INHIBITOR KOROSI PADA AIR LAUT MENGGUNAKAN EKSTRAK TANIN DARI DAUN GAMBIR DENGAN PELARUT ETANOL-AIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR EKSTRAK DAUN GAMBIR DENGAN PELARUT ETANOL-AIR TERHADAP LAJU KOROSI BESI PADA AIR LAUT

SAT. Ekstraksi Daun Gambir Menggunakan Pelarut Metanol-Air Sebagai Inhibitor Korosi. Rozanna Sri Irianty dan Komalasari. 1.

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

LAPORAN AKHIR PEMANFAATAN DAUN GAMBIR (UNCARIA GAMBIR ROXB) SEBAGAI GREEN INHIBITOR KOROSI PADA LOGAM BESI DALAM MEDIUM NaCl 3%

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

SAT. Ekstrak Daun Pepaya sebagai Inhibitor Korosi pada Baja AISI 4140 dalam Medium Air Laut. Rozanna Sri Irianty dan Khairat. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bolimbi) SEBAGAI BIOINHIBITOR KOROSI PADA LOGAM BAJA KARBON

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

Handout. Bahan Ajar Korosi

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP KOROSI BAJA KARBON SCHEDULE 40 GRADE B ERW DALAM MEDIUM AIR LAUT DAN AIR TAWAR

Ekstrak Bahan Alam sebagai Inhibitor Korosi

Pengaruh Ekstrak Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr.) Sebagai Bahan Inhibitor Terhadap Laju Korosi Baja Plat Hitam (Base Plate) A36

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

I HIBITOR POLIFOSFAT U TUK ME GE DALIKA KOROSI PADA PIPA SISTEM PE DISTRIBUSIA AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

PEMANFAATAN DAUN JAMBU BIJI (Psidiifolium) SEBAGAI BIOINHIBITOR KOROSI PADA LOGAM BAJA KARBON

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ph LARUTAN NaCl DENGAN INHIBITOR ASAM ASKORBAT 200 ppm DAN PELAPISAN CAT EPOXY TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Hasil dan Pembahasan

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

Abstrak. Tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Daun

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

Pemanfaatan Madu Sebagai Inhibitor Pada Baja Karbon Rendah Dalam Lingkungan NaCl 3,5% Dengan Metode Weight Loss

Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh karena itu untuk melindungi bagian-bagian logam dari korosi dapat digunakan banyak cara,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ANALISA PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK RIMPANG JAHE TERHADAP LAJU KOROSI INTERNAL PIPA BAJA ST-41 PADA AIR TANAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

SAT. Pemanfaatan Ekstrak Nikotin Limbah Puntung Rokok sebagai Inhibitor Korosi. Drastinawati dan Rozanna Sri Irianty. 1.

Elektrokimia. Sel Volta

PENGENDALIAN LAJU KOROSI BAJA St-37 DALAM MEDIUM ASAM KLORIDA DAN NATRIUM KLORIDA MENGGUNAKAN INHIBITOR EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis)

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

PENAMBAHAN EDTA SEBAGAI INHIBITOR PADA LAJU KOROSI LOGAM TEMBAGA. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

LAPORAN AKHIR. PEMANFAATAN BUNGA MAWAR MERAH (Rosa Hybrida L.) SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LOGAM BESI DALAM MEDIUM HCl

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

BAB III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH WAKTU TERHADAP LAJU KOROSI LOGAM FeDAN Cr PADA BAJA SS 316 DALAM MEDIUM HCl 3M DENGAN INHIBITOR EKSTRAK METANOL DAUN KOPI(Coffea Robusta L)

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Korosi merupakan suatu peristiwa kerusakan atau penurunan kualitas suatu logam akibat

PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab II Tinjauan Pustaka

PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR EKSTRAK DAUN KAKAO (Theobroma cacao) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA HARDOX 450

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra)

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH. Nizam Effendi *)

Transkripsi:

