TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar

dokumen-dokumen yang mirip
TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERATURAN KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO NOMOR : 08 / TKPSDA / III / 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

W I L A Y A H S U N G A I W E L A N G R E J O S O

DAFTAR ISI. Tata Cara dan Tata Tertib Persidangan 11 Tata Cara dan Tata Tertib Pengambilan Keputusan 17

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

PERATURAN TATA TERTIB

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

TATA TERTIB MUSYAWARAH PROVISI DPD HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan Dan Kursus Indonesia) PROVINSI LAMPUNG. Pasal 1 NAMA DAN STATUS

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BELAWAN - ULAR - PADANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA AD/ART

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01/TAP/DPM UI/I/2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Komite Nominasi dan Remunerasi mempunyai tugas dan tanggung jawab:

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk-produk Peraturan Perundangundangan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

RANCANGAN TATA TERTIB RAKERDA DPD AREBI JABAR 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

Memperhatikan : Hasil Sidang Pleno Senat Akademik IPB, tanggal 23 Desember MEMUTUSKAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

Pasal 3 Kedudukan SU MPM REMA UPI merupakan forum tertinggi dalam REMA UPI.

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi. PT Astra International Tbk

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PRT/M/2015 TENTANG RENCANA DAN RENCANA TEKNIS TATA PENGATURAN AIR

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN WILAYAH SUNGAI

KEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2013 NOMOR 17SERI D NOMOR 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN DI DESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

Transkripsi:

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar PERATURAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Nomor : TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menindaklanjuti pasal 34 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai lintas Provinsi, perlu ditetapkan tata tertib persidangan dan tata cara pengambilan keputusan tim koordinasi pengelolaan sumber daya air. b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan tata tertib persidangan dan tata cara pengambilan keputusan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air wilayah Sungai Saddang dengan keputusan Ketua Tim Koordinasi PSDA WS Saddang. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004, tambahan lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4377) 2. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 82, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858) 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2008 tentang Dewan Sumber Daya Air.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2008 tentang Penetapan Wilayah Sungai. 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Provinsi Kabupaten/Kota, dan Wilayah Sungai 6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 80/KPTS.M/2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Saddang. M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Tim Koordiansi Pengelolaan Sumber Daya Air ini yang dimaksud dengan : 1. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2000 km 2 2. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan kedanau atau ke laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan 3. Sumber daya air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung didalamnya 4. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. 5. Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air. 6. Tim Koordinasi pengelolaan sumber daya air adalah tim yang dibentuk oleh Menteri Pekerjaan Umum.

7. Sekretaris Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air adalah unit organisasi yang bertugas membantu tim koordinasi pengelolaan sumber daya air. 8. Unsur-unsur pemerintah adalah wakil-wakil instansi pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota. 9. Unsur-unsur non pemerintah adalah wakil-wakil kelompok yang berasal dari pengguna dan pengusaha sumber daya air serta lembaga masyarakat adat dan lembaga masyarakat pelestari lingkungan sumber daya air. 10. Sidang adalah pertemuan untuk membahas agenda sidang yang dihadiri oleh anggota Tim Koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah sungai. 11. Tim kerja panitia khusus adalah tim yang dibentuk oleh Ketua TKPSDA. 12. Narasumber adalah tenaga ahli pengelolaan sumber daya air yang dibutuhkan dalam TKPSDA BAB II JENIS SIDANG TKPSDA WS SADDANG Pasal 2 1) Jenis Sidang TKPSDA a. Sidang Paripurna b. Sidang Komisi 2) Sidang Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dihadiri oleh semua anggota 3) Sidang Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dihadiri oleh Ketua dan Anggota Komisi Pasal 3 Dalam melaksanakan Sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 TKPSDA WS Saddang dapat mengundang tim kerja/panitia khusus, narasumber dan Perguruan Tinggi.

