FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU HAMIL MELAKUKAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN PADA TRIMESTER II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR Rini Nari Pasandang 1, Ernawati 2, Sri Wahyuni 3 1 2 3 Alamat Respondensi : rininaripasandang@yahoo.com/085242889707 ABSTRAK Salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) adalah penurunan angka kematian ibu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.komplikasi kehamilan dan persalinan dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara teratur. Kurangnya kesadaran dan pemahaman ibu hamil tentang pentingnya antenatal care menjadi salah satu penyebab terjadinya kematian ibu hamil, bayi ataupun ibu pada masa nifas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester ke-ii di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Rancangan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional study. Pengambilan sampel dengan accidental sampling sebanyak 31 orang. Data di uji dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat signifikan α=0,05 untuk menentukan hubungan antara variabel. Hasil penelitian didapatka ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar (p=0,000), ada hubungan paritas dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar (p=0,004), tidak ada hubungan penghasilan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar (p=0,968), dan ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar (p=0,001). Kata Kunci : Pengetahuan, Paritas, Penghasilan, Dukungan, PENDAHULUAN Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang sehat. Boleh dikatakan pemeriksaan kehamilan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para ibu hamil. Dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. Pemeriksaan kehamilan merupakan bagian dari Antenatal Care (ANC). ANC akan mencegah berbagai masalah yang terjadi saat hamil termasuk risiko kematian ibu akibat kehamilan (Marmi, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu dan bayi akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang, sedangkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di tahun 2011, 81% diakibatkan karena komplikasi kehamilan, komplikasi kehamilan diakibatkan rendahnya kunjungan ibu hamil (Antenatal Care) sehingga komplikasi tersebut tidak terdeteksi secara dini (Komariyah, 2014). Di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, angka kematian ibu saat melahirkan tahun 2014 sebesar 69 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi sebesar 281 per 100.000 kelahiran hidup. Sehubungan dengan ini kiranya ibu hamil selalu menjaga kesehatannya agar bayi yang dikandung dan dilahirkan nantinya sehat dengan rutin melakukan antenatal care yaitu K1 dan K4. Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Batua Kota Makassar, jumlah sasaran ibu hamil pada bulan Januari-Juni 2015 sebanyak 455 ibu hamil dengan cakupan K1 sekitar 50,10% atau 228 ibu hamil,dan cakupan K4 sekitar 47,69% atau 217 ibu hamil, sedangkan 10 ibu hamil atau sekitar 2,21% ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan antenatal care. Sementara untuk cakupan K2 sendiri, 56
di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sebanyak ±5-10 ibu hamil dalam setiap bulannya. Pemeriksaan kehamilan yang teraturakan menurunkan angka kematian ibu hamil, ibu bersalin serta ibu nifas dan juga akan menurunkan angka kecacatan maupun kematian bayi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas, hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. METODE PENELITIAN Penelitian ini di dilaksanakan wilayah kerja Puskesmas Batua Kota Makassar pada tanggal 1 Desember 2015 sampai dengan 1 Januari 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester II yang memeriksakan kehamilannya di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar sebanyak 31 ibu dengan jumlah sampel sebanyak 31 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh responden dan data sekunder adalah data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota Makassar, profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, profil kesehatan RI serta data yang diperoleh dari jurnal maupun artikel. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Paritas, Penghasilan, Dukungan Keluarga, dan Pada Trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar Variabel n % Pengetahuan Cukup 28 90,3 Kurang 3 9,7 Paritas Primipara 20 64,5 Multipara 11 35,5 Penghasilan Tinggi 8 25,8 Rendah 23 74,2 Dukungan Mendukung 26 83,9 Keluarga Kurang Mendukung 5 16,1 Pemeriksaan Kehamilan Cukup 27 87,1 Kurang 4 12,9 2. Analisis bivariat Tabel 2. Hubungan Pengetahuan dengan Keaktifan Ibu Hamil Melakukan pada Trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar Pengetahuan Cukup 27 96,4 1 3,6 28 100,0 Kurang 0 0,0 3 100,0 3 100,0 27 87,1 4 12,9 31 100,0 p=0,000 Hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,000. Karena nilai p<α=0,05 maka ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. 57