INHIBITOR KOROSI PADA AIR LAUT MENGGUNAKAN EKSTRAK TANIN DARI DAUN GAMBIR DENGAN PELARUT ETANOL-AIR Nikita Regina, Rozanna Sri Irianty, Yelmida A Laboratorium Konversi Elektrokimia Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau Jl. HR Subrantas Km 12, Kampus Binawidya Panam Pekanbaru 28293 Email : onlymenikitaa269@gmail.com Hp : 08264926722 ABSTRACT Corrosion is a destructive process or decreases of metal quality because of the reaction with corrosive environment. One of the methods that able to decrease corrosion rate is by the addition of an inhibitors into corrosive media. Tannin is a component that can be extracted from natural material to be used as an inhibitor. Gambier leaves is one of natural materials which contains of tannin. The purpose of this research is to get the best concentration of inhibitor and inhibition efficiency from extracted gambier leaves by varying the contact time and ph of corrosive media in decreasing corrosion rate. This research was done by extracting tannin from gambier leaves with soxhletation method by using ethanolwater solvent with comparison 1:4 and then evaporated to get the condensed extract of gambir leaves. The research parameters is concentrations of inhibitor(00, 3000, and 000) ppm, contact time variation (,,, ) days, and ph (3,6,9) of sea water. Examination is conducted with gravimetric method to calculate weight loss of metal. The result of this research : the best concentration of inhibitor is 000 ppm, contact time is days and the lowest corrosion rate is 0,00007 gr/cm 2 per day with inhibition efficiency is 60,34% and ph inhibitor variation from extracted gambier leaves is effective in decreasing corrosion rate at ph ±9 of sea water and contact time days with the lowest corrosion rate are 0,00083 gr/cm² per day at concentration 00 ppm, 0,00090 gr/cm².day at concentration 3000 ppm, and 0,000372 gr/cm².day at concentration 000 ppm. Keyword : gambier, corrosion, inhibitor, tannin, corrosion rate 1. PENDAHULUAN Korosi merupakan permasalahan yang cukup serius bagi peralatan perindustrian yang berbahan dasar logam. Terjadinya korosi berpengaruh besar dalam kehidupan, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Dari segi ekonomi dapat menyebabkan tingginya biaya perawatan, biaya bahan bakar dan energi akibat kebocoran uap serta kerugian produksi pada suatu industri akibat adanya pekerjaan yang terhenti pada waktu perbaikan bahan yang terserang korosi. Dari segi lingkungan misalnya adanya proses pengkaratan besi yang berasal dari berbagai konstruksi yang dapat mencemarkan lingkungan [Trethewey dan Chamberlain, 1991]. Sejalan dengan menurunnya persediaan air tanah, air laut merupakan alternatif yang dapat