BAB III TATA TERTIB SIDANG TKPSDA WS. SADDANG Bagian Kesatu Sidang TPSDA Wilayah Sungai Pasal 4 1) Sidang TKPSDA Wilayah Sungai dipimpin oleh ketua TKPSDA 2) Apabila Ketua TKPSDA berhalangan, maa sidang TKPSDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Ketua Harian TKPSDA Wilayah Sungai 3) Apabila Ketua Harian TKPSDA tiba-tiba berhaangan maka sidang TKPSDA WS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dipimpin oleh seorang anggota TKPSDA yang ditunjuk oleh ketua harian TKPSDA wilayah sungai. 4) Sidang TKPSDA WS diselenggarakan berdasarkan agenda tahunan TKPSDA Wilayah Sungai yang ditetapkan dalam setiap sidang perdana TKPSDA 5) Apabila diperlukan sidang diluar agenda tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) TKPSDA Wilayah Sungai dapat mengadakan sidang luar biasa 6) Sidang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dipimpin oleh Ketua TKPSDA Wilayah Sungai Saddang Pasal 5 1) Sidang luar biasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (5) diadakan apabila : a. Diminta oleh Menteri Pekerjaan Umum b. Diminta oleh anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya separuh jumlah anggota ditambah satu orang anggota. 2) Dalam sidang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua TKPSDA/Ketua Harian TKPSDA Wilayah Sungai mengundang seluruh anggota Bagian Kedua Waktu Sidang TKPSDA Wilayah Sungai Saddang Pasal 6 1) Sidang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (Satu) kali dalam 4 (empat) bulan 2) Sidang dilaksanakan pada hari kerja dengan waktu yang ditetapkan oleh pimpinan sidang, kecuali sidang luar biasa 3) Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh pimpinan sidang pada saat pembukaan sidang

4) Perubahan waktu sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh pimpinan sidang atas kesepakatan anggota. Bagian Ketiga Tata Cara Sidang TKPSDA Wilayah Sungai Saddang Pasal 7 1) Jadwal sidang TKPSDA wilayah sungai ditetapkan oleh Ketua TKPSDA Wilayah sungai berdasarkan kesepakatan anggota 2) Materi sidang, jadwal, tempat dan acara sidang disiapkan oleh Sekretariat TKPSDA, wilayah sungai 3) Materi sidang disampaikan oleh sekretariat TKPSDA wilayah sungai kepada para anggota paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal sidang 4) Materi sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diutamakan penyampaiannya melalui media elektronik atau media cetak. Pasal 8 1) Sidang anggota wajib menandatangani daftar hadir sebelum memasuki ruang sidang 2) Anggota yang berhalangan hadir dapat mewakilkan kepada seseorang yang ditunjuk oleh yang bersangkutan berdasarkan surat kuasa atau surat penugasan 3) Wakil anggota yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diizinkan mengikuti sidang. Pasal 9 1) Dalam melaksanakan sidang TKPSDA wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, Ketua TKPSDA wilayah sungai dapat mengundang dan/atau meminta penjelasan dari panitia khusus. 2) Dalam memberikan penjelasan panitia khusus dapat dibantu oleh Tim Kerja dan/atau narasumber 3) Narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berasal dari unsur praktisi, pakar, lembaga swadaya masyarakat yang terkait 4) Sebelum tim kerja dan/atau narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan penjelasannya pada ayat (2) menyampaikan penjelasannya wajib memperkenalkan identitas kepada peserta sidang. 5) Tim kerja atau narasumber sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan TKPSDA wilayah sungai.

Pasal 10 1) Sidang dibuka pimpinan sidang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan 2) Apabila waktu yang telah ditentukan, anggota yang hadir belum mencapai separuh jumlah anggota ditambah satu orang anggota, pimpinan sidang mengumumkan penundaan pembukaan sidang. 3) Penundaan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 15 (lima belas) menit 4) Apabila jumlah kehadiran anggota pada akhir waktu penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum terpenuhi pimpinan sidang menyatakan sidang tetap dilanjutkan secara sah. Pasal 11 1) Pimpinan sidang harus menjelaskan hal yang terkait dengan permasalahan yang sedang dibicarakan dan menyimpulkan atas dasar kesepakatan peserta sidang. 2) Apabila pimpinan sidang hendak berbicara selaku anggota harus menyatakan terlebih dahulu bahwa substansi yang disampaikan adalah merupakan haknya sebagai anggota. Pasal 12 1) Pimpinan sidang menutup sidang setelah semua agenda sidang yang ditetapkan telah selesai dibicarakan 2) Dalam hal ada agenda sidang yang belum terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan, pimpinan sidang dapat penjelasan agenda sidang tersebut untuk dilanjutkan pada sidang berikutnya atau melanjutkan penjelasan agenda sidang tersebut atas kesepakatan peserta sidang 3) Pimpinan sidang menyampaikan pokok-pokok keputusan a dan/atau kesimpulan hasil sidang sebelum acara sidang ditutup Bagian Keempat Tata Cara Permusyawaratan Pasal 13 1) Pimpinan sidang mengatur jalannya persidangan 2) Pimpinan sidang dapat menentukan giliran dan lamanya peserta sidang berbicara 3) Pembicaraan dalam sidang tidak boleh diganggu selama berbicara 4) Peserta sidang yang berbicara melampaui batas waktu yang ditetapkan pimpinan sidang dapat memperingati.