Tabel 3. Hubungan Paritas dengan Keaktifan Ibu Hamil Melakukan pada Trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar Paritas Primipara 20 100,0 0 0,0 20 100,0 Multipara 7 63,6 4 36,4 11 100,0 27 87,1 4 12,9 31 100,0 p=0,004 Hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,004. Karena nilai p<α=0,05 maka ada hubungan paritas dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Tabel 4. Penghasilan keluarga dengan Keaktifan Ibu Hamil Melakukan pada Trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar Penghasilan Keluarga Tinggi 7 87,5 1 12,5 8 100,0 Rendah 20 87,0 3 13,0 23 100,0 27 87,1 4 12,9 31 100,0 p=0,968 Hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,968. Karena nilai p>α=0,05 maka tidak ada hubungan penghasilan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Tabel Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Ibu Hamil Melakukan Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar Dukungan Keluarga Mendukung 25 96,2 1 3,8 26 100,0 Kurang Mendukung 2 40,0 3 60,0 5 100,0 27 87,1 4 12,9 31 100,0 p=0,001 Hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,001. Karena nilai p<α=0,05 maka ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. PEMBAHASAN 1. Hubungan pengetahuan dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,000. Karena nilai p<α=0,05 maka ada hubungan pengetahuan dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 1 responden yang berpengetahuan cukup tapi pemeriksaan kehamilannya kurang. Hal ini disebabkan oleh paritas ke II ibu. Ibu hamil yang mengalami kehamilan yang kedua sudah pasti mempunyai pengalaman lebih tentang pemeriksaan ANC dari pada ibu yang baru pertama kali mengalami kehamilan. Karena semakin sering ibu memiliki riwayat melahirkan, kunjungan ANC menjadi berkurang karena ibu hamil menganggap bahwa dia memiliki pengalaman yang cukup sehingga kurang termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya. 58
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erly Melisa Ompusunggu didapatkan bahwa seluruh responden mengetahui manfaat memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan sebesar (100%). Responden yang mengetahui kapan sebaiknya pertama kali melakukan pemeriksaan sebesar 36 responden pada trimester I (satu sampai tiga bulan), 15 reponden pada trimester II (empat sampai enam bulan). Responden yang tidak rutin melakukan pemeriksaan kehamilan umumnya pada umur kehamilan satu sampai tiga bulan, dimana responden menyatakan keterbatasan ekonomi dan juga bawaan hamil sehingga responden tidak rutin melakukan pemeriksaan kehamilan selama hamil. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan berhubungan dengan keaktifan ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II. Dengan adanya pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan akan membuat ibu semakin siap untuk menghadapi persalinan dan lebih sering untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Jadi semakin baik pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan maka semakin giat pula ibu untuk melaksanakan pemeriksaan kehamilan. 2. Hubungan paritas dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,004. Karena nilai p<α=0,05 maka ada hubungan paritas dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya, ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya. Hasil penelitian ini sejalan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arwiani menunjukkan bahwa paritas yang lebih banyak dengan paritas 1-3 sebanyak 114 orang (86,4%) dan sebagian kecil dengan paritas >4 sebanyak 18 orang (13,6%). Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square Test didapatkan nilai p=(0,001). Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian resiko sehingga akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Menurut asumsi peneliti, paritas berhubungan dengan keaktifan dalam pemeriksaan kehamilan. Ibu yang baru mengalami kehamilan lebih aktif melakukan pemeriksaan dibanding ibu yang multipara. Itu disebabkan karena kurangnya pengalaman ibu primipara tentang kehamilan dibanding dengan ibu multipara. 