digunakan oleh industri untuk sistem pendingin yang umumnya berbahan dasar logam, sehingga perlu dicari cara untuk menghambat terjadinya proses korosi. Komposisi kimia air laut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Air Laut No Senyawa Persen Berat (%) 1 NaCl 2,88 2 MgCl 2 0,32 3 MgSO 4 0,22 4 CaSO 4 0,12 KCl 0,07 6 NaBr 0,008 7 H 2 0 96,82 Sumber : Haryono [] Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses korosi, yaitu, suhu, kecepatan alir fluida, ph larutan, gas dan padatan terlarut dan waktu kontak. Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pelapisan (coating), aliasi logam, proteksi katodik, penambahan inhibitor. Inhibitor adalah senyawa tertentu yang ditambahkan pada larutan elektrolit untuk membatasi korosi logam. Inhibitor terdiri dari anion atom-ganda yang dapat masuk kepermukaan logam, dengan demikian dapat menghasilkan selaput lapisan tunggal yang kaya oksigen [Djaprie,199]. Kandungan dari ekstrak bahan alam yang dapat digunakan menjadi inhibitor korosi adalah tanin. Senyawa tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks yang sulit larut dengan ion logam. Struktur molekul tanin dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Stuktur [Mukhlisoh, W. ] Inti Tanin Salah satu bahan alam yang banyak mengandung tanin dan berpotensi digunakan sebagai inhibitor korosi adalah daun gambir. Selain harganya yang murah dan jumlahnya yang berlimpah di Indonesia, banyaknya kandungan tanin pada daun gambir ini membuatnya berpotensi digunakan untuk menghambat laju korosi pada logam. Bentuk daun gambir dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Daun Gambir [Silviakasari,] Komponen kimia yang terdapat dalam gambir dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komponen-komponen dalam Daun Gambir Secara Umum Jumlah (%) No Nama Komponen 1 Catechin 7 33 2 AsamCatechutannat(tannin) 3 Pyrocathecol 33 4 Gambir flouresensi 1 3 Red Catechu 3 6 Quersetin 2 4 7 Fixed Oil 1 2 8 Lilin 1 2 9 Alkaloid Sedikit Sumber : Dhalimi, A [06] Sebelumnya telah dilakukan penelitian menggunakan ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi yaitu dari getah pinus, gambir, tembakau dan kopi dalam media korosif air laut. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, inhibitor alam yang paling baik dalam mengurangi laju korosi adalah getah pinus dengan penurunan laju korosi terbesar yaitu sebesar 87,22% pada rentang suhu 29-37 C [Haryono, ]. Adolfrizt [12] telah mengekstrak daun gambir dengan memvariasikan komposisi pelarut etanol-air dan diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan etanol-air 1:4 dengan berat sampel sebesar gr menghasilkan kadar tanin terbesar yaitu 94,7 ppm. Tujuan dari penelitian ini memperoleh konsentrasi inhibitor terbaik untuk mengurangi laju korosi, menghitung efisiensi inhibisi dari ekstrak daun gambir dalam media air laut dan menguji kemampuan ekstrak daun gambir sebagai inhibitor korosi besi dengan variasi ph pada media air laut. 2. METODOLOGI Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gambir yang diekstrak dengan metoda sokletasi dan dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak pekat dari daun gambir. Seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah diperoleh ekstrak yang pekat dilanjutkan dengan pembuatan larutan induk inhibitor. Preparasi besi yang akan digunakan dengan cara diamplas terlebih dahulu lalu ditimbang untuk mengetahui berat awal besi. Selanjutnya dilakukan perendaman besi dalam media air laut dengan variasi konsentrasi inhibitor 0, 00, 3000, dan 000 ppm dengan waktu kontak,,, dan hari dan variasi ph awal media air laut pada kondisi asam (±3), netral (±6), dan basa (±9). Heating Mantle Pelarut Kondensor Tabung Soklet Thimble Labu Didih Gambar 3. Rangkaian Alat Sokletasi Setelah perendaman sesuai dengan parameter-parameter yang telah ditentukan selanjutnya dilakukan metode gravimetri dengan perhitungan metoda kehilangan berat. Metode ini dilakukan dengan mengangkat besi yang telah direndam, dicuci lalu dikeringkan, diamplas dan ditimbang untuk

mengetahui selisih berat awal dan berat akhir besi. Untuk menentukan kemampuan inhibisi tanin dari gambir terhadap laju korosi besi secara kuantitatif, terlebih dahulu ditentukan laju korosi besi dengan menggunakan persamaan 1. [Erna, 11] : Keterangan : laju korosi berat awal besi (gr) berat akhir besi (gr) luas permukaan plat besi(cm²) waktu (hari) Perhitungan luas permukaan besi : 0,2 cm cm 2 cm 0,2 cm 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisa penambahan inhibitor dapat dilihat melalui datadata berikut. Pengaruh Variasi Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun Gambir dan Variasi Waktu Perendaman Terhadap Laju Korosi Besi Dengan luas permukaan plat besi 22,8628 cm 2, berat awal besi (W 0 ) 7,18-8,3 gr, dan berat akhir besi (W f ) 6,96-8,03 gr dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan Waktu Kontak dengan Pengurangan Berat Besi dalam Media Air Laut Tanpa dan Dengan Penambahan Inhibitor pada ph 7,9 Konsentrasi (ppm) Waktu Perendaman, t (hari) Kehilangan Berat (gr) Laju Korosi, r2 (gr/cm 2. hari) Langkah selanjutnya adalah menentukan kemampuan inhibisi korosi logam besi menggunakan persamaan : 0 0,16 0,29 0,43 0,6 0,12 0,001400 0,001268 0,00124 0,00122 0,000 00 0,23 0,33 0,0006 0,000962 Keterangan : = Efisiensi Inhibisi (%) = Laju korosi tanpa inhibitor 3000 0,42 0,1 0,19 0,26 0,000919 0,00087 0,000831 0,00078 = Laju korosi dengan inhibitor 0,32 0,08 0,000700 0,000700 000 0, 0.19 0,00066 0,0004 0,23 0,00003