Pasal 14 1) Pimpinan sidang berhak memperingati pembicara yang : a. Menggunakan kata-kata diluar batas kesopanan b. Melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban c. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum 2) Pimpinan sidang berhak meminta agar yang bersangkutan menghentikan perbuatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 3) Perbuatan pembicaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak perlu dimuat dalam notulen sidang Pasal 15 1) Apabila pembicara tidak mengindahkan dan/atau tidak memperdulikan peringatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2), pimpinan sidang berhak melarang meneruskan pembicaraan. 2) Apabila larangan yang dimaksud pada ayat (1) tetap tidak diindahkan pimpinan sidang berhak untuk bertindak tegas terhadap pembicara tersebut untuk segera meninggalkan ruangan sidang. Pasal 16 1) Pimpinan sidang dapat menunda atau menutup sidang yang disebabkan sebagaimana dimaksud pada pasal 14 dan pasal 15. 2) Dalam hal kejadian luar biasa, pimpinan sidang dapat menunda atau menutup sidang yang sedang berlangsung atas dasar kesepakatan peserta sidang. Pasal 17 1) Setiap peserta sidang dapat mengajukan interupsi : 2) Interupsi sebagaimana dimaksud aayt (1) hanya dapat dilakukan dalam hal : a. Meminta penjelasan hal-hal yang dibicarakan dalam sidang b. Menjelaskan substansi pembicaraan menyangkut kepentingan yang diwakili dan/atau tugasnya c. Mengajukan usulan yang berhubungan dengan substansi yang dibicarakan atau d. Mengajukan usulan agar sidang ditunda untuk sementara 3) Interupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh setiap peserta sidang setelah pimpinan sidang menyetujui dan mempersilahkan untuk mengajukan interupsi tersebut. 4) Pimpinan sidang berhak menetapkan lamanya peserta sidang melakukan interupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

5) Pimpinan sidang berhak memperingati atau menghentikan interupsi yang disampaikan tidak ada hubungannya dengan materi yang dibicarakan 6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b tidak perlu dibahas 7) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d dapat dibahas atas dasar persetujuan peserta sidang. Pasal 18 1) Peserta sidang tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan, kecuali hal-hal yang berkaitan dengan materi interupsi sebagaimana dimaksud pasal 17. 2) Apabila pembicara dari peserta sidang, menurut pendapat pimpinan sidang menyimpang dari pokok pembicaraan, pimpinan sidang berhak memperingati agar berbicara sehubungan dengan pokok pembicaraan. Pasal 19 1) Dalam setiap sidang, sekretaris sidang segera menyusun laporan singkat dan ditandatangani pimpinan sidang, kemudian dibagikan kepada peserta sidang 2) Laporan singkat sebagaimana dimaksud pasal (1) memuat kesimpulan dan/atau keputusan sidang Pasal 20 1) Dalam setiap sidang wajib dibuat risalah sidang yang disiapkan oleh Sekretaris sidang dan ditandatangani oleh pimpinan sidang 2) Risalah sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan catatan sidang yang berisi pokok-pokok pembicaraan, kesimpulan dan/atau keputusan yang dihasilkan dalam sidang serta dilengkapi dengan informasi mengenai a. Jenis sidang b. Hari dan tanggal sidang c. Tempat sidang d. Acara sidang e. Waktu pembukaan dan penutupan sidang f. Pimpinan sidang g. Jumlah dan nama peserta yang menandatangani daftar hadir h. Daftar undangan yang hadir i. Notulen dan/atau rekanan pembicaraan 3) Risalah sidang sebagaimana dimaksud ayat (1) disimpan/diarsipkan oleh sekretariat TKPSDA Wilayah Sungai Saddang

