BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kali pemimpin memberikan tambahan penerimaan yang lain sebagai upaya lebih menghargai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dewasa ini sangat dominan, di negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Bandung yang bergerak

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebelum atau bahkan dapat melebihi standar yang ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai institusi pendidikan, sekolah

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. yang menggerakkan dinamika organisasi, semakin besar organisasi, masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

andilnya secara maksimal kepada perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan perusahaan untuk mampu bersaing dengan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia yang tidak menentu pada saat ini menuntut perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pemberian motivasi, maka pemberian motivasi terhadap karyawan sangat

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan sangat dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di. berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor penentu keberhasilan pelaksanaan organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fokus utama suatu organisasi adalah untuk mencapai suatu keberhasilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORI. dilaksanakan bila dalam pencapaian suatu tujuan tersebut tidak hanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai institusi pengelola pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pengelolaan sekolah diharapkan dapat memfungsikan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Sesuai dengan pendapat Sardiman (2005:125) guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Guru sebagai asset sumber daya manusia memiliki tugas dan tanggung jawab meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan sangat tergantung pada tingkat profesionalisme guru dan produktivitas kerja guru sebagai pengelola sekolah. Profesionalitas dan kualitas kerja para guru merupakan faktor penting yang sangat dibutuhkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan, dimana seorang guru harus memiliki standar kualitas pribadi yang dipersyaratkan sebagai seorang pendidik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2006:37) Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian pendidikan dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki perangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa. Dalam hal ini guru merupakan komponen 1

2 penting dan kunci utama keberhasilan pendidikan yang sangat membutuhkan guru-guru yang mempunyai perilaku kerja yang baik, berkualitas, dan berkomitmen tinggi terhadap sekolah. Banyak faktor yang dapat meningkatkan komitmen guru dalam mengajar baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri guru. Seorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi akan tampak dari perilakunya dalam melaksanakan tugas sebagai guru dalam kehidupan sehari-hari apalagi jika menjadi guru merupakan panggilan jiwa bukan sebagai pilihan terakhir, hal ini akan tampak dari komitmen guru untuk lebih mengutamakan tugasnya di sekolah daripada mencari tambahan penghasilan di luar sekolah dan terus menjaga profesionalitasnya sebagai guru. Seorang guru harus fokus kepada bidangnya sehingga akan lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Profesionalitas dan kualitas kerja para guru merupakan indikasi dari adanya komitmen guru terhadap sekolah sebagai suatu organisasi tempatnya bekerja, sehingga dapat dikatakan seorang guru yang memiliki komitmen terhadap sekolah akan berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dengan sepenuh hati demi kemajuan sekolah, karena salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Komitmen memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dan efektifitas kerja guru. Menurut Miner (1992:134) secara konseptual ada tiga factor yang mempengaruhi komitmen, yaitu: (1) Suatu keyakinan yang kuat dan menerima tujuan-tujuan serta nilai-nilai organisasi (2) kemampuan untuk melaksankan upaya untuk kepentingan organisasi (3) adanya suatu keinginan yang kuat untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi. Komitmen afektif guru yang rendah

3 mengakibatkan guru sering mangkir dari tugas mengajar yang berakibat negatif bagi prestasi siswa, kurangnya kepedulian guru terhadap peraturan sekolah. Selain masalah diatas, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru pada SMP Negeri 1, SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Tanah Jawa Kabupaten Simalungun menunjukkan kurangnya kepatuhan guru terhadap peraturan yang sudah ditetapkan karena masih ada guru datang terlambat rata-rata 8 orang guru ( 5,9 %) setiap hari, terlambat masuk kelas rata-rata 15 orang guru (11,1%), rata-rata korupsi waktu dengan terlambat masuk kelas 40 orang guru (39,7%), kurangnya rasa tanggung jawab untuk mengajar dengan adanya beberapa guru lebih mengutamakan tugas diluar untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga, guru sering tidak hadir dan meninggalkan kelas sebelum pembelajaran usai dengan alasan yang tidak jelas, kurangnya keinginan meningkatkan mutu pendidikan sebagai tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan sekolah, hal ini tampak dari masih adanya guru menggunakan RPP orang lain, terpaku dengan suatu metode mengajar dan masih ada guru yang marah dan menghukum siswa jika tidak mengerjakan PR tanpa ingin mengetahui latar belakang masalah siswa dan kurang peduli pada siswa yang menghadapi masalah dalam pembelajaran. Dengan permasalahan di atas guru sebagai pengelola pendidikan yang profesional perlu mengadakan berbagai perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan efektifitas kerja guru. Artinya guru belum memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Jika hal ini terus dibiarkan maka pendidikan di Indonesia akan semakin terpuruk dan akan memiliki perilaku yang semakin merusak masa depan generasi dimasa mendatang oleh karena itu perlu diambil tindakan agar bisa keluar dari permasalahan ini. Ada

