BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan. Agar dapat terus bertahan, dengan cepat perusahaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tingkat kelengkapan pengungkapan (disclosure) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Agency theory digunakan sebagai grand theory dalam penelitian ini untuk

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian efisien pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin ketat. Kondisi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital dianggap penting untuk. diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pula pada negara Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public di. dikeluarkan perusahaan sebagai dasar pertimbangan investor.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memberikan manfaat bagi stakeholdernya.stakeholder yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. 2003) mengenai manipulasi laporan keuangan, serta sering terjadinya mogok kerja

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Informasi informasi tersebut dapat berupa laporan. eksternal ataupun internal perusahaan. Pihak pihak tersebut memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa globalisasi dan pasar bebas sekarang ini, perusahaan perusahaan

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu mempertahankan bisnisnya. Modal merupakan faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis yang didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. transparan terutama pada perusahaan yang melakukan penawaran umum. Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis. Peningkatan pengguna internet dan kemudahan dalam akses

I. PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai sumber informasi bagi para investor untuk mengevaluasi, (disclosure) yang disajikan dalam laporan tahunan.

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mesin-mesin industri, tetapi lebih pada inovasi, informasi, dan knowledge sumber

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dianggap oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis yang ketat pada abad ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Perusahaan harus dapat dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business) agar perusahaan dapat terus bertahan, sehingga karakteristik utama perusahaan menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (Zuliyati dan Arya, 2011). Pada sistem menajemen yang berbasis pengetahuan, modal konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aset fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Salah satu media perusahaan dalam berkomunikasi dengan para stakeholder melalui penyajian laporan tahunan. Kebutuhan untuk meningkatkan kualitas penyajian laporan tahunan tidak hanya berupa informasi keuangan (laporan keuangan) saja tetapi juga informasi non keuangan. Informasi-informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders dan mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tanggal 1 Agustus 2012 mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK. Laporan tahunan tersebut wajib 1

2 memuat (1) ikhtisar data keuangan penting, (2) laporan Dewan Komisaris, (3) laporan Direksi, (4) profil perusahaan, (5) analisis dan pembahasan manajemen, (6) tata kelola perusahaan, (7) tanggung jawab sosial perusahaan, (8) laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, dan (9) surat pernyataan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi atas kebenaran isi laporan tahunan. Tujuan dari laporan tersebut dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi para stakeholder serta penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu cara yang digunakan manajemen untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela. Perusahaan bebas memilih memberikan informasi yang dianggap relevan dan mendukung dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan tahunan. Hal inilah yang menjadikan keberagaman luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Salah satu informasi yang bersifat sukarela (voluntary) adalah informasi tentang modal intelektual (intellectual capital). Informasi tentang intellectual capital cenderung kurang diungkap dalam laporan tahunan. Kurangnya pengungkapan informasi ini dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak internal dengan eksternal perusahaan. Perusahaan memilih untuk mengungkapkan informasi secara sukarela untuk mengurangi permasalahan tersebut. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pengungkapan informasi akan menurunkan risiko ketidakpastian investor untuk mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dan menurunkan cost of capital

3 perusahaan. Gibbins dkk (1990) juga berpendapat bahwa pengungkapan sukarela mampu meningkatkan kualitas dari sebuah laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan intellectual capital secara sukarela menguntungkan karena beberapa alasan, yaitu dapat mengurangi permasalahan asimetri informasi dan mempunyai dampak positif pada reputasi perusahaan dan kepercayaan stakeholders pada manajemen perusahaan. Pelaporan intellectual capital saat ini menjadi fokus mayoritas dari seluruh stakeholder, karena itulah modal intelektual menjadi sebuah keunggulan jika perusahaan mampu mengungkapkan informasi tersebut di dalam laporan tahunannya (Azlina dkk, 2011). Pendapat mengenai pentingnya intellectual capital didukung oleh Guthrie dan Petty (2000). Menurutnya perusahaan saat ini semakin menitikberatkan akan pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (asset pengetahuan) adalah intellectual capital. Perusahaan mulai menyadari pentingnya pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunannya. Pike dkk (2002) berpendapat bahwa faktor-faktor dominan dalam penilaian perusahaan terutama perusahaan berbasis teknologi informasi serta perusahaan yang bergerak di bidang jasa professional adalah intellectual capital. Hal ini jelas bahwa manajer harus mampu mengelola intellectual capital dengan efektif. Guthrie dan Petty (2000) menyatakan bahwa laporan tahunan perusahaan dipandang sebagai sarana perusahaan untuk membangun image dalam ruang publik. Azlina dkk ( 2011) berpendapat bahwa pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan akan membuat perusahaan mampu menyediakan informasi

4 dan bukti yang valid mengenai nilai sesungguhnya dari perusahaan serta selanjutnya akan meningkatkan reputasi perusahaan. Bukh (2003) juga mengemukakan bahwa pengungkapan intellectual capital dapat menurunkan tingkat ketidakpastian prospek masa depan perusahaan. Ada beberapa alasan perusahaan mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunannya, yaitu (a) membantu perusahaan dalam memformulasikan strategi manajerial, (b) membantu proses pembuatan keputusan oleh manajemen dan pemegang saham, (c) sebagai alat komunikasi dengan stakeholder eksternal (Marr dkk, 2003). Menurut Pricewaterhouse Coopers (1999) pengungkapan intellectual capital mampu meningkatkan transparansi kondisi perusahaan serta mampu mendorong pencapaian visi jangka panjang. Bontis (2002) juga menyatakan bahwa seorang pembuat keputusan (manajer) harus memiliki ketertarikan pada pelaporan intellectual capital dengan tujuan, yaitu (1) mengetahui kualitas asset tidak berwujud perusahaan, (2) mengetahui keterlibatan kemampuan dan perilaku manusia terhadap kinerja perusahaan. Perkembangan pengungkapan intellectual capital di Indonesia masih sedikit. Hal ini dikarenakan intellectual capital merupakan konsep pengetahuan yang masih relatif baru. Selain itu, karena adanya kesulitan dalam pengimplementasian intellectual capital di perusahaan yang disebabkan karena sulitnya melakukan pengungkapan terhadap intellectual capital yang cenderung bersifat kualitatif (Zulkarnaen dan Mahmud, 2013). Hal menarik untuk melakukan penelitian ini adalah belum adanya standar yang menetapkan item-item apa saja yang termasuk dalam intellectual capital yang harus dilaporkan secara voluntary,