3. Hubungan penghasilan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester II Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,968. Karena nilai p>α=0,05 maka tidak ada hubungan penghasilan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan Tidak ditemukannya hubungan penghasilan keluarga dengan dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada penelitian ini kemungkinan disebabkan karena lokasi penelitian ini di daerah perkotaan dimana akses transportasi dan sarana pelayanan kesehatan sudah memadai sehingga tidak menjadi penghambat seseorang dalam mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan kehamilan. Selain itu, dengan adanya program kesehatan gratis dari pemerintah, tidak lagi menjadi beban bagi bagi ibu hamil memeriksakan kesehatan di saranan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arwiani menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan Puskesmas. Dikarenakan keputusan dalam pemanfatan pelayanan di Puskesmas lebih cenderung kearah demand (permintaan). Demand adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien. Berdasarkan ilmu ekonomi demand ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya harga (tarif), kualitas, karakteristik sosial, pengetahuan, pendidikan dan pendapatan. Asumsi peneliti, ini disebabkan karena adanya faktor lain yang lebih dominan dibandingkan dengan penghasilan keluarga. Walaupun demikian, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang penghasilan keluarganya rendah tidak menutup kemungkinan pemeriksaan kehamilannya juga kurang. 4. Hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester I. 59
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai p=0,001. Karena nilai p<α=0,05 maka ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan Suami dan keluarga mempunyai peranan sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung perilaku ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Sari menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dengan motivasi ibu hamil dalam memeriksakan kehamilan (antenatal care). Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi yang baik kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan ANC. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aulia menyatakan bahwa semakin besar dukungan suami, maka semakin teratur pula ibu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Oom Komariyah menunjukkan bahwa ibu hamil dengan dukungan keluarga kurang berjumlah 14 orang dimana 8 orang (88,9%) tidak patuh dalam pemeriksaan ANC dan 6 orang (10,2%) patuh dalam pemeriksaan ANC. Sedangkan ibu hamil dengan dukungan baik berjumlah 54 orang dimana 1 orang (11,1%) tidak patuh dalam pemeriksaan ANC dan 53 orang (89,9%) patuh dalam pemeriksaan ANC. Hasil uji statistik menggunakan Chi- Square Test didapatkan nilai p=(0,000). Salah satu penyebab kematian ibu hamil adalah keterlambatan keluarga dalam pengambilan keputusan. Seringkali ibu tidak memiliki kuasa atas keputusan yang terbaik bagi dirinya karena harus mendapat persetujuan dari suami atau keluarga. Menurut asumsi peneliti, dukungan keluarga berhubungan dengan keaktifan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Dengan adanya dukungan keluarga yang baik akan membuat ibu hamil termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya sehingga frekuensi pemeriksaan kehamilannya akan terpenuhi atau cukup. KESIMPULAN 1. Ada hubungan pengetahuan, paritas, dan dukungan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan 2. Tidak ada hubungan penghasilan keluarga dengan keaktifan ibu hamil melakukan pemeriksaan SARAN 1. Perlunya perhatian dari petugas kesehatan tentang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. 2. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan penyegaran tentang pentingnya memeriksakan kehamilan pertama dan kehamilan selanjutnya. 3. Diharapkan petugas kesehatan memberikan memberikan informasi tentang adanya pelayanan kesehatan secara gratis dari pemerintah. 4. Bagi Institusi terkait dalam hal ini pihak puskesmas supaya memperhatikan penyegaran untuk kader posyandu agar terus memberi motivasi kepada masyarakat fungsi dan perannya di dalam keluarga untuk meningkatkan keaktifan ibu dalam memeriksakan kehamilannya secara teratur. DAFTAR PUSTAKA Arwiani, T., Sekarwana, N., & Kusnadi, D. (2013). Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal di Puskesmas Kota Bandung. Bandung: Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjajaran. Depkes. (2011, Januair 27). Lima strategi operasional turunkan angka kematian Ibu. Dipetik September 18, 2015, dari http://www.depkes.go.id/: http://www.depkes.go.id/article/print/1387/lima-strategi-operasionalturunkan-angka-kematian-ibu.html Depkes. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Msyarakat Departemen Kesehatan. Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ompusunggu, E. M., Siagian, I. E., & Umboh, J. (2013). Perilaku Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm 28-33. Suparyanto. (2010). Konsep Paritas. Dipetik 10 8, 2015, dari http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/: http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2010/10/konsep-paritas-partus.html 60