4 beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen guru dalam melaksanakan tugas. Menurut Luthans (2005:218) komitmen organisasi terdiri dari tiga komponen yaitu: (1) komitmen afektif (affective commitment) adalah komitmen organisasi yang lebih menekankan pada pentingnya kongruensi antara nilai dan tujuan karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi, (2) komitmen kontiniu (kontinuance commitmen) adalah komitmen organisasi dimana pekerja akan bertahan atau meninggalkan organisasi karena melihat adanya pertimbangan rasional dari segi untung ruginya; dan (3) komitmen normatif (normative commitmen) adalah komitmen organisasi dimana pekerja bertahan dalam organisasi karena ia merasakan adanya suatu kewajiban. Rhoades, (2001:825) juga menambahkan komitmen afektif merupakan keterikatan emosional individu terhadap organisasi yang menjadi penentu dedikasi dan loyalitas individu. Individu dengan komitmen afektif terhadap organisasi akan memperlihatkan performansi kerja yang tinggi, mempunyai perasaan memiliki dan identifikasi yang kuat untuk meningkatkan keterlibatan individu tersebut dalam aktifitas organisasi, kemauan untuk berusaha mencapai tujuan organisasi dan kehendak untuk menjaga organisasi. Menurut pendapat di atas komitmen memiliki peranan penting bagi seseorang dalam organisasi dalam hal ini guru sebagai tenaga pendidik di sekolah dan guru menunjukkan suatu kelekatan psikologis terhadap sekolah akan menunjukkan adanya keterlibatan secara mental dan emosional guru terhadap sekolah, dapat digambarkan melalui pemberian usaha, kemampuan dan kesetiaan guru kepada sekolah serta penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan sekolah. Guru yang memiliki komitmen afektif tinggi, mempunyai perasaan memiliki identifikasi yang kuat yang akan meningkatkan

5 keterlibatan guru tersebut dalam aktivitas sekolah, kemauan untuk berusaha mencapai tujuan guru dan tujuan sekolah. Guru dengan komitmen afektif benarbenar ingin menjadi guru di sekolah yang bersangkutan sehingga memiliki keinginan untuk menggunakan usaha optimal demi tercapainya tujuan sekolah. Seorang guru dengan komitmen afektif tinggi mengajar tidak didasari keterikatan emosional dengan sekolah atau pekerjaannya, misalnya guru mengajar lebih baik ketika para siswa yang diajarnya adalah siswa yang berada pada kelas yang tidak pernah menimbulkan masalah Disamping komitmen afektif guru, motivasi ekstrinsik juga berpengaruh terhadap efektivitas kerja guru. Menurut Hasibuan (2008:65), motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan beritegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Menurut Sardiman (2009:89) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Dalam hal ini guru sungguh-sungguh bekerja karena hendak mencapai suatu tujuan dengan maksud tertentu, misalnya guru tidak terlambat hadir di sekolah karena sudah mendapat teguran sebelumnya dari kepala sekolah, dalam hai ini guru hadir tepat waktu di sekolah karena telah memperoleh teguran dari kepala sekolah, guru rajin bekerja untuk memperoleh pujian dari pimpinan, guru sungguh-sungguh bekerja untuk menghindari hukuman yang diancamkan kepadanya, atau karena telah memperoleh tunjangan serifikasi guru. Kontrol diri (Self control) juga mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan efektifitas kerja guru selain pengambilan keputusan rasional, komitmen afektif dan motivasi ekstrinsik guru. Kontrol diri (Self-control) adalah kemampuan

6 individu untuk menyesuaikan tingkah laku dengan apa yang dianggap diterima secara sosial oleh masyarakat, Olds (1992). Menurut Skinners, pengendalian diri adalah ketika seseorang memilih tindakan yang akan menghasilkan hasil yang positif, ketika ia dihadapkan pada dua pilihan, hasil yang positif tersebut akan menguatkan pilihannya. Mischel (dalam Kail dan Nelson, 1993:123) dalam penelitian mereka menyimpulkan bahwa kemampuan individu untuk mengendalikan diri dipengaruhi perencanaan yang baik untuk bertindak. Guru dapat melakukan berbagai usaha untuk mengendalikan dirinya dengan cara berusaha untuk tidak melihat imbalan, berusaha untuk tidak dipengaruhi pujian atau penghargaan atau melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dari tujuan yang akan dicapai. Usaha tersebut merupakan perilaku yang terencana dan efektif sehingga guru mampu mengontrol dirinya. Dari uraian diatas pengendalian diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri guru merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan guru selama proses-proses dalam pembelajaran di kelas, termasuk dalam menghadapi kondisi sekolah yang hampir setiap hari menghadapi berbagai masalah dan gangguan dari luar diri guru. Pengambilan keputusan rasional berpengaruh juga dalam meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan efektifitas kerja guru. Menurut Robbins (2009:189) Rasional artinya membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu. Robbins (2003), mengatakan pengambilan keputusan yang rasional adalah model pengambilan keputusan yang menggambarkan bagaimana para individu hendaknya berperilaku