5 sehingga tidak ada kewajiban bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan modal intelektual. Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapannya dalam laporan tahunan perusahaan. Bozzolan dkk (2003) berpendapat bahwa terjadi peningkatan ketidakpuasan atas pelaporan keuangan tradisional dan kemampuannya untuk menyampaikan potensi yang dimiliki perusahaan pada investor potensial perusahaan untuk menciptakan kemakmuran. Banyak penelitian di beberapa negara terkait dengan pengungkapan intellectual capital dan faktor pendorong perusahaan melakukan pengungkapan tersebut. Penelitian-penelitian tersebut tidak semuanya menghasilkan hasil yang sama. Selain karena faktor kondisi perekonomian di negara-negara tersebut yang berbeda, hal ini juga dikarenakan belum terdapat pedoman yang baku mengenai pengungkapan intellectual capital di dunia, tetapi telah banyak peneliti yang mencoba mengembangkan konsep pengungkapan intellectual capital. Salah satu faktor yang memengaruhi pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan adalah kinerja perusahaan. White dkk (2007) menyatakan bahwa rasio leverage suatu perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan intellectual capital. White dkk (2007), Taliyang dkk (2011), Bozzolan dkk (2003), dan Ousama dkk (2012) juga berpendapat bahwa perusahaan dengan total aset

6 yang besar cenderung mengungkapkan intellectual capital lebih terperinci daripada perusahaan dengan aset yang relatif kecil. Perusahaan besar cenderung memiliki sistem informasi manajemen internal yang baik karena memiliki bermacam-macam aktivitas unit bisnis, sehingga memiliki motivasi untuk menyajikan informasi pengungkapan intellectual capital lebih lengkap (Ousama dkk 2012). Akhtaruddin dan Hossain (2008) meneliti tingkat pertumbuhan perusahaan sebagai salah satu faktor kinerja perusahaan yang mampu mempengaruhi tingkat pengungkapan intellectual capital. Akhtaruddin dan Hossain (2008), dan Taliyang dkk (2011) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung mengungkapkan intellectual capital pada laporan tahunannya karena hal ini akan menguntungkan perusahaan di mata stakeholder. Pemisahan antara ownership pemegang saham dengan manajemen perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu alasan penentu pengungkapan intellectual capital. Jensen dan Meckling (1976), Fama dan Jensen (1983), menyatakan bahwa pemisahan tersebut akan memunculkan konflik karena terjadi kesenjangan informasi mengenai kondisi perusahaan. Agency theory menekankan harus ada mekanisme untuk memonitor atau mengawasi perilaku dari manajemen perusahaan, untuk menurunkan kemungkinan terjadinya konflik antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dengan agency theory menyatakan bahwa tingkat pengungkapan sukarela adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan antara pemegang saham (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Pengungkapan sukarela dijadikan sebagai alat

7 untuk memonitor atau mengawasi manajemen perusahaan oleh pemegang saham untuk memastikan bahwa perilaku manajemen sudah sesuai dengan keinginan dari pemegang saham. Untuk itu diperlukan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi lebih sehat dan menurunkan terjadinya kesenjangan informasi. Penerapan corporate governance berdasarkan pada agency theory dapat dijelaskan pada hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agent secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau pemegang saham (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak. Keasey dan Wright (1993) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah struktur, proses, budaya dan sistem untuk menciptakan kondisi operasional yang sukses bagi suatu organisasi. Penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan intellectual capital juga dilakukan oleh Li dkk (2008), Ferreira dkk (2012), Al-Hamadeen dan Suwaidan Mishiel (2014). Mereka menemukan bahwa terdapat hubungan antara penerapan corporate governance dengan pengungkapan informasi intellectual capital dalam laporan tahunan perusahaan. Semakin tinggi tingkat implementasi corporate governance, semakin banyak informasi intellectual capital yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasaran uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah rasio profitabilitas perusahan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital? 2) Apakah rasio leverage perusahaan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital? 3) Apakah proporsi komisaris independen perusahaan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital? 4) Apakah konsentrasi kepemilikan saham perusahaan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital? 5) Apakah kualitas audit eksternal perusahaan berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas perusahaan pada pengungkapan intellectual capital. 2) Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage perusahaan pada pengungkapan intellectual capital. 3) Untuk mengetahui pengaruh proporsi komisaris independen perusahaan pada pengungkapan intellectual capital.

9 4) Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan saham perusahaan pada pengungkapan intellectual capital. 5) Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit eksternal perusahaan pada pengungkapan intellectual capital. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan informasi, memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada pengungkapan intellectual capital. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian di bidang yang sama. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Selain itu, dapat memberikan informasi guna memperluas pengetahuan mengenai pengungkapan intellectual capital sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja perusahaan.