Laju Korosi (gr/cm 2. hari) Berdasarkan data dari Tabel 3 pada perendaman besi tanpa inhibitor, laju korosi yang diperoleh lebih besar. Hal ini terjadi karena adanya garam-garam terlarut, padatan tersuspensi serta gas terlarut yang menyebabkan terbentuknya Fe(OH) 3 dan terjadi korosi. Reaksi yang terjadi pada anoda adalah reaksi oksidasi besi menjadi bentuk ion seperti reaksi berikut : Karena perendaman dilakukan dalam media air laut yang mengandung gas oksigen dari aerator, sehingga terjadi reaksi reduksi gas oksigen seperti berikut : Adanya kehilangan berat menunjukkan bahwa besi tersebut telah berubah menjadi ion Fe 2+ dan bereaksi dengan OH - membentuk Fe(OH) 2. Tahapan proses korosi ini ditunjukkan pada persamaan reaksi sebagai berikut : disebabkan produk korosi Fe(OH) 3 dapat menutupi pemukaan besi membentuk lapisan pasif pada sisi katodik sehingga mempengaruhi reaksi reduksi di katoda. Apabila reaksi di katoda terhambat, maka reaksi oksidasi besi di anoda juga terhambat. Sedangkan pada media air laut dengan penambahan inhibitor, laju korosi semakin berkurang seiring dengan penambahan konsentrasi inhibitor. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4. Proses inhibisi ini terjadi akibat molekul-molekul tanin yang teradsorpsi pada permukaan besi dan membentuk selaput pelindung di permukaan besi. Gugus fungsi yang berperan dalam interaksi antar molekul-molekul tanin dan permukaan besi membentuk selaput pelindung adalah gugus hidroksil. Hal ini disebabkan molekul tanin mengandung gugus hidroksil yang bisa membentuk ikatan kovalen dengan logam besi. Hal ini didukung oleh fakta bahwa semakin banyak tanin yang teradsorpsi, semakin besar daya inhibisinya, sehingga laju korosi semakin berkurang. Dengan adanya oksigen yang melimpah dalam media air laut, maka ion Fe 2+ dapat teroksidasi kembali membentuk ion Fe 3+. Ionion Fe 3+ bereaksi dengan gas oksigen dan molekul-molekul air membentuk karat seperti pada persamaan berikut: Dari hasil perhitungan pada Tabel 3 diperoleh kesimpulan bahwa semakin lama waktu kontak dalam media air laut menyebabkan laju korosi semakin menurun. Hal ini 0.0016 0.0014 0.0012 0.00 0.0008 0.0006 0.0004 0 30 Waktu Perendaman (hari) Tanpa Inhibitor Dengan Inhibitor 00 ppm Dengan Inhibitor 3000 ppm Dengan Inhibitor 000 ppm Gambar 4. Hubungan Variasi Konsentrasi Inhibitor dengan Laju Korosi Besi pada Variasi Waktu Kontak Bukti lain bahwa besi telah terkorosi adalah adanya perubahan

warna media air laut secara visual. Pada perendaman tanpa inhibitor, media air laut mulai berubah warna menjadi agak kuning dan warnanya semakin pekat serta terbentuk endapan berwarna kuning kecoklatan. Demikian juga pada perendaman besi menggunakan inhibitor menghasilkan warna yang lebih pekat pada konsentrasi inhibitor tertinggi. Hal ini sesuai dengan sifat fisik tanin yaitu berwarna kekuningan sampai cokelat terang dan akan menjadi lebih gelap apabila terkena cahaya langsung atau dibiarkan di udara terbuka. Perubahan warna media air laut menjadi kuning mengindikasikan telah terjadinya peristiwa korosi. seperti di tunjukkan pada Gambar. Lapisan yang terbentuk pada media korosif dapat dilihat pada Gambar 6. Akan tetapi sifat kelekatan dari deposit tersebut memiliki perbedaan yaitu, deposit pada besi yang direndam dalam media korosif tanpa inhibitor lebih mudah lepas. Berbeda dengan deposit pada besi yang direndam pada air laut dengan penambahan inhibitor yang depositnya tidak mudah lepas. Ketika akan dilakukan proses pembersihan, deposit/ lapisan tersebut ketika digosokkan dengan menggunakan tangan tidak langsung hilang tetapi harus disikat. Sehingga dapat dikatakan deposit/ lapisan pada besi yang direndam dalam air laut dengan penambahan inhibitor kelekatannya lebih baik sehingga lebih stabil. a. Tanpa Inhibitor dan Waktu Kontak hari b. Dengan Inhibitor dan Waktu Kontak hari Gambar. Perubahan Warna Media Air Laut Menjadi Kuning Kecoklatan (a) Tanpa Penambahan Inhibitor dan (b) Dengan Inhibitor a. Tanpa Inhibitor dan Waktu Kontak hari b. Dengan Inhibitor dan Waktu Kontak hari Gambar 6. Besi (a) Tanpa dan (b) Dengan Penambahan Inhibitor Setelah Perendaman hari dan Setelah Dibersihkan Sedangkan pada sampel besi, tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara sampel pada media korosif tanpa dan dengan penambahan inhibitor. Dilihat dari bentuk permukaannya, keduanya sama-sama membentuk deposit/ lapisan berwarna kecoklatan. Namun lapisan yang terbentuk lebih pekat pada besi yang direndam dalam air laut dengan penambahan inhibitor. Efisiensi Inhibisi Ekstrak Daun Gambir dalam Media Air Laut Potensi tanin sebagai inhibitor korosi besi dalam media air laut dapat ditentukan berdasarkan nilai efisiensi inhibisi yang dihitung menggunakan Persamaan (2) dan dapat dilihat pada Tabel 3 seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

