kurang mendapat sorotan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) dengan sampel perusahaan non-keuangan yang teraftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009, menemukan bahwa tipe industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hastuti (2014) juga memasukan variabel tipe industri kedalam penelitiannya dengan

17 sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 sampai 2012, dan menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti halnya Purwanto (2011) dan Hastuti (2014), Putra (2011) juga memasukan variabel tipe industri dalam penelitiannya dengan sampel semua perusahaan berbagai sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 dan 2009 penelitian menunjukkan bahwa tipe industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Maka rumusan hipotesis penelitian ini yaitu: H2: Tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 3. Pengaruh Growth terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mendapat banyak sorotan sehingga diprediksi perusahaan akan lebih banyak dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Sari, 2012). Sorotan terjadi karena perusahaan yang mengalami pertumbuhan mempunyai implikasi terhadap peningkatan ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan yang baik. Apabila dikaitkan dengan teori stakeholders, informasi pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu pertimbangan bagi para investor.

18 Maria Ulfa (2009) dalam Sari (2012) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan pertumbuhan penjualan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu indikator bagi para investor yang akan menanamkan modalnya. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang baik diharapkan akan meningkatkan pendapatan dan akan membuat para investor berminat untuk berinvestasi. Nuraeni dan Antin (2016) adanya pertumbuhan perusahaan yang baik maka akan baik pula karakteristik perusahaan kemudian memberi pengaruh terhadap peningkatan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada saat pertumbuhan perusahaan meningkat dan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan juga meningkat memberikan daya tarik lebih bagi para investor, karena tanggung jawab sosial perusahaan juga menjaga kesetabilan dan menghindari perusahaan dari masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan para stakeholders dimasa yang akan datang. Penelitian terdahulu tentang growth dilakukan oleh Ekowati dkk (2014) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai 2012 hasilnya menunjukkan bahwa growth tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hastuti (2014) juga memasukkan variabel growth dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai 2012, dan menemukan bahwa growth tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung

19 jawab sosil perusahaan. Maka rumusan hopitesis penelitian ini sebagai berikut: H3: Growth berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Pengaruh Media Exposure terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Media mempunyai peran penting pada pergerakan mobilisasi sosial, misalnya kelompok-kelompok yang tertarik pada masalah lingkungan (Patten, 2002 dalam Reverte, 2009). Pada jaman modern ini masyarakat lebih cenderung memperoleh informasi melalui media internet dibandingkan koran dan majalah, mengikuti perkembangan teknologi. Bahkan di jaman sekarang segala bentuk kegiatan perusahaan akan mudah diperoleh melalui media pemberitaan internet. Dengan ada nya pemberitaan media, para pihak berkepentingan dapat mengetahui kegiatan sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan dengan mudah. Apabila dikaitkan dengan teori stakeholders, pemberitaan media membantu mengawasi segala aktivitas yang dilakukan perusahaan terutama yang berkaitan dengan masalah sosial dan lingkungan. Pemberitaan media juga memberikan tekanan kepada perusahaan untuk lebih perhatian terhadap masalah lingkungan dan sosial, sehingga perusahaan juga akan lebih banyak melakukan pengungkapan, untuk menghindari konflik yang bisa saja muncul terutama terkait masalah sosial

20 dan lingkungan dimasa yang akan datang. Pemberitaan media memiliki implikasi terhadap citra perusahaan di mata para stakeholders, karena dapat diakses dengan mudah. Jika pemberitaan itu mengenai hal yang positif tentu akan membuat dampak yang baik bagi perusahaan, dan sebaliknya jika pemberitaan itu tentang hal yang negatif tentu akan merusak citra perusahaan. Kristi (2012) melakukan penelitian dengan sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 dan 2011 hasilnya menunjukkan variabel media exposure berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sejalan dengan penelitian Kristi (2012), Ekowati dkk (2014) juga memasukan variabel media exposure dalam penelitiannya dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai 2012, dan menemukan bahwa variabel media exposure berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan hipotesis penelitian ini yaitu: H4: Media exposure berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

21 C. Model Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Ukuran Perusahaan (X1) Tipe Industri (X2) Growth (X3) Media Exposure (X4) + + + + Pengungkapan CSR (Y)