BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan 110 26 46 Bujur Timur, secara administrasi terletak pada 4 wilayah Kabupaten. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilyah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya berturut-turut hingga awal November 2010. Kejadian erupsi tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta. Bencana ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bencana serupa dalam lima periode waktu sebelumnya yakni tahun 1994, 1997, 1998, 2001 dan 2006. Berdasarkan data Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) per tanggal 27 November 2010, bencana erupsi Gunung Merapi ini telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 242 orang meninggal di wilayah Yogyakarta dan 97 orang meninggal di wilayah Jawa Tengah. Selain menimbulkan korban jiwa dan lukaluka, bencana erupsi Gunung Merapi ini juga telah mengakibatkan kerusakan dan kerugian besar di wilayah yang tersebar di empat Kabupaten, yakni Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten di Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman di Daerah istimewa Yogyakarta. Di lereng gunung masih banyak terdapat pemukiman yang hanya berjarak 4 km dari puncak Gunung Merapi. Tentunya kondisi ini sangat berbahaya, baik itu untuk tempat tinggal, melakukan aktivitas sehari-hari dan bahkan saat melakukan evakuasi. Terdapat 3 (tiga) zona wilayah rawan bencana letusan Gunung Merapi yaitu : 1
1. Kawasan rawan bencana III, kawasan ini dapat terkena langsung aktivitas letusan merapi, sering terkena awan panas, lava pijar, guguran batu pijar, gas racun, dan lontaran batu pijar sampai radius 2 (dua) kilometer. Wilayahwilayah DIY yang terkena dampaknya adalah Kecamatan Pakem, Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. 2. Kawasan rawan bencana II, Kawasan ini akan berpotensi terkena awan panas, lontaran batu pijar, gas beracun, dengan guguran lava pijar. Walaupun tidak terkena langsung dan sering, di zona ini warga harus berhati-hati karena banyak aktifitas mereka dilereng merapi yang sewaktu-waktu bisa mengancam jiwa akibat aktifitas merapi. 3. Kawasan rawan bencana I, kawasan ini dapat terkena ancaman banjir lahar dan juga perluasan dari awan panas tergantung oleh faktor volume guguran dan arah angin pada saat itu. Wilayah yang kemungkinan terlanda adalah Kecamatan Ngeplak, Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Tempel, Kecamatan Kalasan, Kecamatan Depok, Kecamatan Seyegan, dan sebagian utara Kota Yogyakarta. Bencana erupsi Gunung Merapi membawa dampak positif dan negatif terhadap masyarakat sekitar pada saat erupsi Merapi 2010, dampak negatif akibat erupsi Gunung Merapi antara lain : 1. Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter). 2. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain. 3. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilangan pekerjaan rutin kesehariannya. 4. Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu. 5. Terjadi kebakaran hutan karena terkena lahar. 2
6. Banyak sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis. Sedangkan untuk dampak positif erupsi Merapi 2010 antara lain : 1. Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin. 2. Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah, namun dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar gunung. 3. Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain. Bencana erupsi Gunung Merapi sering menimbulkan ketakutan terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi, karena sering terjadi erupsi warga sekitar dituntut untuk kesigapan evakuasi jika terjadi bencana. Perlu adanya pengetahuan warga tentang jalur evakuasi untuk menuju tempat yang aman, sehingga dapat meminimalisir timbulnya korban. Pemerintah juga dituntut untuk kesiapan dalam penyediaan jalur yang memenuhi persyaratan evakuasi sehingga masyarakat sekitar Gunung Merapi dapat dengan mudah mengakses dan mengetahui jalur evakuasi yang tersedia sehingga evakuasi dapat berjalan lancar. Evakuasi adalah perpindahan langsung dan cepat dari orang-orang yang menjauh dari ancaman atau kejadian yang berbahaya seperti bencana alam. Rencana evakuasi darurat dikembangkan untuk memastikan waktu evakuasi teraman dan paling efisien bagi semua masyarakat yang terancam bahaya bencana alam. Selain moda transportasi, jalan juga merupakan salah satu faktor yang paling diperhatikan dikarenakan bahaya dari bencana alam yang terjadi sangat cepat dan sulit diperkirakan, maka jalan memiliki peranan penting dalam evakuasi masyarakat dari tempat rawan bencana ke tempat yang lebih aman. Pemilihan jalur untuk melakukan evakuasi merupakan hal penting untuk dipikirkan masyarakat di daerah rawan bencana untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan saat melakukan evakuasi darurat. Faktor-faktor penting ketika memilih jalur untuk evakuasi tersebut, diantaranya: kondisi jalan, kondisi perkerasan, kondisi 3