Efisiensi Inhibisi Rata-rata (%) 60 0 40 Konsentrasi (ppm) Kondisi Waktu Perendaman, t (hari) Kehila ngan Berat (gr) Laju Korosi, r2 (gr/cm 2.hari) 30 0 0 00 4000 6000 Konsentrasi Inhibitor (ppm) Asam 0,16 0,30 0,43 0,001400 0,001312 0,00124 Gambar 7. Hubungan Variasi Konsentrasi Inhibitor dengan Efisiensi Inhibisi Rata-rata 00 Netral 0,4 0,14 0,26 0,37 0,001181 0,00087 0,000831 0,00078 Persen efisiensi inhibisi meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi yang ditambahkan. Persen efisiensi inhibisi tertinggi diperoleh sebesar 60,34% pada konsentrasi tanin 000 ppm. Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa peningkatan konsentrasi tanin dapat meningkatkan efisiensi inhibisi. Peningkatan persen inhibisi menunjukkan bahwa senyawa tanin memiliki potensi sebagai inhibitor korosi besi dalam media air laut. 3000 Basa Asam Netral 0,47 0,11 0,21 0.31 0,39 0,13 0,2 0,36 0,4 0,11 0,21 0,29 0,3 0,000700 0,000700 0,00066 0,0004 0,00003 0,001137 0,0093 0,000 0,000984 0,000962 0,000919 0,000846 0,00076 Pengaruh Variasi ph Media Air Laut Terhadap Laju Korosi Besi ph media air laut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju korosi. Pengaruh perendaman besi dalam media air laut dengan variasi konsentrasi inhibitor dan variasi ph media air laut dengan luas permukaan plat besi 22,8628 cm 2, berat awal besi (W 0 ) 7,21-8 gr, dan berat akhir besi (W f ) 6,9-7,77 gr dapat dilihat pada Tabel 4. 000 Basa Asam Netral 0,09 0,17 0,23 0,27 0,12 0,22 0,30 0,37 0,11 0, 0,28 0,33 0,000787 0,000744 0,000671 0,00090 0,000 0,000962 0,00087 0,000809 0,000962 0,00087 0,000816 0,000722 Tabel 4. Hubungan Variasi ph dengan Laju Korosi Besi dengan Variasi Konsentrasi Inhibitor Basa 0,07 0,12 0. 0,17 0,000612 0,0002 0,000437 0,000372