Bagian Keenam Tata Tertib Untuk Tim Kerja dan Narasumber Pasal 21 1) Tim kerja dan/atau narasumber diperbolehkan berbicara dalam sidang atas persetujuan pimpinan sidang, tetapi tidak mempunyai hak suara 2) Untuk tim kerja dan/atau narasumber disediakan tempat khusus 3) Tim kerja dan/atau narasumber wajib mentaati tata tertib sidang Pasal 22 1) Pimpinan sidang sebagaimana dimaksud pasal 21 wajib memperingati apabila ketentuan-ketentuan tersebut tidak dipatuhi 2) Apabila tim kerja dan/atau narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap tidak diindahkan, pimpinan sidang berhak memerintahkan untuk meninggalkan ruangan sidang. 3) Pimpinan sidang dapat menunda atau menutup sidang sebagaimana kejadian pada pasal ayat (2) 4) Lama penundaan sidang sebagaimana dimaksud ayat (3) ditetapkan berdasarkan kesepakatan peserta sidang. BAB IV TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM SIDANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Bagian Kesatu Prinsip Umum Pasal 23 1) Pengambilan keputusan merupakan proses penyelesaian hal-hal yang dibicarakan dalam sidang TKPSDA dan sidang luar biasa TKPSDA 2) Keputusan sidang sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa persetujuan, pertimbangan dan atau rekomendasi Pasal 24 1) Pengambilan keputusan dalam sidang TKPSDA dapat dilakukan bila dihadiri sekurang-kurangnya separuh jumlah anggota ditambah satu orang anggota sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam daftar hadir peserta sidang 2) Pengambilan keputusan dalam sidang TKPSDA pada dasarnya diusahakan dengan cara musyawarah untuk mufakat

3) Apabila cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, keputusan dapat diambila tas dasar suara terbanyak Pasal 25 Setiap keputusan sidang TKPSDA wilayah sungai, mengikat untuk semua anggota, baik dengan dasar mufakat maupun dengan suara terbanyak. Bagian Kedua Keputusan Berdasarkan Mufakat Pasal 26 1) Pengambilan keputusan atas dasar mufakat setelah semua anggota yang hadir menyetujui atau menyepakati 2) Sebelum pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1) pimpinan sidang menyampaikan rancangan keputusan sidang yang menggambarkan pendapat dan saran yang dapat diterima oleh peserta sidang Bagian Ketiga Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak Pasal 27 1) Dalam sidang TKPSDA wilayah sungai, keputusan dengan dasar suara terbanyak ditetapkan apabila keputusan dengan dasar mufakat tidak terpenuhi 2) Keputusan berdasarkan suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui pemungutan suara secara terbuka atau tertutup. Pasal 28 1) Keputusan berdasarkan suara terbanyak dinyatakan syah apabila disetujui oleh minimal 2/3 dari jumlah anggota yang hadir pada saat pengambilan keputusan. 2) Apabila hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pemungutan suara ulang yang pelaksanaannya ditangguhkan dengan tenggang waktu tidak lebih dari 24 (Dua Puluh Empat) jam 3) Apabila hasil pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ternyata tidak juga memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) pengambilan keputusan dinyatakan batal.

Pasal 29 1) Pemungutan suara terbuka untuk menyatakan setuju, menolak atau tidak menyatakan pilihan dilakukan oleh anggota yang hadir dengan cara lisan, mengangkat tangan, berdiri. Tertulis atau dengan cara lain yang disepakati oleh anggota 2) Pemungutan suara secara tertutup dilakukan tertulis tanpa mencantumkan nama, tanda tangan atau tanda lain yang dapat menghilangkan sifat kerahasiaan. 3) Perhitungan suara dilakukan dengan cara menghitung pilihan tiap-tiap anggota 4) Anggota yang meninggalkan sidang dianggap telah hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan yang diambil. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Peraturan TKPSDA wilayah sungai ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan disebarluaskan kepada anggota untuk dipergunakan seperlunya. Ditetapkan : di Makassar Pada tanggal : Ketua TIM Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Saddang Ir. H. Tan Malaka Guntur, M.Si