lingkungan, kondisi geografik, kenyamanan, dan keamanan dari jalur evakuasi itu sendiri. 1.2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipapaparkan sebelumnya, muncul beberapa pertanyaan yang akan penulis jadikan sebagai pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut adalah : 1. Seperti apakah kondisi jalur evakuasi yang digunakan masyarakat pada Tahun 2010 dan 2014? 2. Apakah jalur evakuasi tersebut sudah layak sebagai jalur penyelamatan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis jalur evakuasi existing dan kondisi jalur evakuasi yang digunakan oleh masyarakat Huntap Batur untuk melakukan evakuasi saat terjadi erupsi Gunung Merapi. 2. Menganalisis permasalahan yang dialami masyarakat Huntap Batur ketika melewati jalur evakuasi tersebut. 1.4. Manfaat Penelitian Berikut ini merupakan manfaat dilakukannya penelitian ini : 1. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pihak-pihak terkait seperti pemerintah dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana alam, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mempertimbangkan jalur-jalur yang digunakan untuk melakukan evakuasi darurat. 2. Dapat diketahui pengaruh positif maupun negatif terhadap nilai manfaat suatu jalur evakuasi. 3. Dapat menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian lebih lanjut terkait dengan jalur evakuasi bencana alam. 4
1.5. Batasan Penelitian Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan juga untuk memudahkan dalam analisis nantinya, maka dalam penyusunan tugas akhir ini dibatasi lingkup kerja sebagai berikut : 1. Informan yang disurvei merupakan masyarakat dari Huntap Batur, Kepuharjo Cangkringan, Sleman. 2. Dari segi lokasi, penelititan ini fokus di Huntap Batur, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, yang merupakan salah satu wilayah yang mengalami dampak terparah erupsi Gunung Merapi dan merupakan desa relokasi erupsi Gunung Merapi 2010. 3. Jalur evakuasi yang disurvei dari Huntap Batur menuju barak pengungsian Kiyaran. 4. Pembahasan permasalahan dan kondisi jalur evakuasi gunung Merapi dari Tahun 2010 sampai Tahun 2014. 1.6. Keaslian Penelitian Penulis belum menemukan penelitian lain yang topiknya sama dengan penelitian yang di lakukan yaitu penelitian tentang Analisis Jalur Evakuasi Erupsi Gunung Merapi. Akan tetapi, terdapat beberapa penelitian yang sifatnya terkait atau berhubungan dengan penelitian yang di lakukan. Penelitian-penelitian tersebut sebagai berikut : 1. Litman (2006) Lessons from Katrina & Rita Fokus penelitian: Kegagalan dari transportasi saat badai Katrina & Rita terjadi. Litman menagatakan bahwa kerugian dan korban bukan dikarenakan faktor bencana alam, melainkan karena kegagalan perencanaan transportasi evakuasinya. 2. Rifwan (2012) Universitas Andalas, Studi Evaluasi Efektifitas Penggunaan Jalur Evakuasi Pada Zona Berpotensial Terkena Bencana Tsunami di Kota Padang Fokus penelitian: Untuk mengevaluasi efektifitas penggunaan jalur evakuasi yang sudah ada oleh penduduk pada wilayah yang berpotensi terkena tsunami dan membuat pedoman bagi penduduk yang tinggal di wilayah berpotensi terkena bencana tsunami mengenai langkah-langkah apa yang harus 5
dilakukan dalam menggunakan jalur evakuasi secara efektif setelah terjadi gempa dengan Analisis SWOT. 3. Santoso dan Taufik (2009) Universitas ITS Surabaya, Studi Alternatif Jalur Evakuasi Bencana Banjir Dengan Menggunakan Teknologi SIG di Kabupaten Situbondo Fokus penelitian: Jalur Evakuasi Tercepat Menuju Zona Aman. 4. Bachnas dan Subarkah (2002) UII Yogyakarta. Penanggulangan Gangguan Prasarana Jalan Akibat Bencana Alam Fokus penelitian: Penanganan prasarana transportasi pasca bencana alam. 5. Herastama (2014) UGM Yogyakarta. Kajian Transportasi Untuk Evakuasi Bencana Erupsi Gunung Merapi Fokus penelitian: Transportasi Evakuasi Bencana Erupsi Gunung Merapi. Perbedaan penelitian yang penulis kerjakan dengan keaslian penelitian antara lain, dari penelitian Litman (2006) Lessons from Katrina & Rita dengan fokus penelitian: Kegagalan dari transportasi saat badai Katrina & Rita terjadi. Todd Litman menagatakan bahwa kerugian dan korban bukan dikarenakan faktor bencana alam. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan fokus tentang permasalahan dan kondisi jalur evakuasi erupsi gunung Merapi. Sedangkan penelitian Rifwan (2012) Universitas Andalas, Studi Evaluasi Efektifitas Penggunaan Jalur Evakuasi Pada Zona Berpotensial Terkena Bencana Tsunami di Kota Padang Fokus penelitian: Untuk mengevaluasi efektifitas penggunaan jalur evakuasi yang sudah ada oleh penduduk pada wilayah yang berpotensi terkena tsunami dan membuat pedoman bagi penduduk yang tinggal di wilayah berpotensi terkena bencana tsunami, perbedaan terdapat pada tempat, jenis bencana dan cara analisis, analisis yang peneiliti lakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif sedangkan Rifwan menganalsis dengan analisis SWOT. Santoso dan Taufik (2009) Universitas ITS Surabaya, Studi Alternatif Jalur Evakuasi Bencana Banjir Dengan Menggunakan Teknologi SIG di Kabupaten Situbondo Fokus penelitian: Jalur Evakuasi Tercepat Menuju Zona Aman. Perbedaan penelitian terdapat pada jenis bencana dan jalur evakuasi, jalur 6
evakuasi yang ada di Huntap Batur hanya terdapat satu jalur evakuasi sedangkan pada jalur evakuasi di Kabupaten Situbondo terdapat beberapa jalur evakuasi. 7