Laju Korosi (gr/cm2. hari) Laju Korosi (gr/cm2. hari) Laju Korosi (gr/cm2. hari) Berdasarkan Tabel 4 diperoleh kesimpulan bahwa semakin rendah ph maka laju korosi semakin meningkat, namun semakin menurun dengan peningkatan konsentrasi inhibitor, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8, 9, dan. 0.00 0.0014 0.0013 0.0012 0.0011 0.001 0.0009 0.0008 0.0007 0.0006 0.000 0.0004 0.0003 0 1 2 3 4 6 7 8 9 ph Media Air Laut Gambar 8. Hubungan ph Media Air Laut dan Laju Korosi Besi pada Konsentrasi 00 ppm. 0.00 0.0014 0.0013 0.0012 0.0011 0.001 0.0009 0.0008 0.0007 0.0006 0.000 0.0004 0.0003 0 1 2 3 4 6 7 8 9 ph Media Air Laut Gambar 9. Hubungan ph Media Air Laut dan Laju Korosi Besi pada Konsentrasi 3000 ppm. 0.00 0.0014 0.0013 0.0012 0.0011 0.001 0.0009 0.0008 0.0007 0.0006 0.000 0.0004 0.0003 0 1 2 3 4 6 7 8 9 ph Media Air Laut Hari Hari Hari Hari hari hari hari hari Gambar. Hubungan ph Media Air Laut dan Laju Korosi Besi pada Konsentrasi 000 ppm. Dari Gambar 8, 9, dan dapat dilihat kecenderungan yang sama, yaitu laju korosi menurun dengan meningkatnya ph dan konsentrasi inhibitor. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ph yang rendah merupakan penyebab utama terjadinya korosi. Laju korosi tertinggi diperoleh pada kondisi asam (ph awal ±3) dengan konsentrasi inhibitor 00 ppm. Hal ini disebabkan jumlah tanin yang teradsorpsi sedikit sehingga kemampuan untuk melapisi logam besi kurang baik dan lapisan pelindung yang terbentuk tipis. Selain itu, larutan yang bersifat asam (ph rendah) menyebabkan reaksi antara besi dan larutan menjadi semakin besar, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut : Laju korosi terendah diperoleh pada kondisi basa (ph awal ±9) dengan konsentrasi inhibitor 000 ppm. Hal ini terjadi karena tanin dalam jumlah besar teradsorpsi dan melindungi permukaan logam. Pada kondisi basa, jumlah OH - yang berlebih tidak berpotensi membentuk Fe(OH) 3 yang merupakan produk korosi. Hal ini dikarenakan sifat OH - dalam air adalah alkali yang menetralkan asam yang nerupakan penyebab terjadinya korosi [Setiadi, 07]. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dapat disimpulkan bahwa : 1. Laju korosi terendah diperoleh pada konsentrasi inhibitor inhibitor 000 ppm dan variasi waktu kontak hari yaitu 0,00003 gr/cm²hari dalam media air laut dengan ph awal 7,9.

2. Efisiensi inhibisi ekstrak gambir terbesar adalah 60,34% yang diperoleh pada konsentrasi inhibitor 000 ppm dan waktu kontak hari. 3. Inhibitor dari ekstrak daun gambir efektif mengurangi laju korosi pada kondisi basa (ph awal ±9) dan waktu kontak hari. Hal ini terjadi pada setiap konsentrasi inhibitor dengan laju korosi terendah pada konsentrasi 00 ppm sebesar 0,00083 gr/cm²hari, 3000 ppm sebesar 0,00090 gr/cm²hari, dan 000 ppm sebesar 0,000372 gr/cm²hari.. SARAN 1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dalam menentukan rentang variasi konsentrasi inhibitor tidak terlalu jauh agar diperoleh hasil yang valid. 2. Agar diperoleh kondisi yang optimal dalam penggunaan inhibitor sebaiknya ditambahkan variasi waktu kontak. 3. Pada perendaman logam sebaiknya ditambahkan larutan buffer dalam variasi ph media korosif agar ph media korosif tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Adolfrizt, H., 12, Ekstraksi Daun Gambir Dengan Variasi Komposisi Pelarut Etanol-Air, Laporan Penelitian, Universitas Riau. Dhalimi, A., 06. Permasalahan Gambir (Uncaria Gambir L.) di Sumatera Barat dan Alternatif Pemecahannya. Indonesian Agriculture Technology Assessment and Development Institute. Perspektif, 2 (), 46-9. Djaprie, S., 199, Ilmu dan Teknologi Bahan, edisi ke, Erlangga, Jakarta, 483-. Erna, M., 11, Karboksimetil Kitosan Sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Lunak dalam Media Air Gambut, Jurnal Matematika dan Sains, 2(16), 6-1. Haryono, G.,, Ekstrak Bahan Alam Sebagai Inhibitor Korosi, Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Mukhlisoh, W.,. Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap Aktivitas Anti Bakteri Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim. Setiadi, T., 07, Kimia Air, Pengolahan dan Penyediaan Air, ITB, Bandung. Silviakasari,, Uji Efektivitas Katekin dari Daun Gambir (Uncaria Gambir (Hunter) Roxb) Sebagai Bahan Alternatif Pengawet Tahu di Kabupaten Bogor, Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa, Institut Pertanian Bogor. Trethewey, K.R. and Chamberlain, J., 1991, Korosi untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasawan, PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 69-70.