7 untuk memaksimalkan hasil. Model pembuatan keputusan rasional guru adalah sebuah model pembuatan keputusan yang mendeskripsikan bagaimana guru seharusnya berperilaku untuk memaksimalkan beberapa hasil untuk memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan melaksanakan peranannya dalam mengajar dan membimbing muridnya. Artinya setiap keputusan yang diambil guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan terutama peserta didik, agar benar-benar dapat memaksimalkan hasil dalam pencapaian tujuan pendidikan. Komitmen afektif guru merupakan salah satu perilaku kerja yang ditimbulkan akibat dari motivasi ekstrinsik guru dari lingkungannya dan kontrol diri (self control) guru, serta pengambilan keputusan rasional yang tepat untuk itu seorang guru harus menerapkan komitmen afektif agar dapat mencapai tujuan sekolah. Untuk mengetahui apakah benar terdapat pengaruh antara motivasi ekstrinsik, kontrol diri (self control) dan pengambilan keputusan rasional terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Tanah Jawa diperlukan adanya penelitian mengenai hal tersebut. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa komitmen afektif guru di SMP negeri Tanah Jawa masih rendah, motivasi ekstrinsik rendah, kontrol diri rendah dan pengambilan keputusan rasional rendah sehingga perlu penelitian untuk membahas Pengaruh Motivasi Ekstrinsik, kontrol diri (self control) dan Pengambilan Keputusan Rasional terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa.

8 B. Identifikasi Masalah Seperti yang telah diuraikan pada teori sebelumnya dalam latar belakang masalah, banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komitmen afektif guru. Hal ini mengundang sejumlah pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen afektif guru. Untuk itu perlu diidentifikasi dan perlu dipertanyakan: (1) Apakah motivasi instrinsik berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (2) Factor-faktor apa yang dapat mempengaruhi komitmen afektif guru? (3) Apakah komitmen kontiniutas berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (4) Apakah komitmen normative berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (5) Apakah motivasi instrinsik berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (6) Apakah motivasi ekstrinsik berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (7) Bagaimana pengaruh langsung motivasi ekstrinsik guru terhadap komitmen afektif guru? (8) Apakah kontrol diri (self control) berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (9) Apakah kemampuan keprofesionalan guru berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (10) Apakah pengambilan keputusan rasional berpengaruh terhadap komitmen afektif guru? (11) Apakah pengambilan keputusan rasional berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru? C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan arah penulisan ini kepada tujuan penulisan, maka pembatasan masalah sangat diperlukan. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen afektif guru, maka perlu pembatasan masalah agar lebih memfokuskan arah penelitian. Penelitian ini dibatasi pada tiga variabel eksogenus

9 dan satu variabel endogenus. Oleh karena itu penelitian ini hanya membatasi sejauh mana pengaruh motivasi ekstrinsik, kontrol diri (self control), dan pengambilan keputusan rasional terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Tanah Jawa Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah motivasi ekstrinsik guru berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan rasional guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa? 2. Apakah kontrol diri (self control) guru berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan rasional guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa? 3. Apakah motivasi ekstrinsik guru berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa? 4. Apakah kontrol diri (self control) guru berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa? 5. Apakah pengambilan keputusan rasional guru berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa?

10 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi ekstrinsik guru terhadap pengambilan keputusan rasional guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa. 2. Untuk mengetahui pengaruh kontrol diri (self control) guru terhadap pengambilan keputusan rasional guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa. 3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi ekstrinsik guru terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa. 4. Untuk mengetahui pengaruh kontrol diri (self control) guru terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa. 5. Untuk mengetahui pengaruh pengambilan keputusan rasional guru terhadap komitmen afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran 1. Secara Teoritis: a. Memberi informasi bagi guru untuk meningkatkan komitmen afektif, pengambilan keputusan rasional, motivasi ekstrinsik dan kontrol diri (self control) guru. b. Untuk menambah wawasan motivasi ekstrinsik terhadap pengambilan keputusan rasional guru.

11 c. Untuk menambah wawasan kontrol diri (self control) terhadap pengambilan keputusan rasional guru. d. Untuk menambah wawasan motivasi ekstrinsik terhadap komitmen afektif guru. e. Untuk menambah wawasan kontrol diri (self control) terhadap komitmen afektif guru. f. Untuk menambah wawasan pengambilan keputusan rasional terhadap komitmen afektif guru. 2. Manfaat Praktis: a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah untuk meningkatkan komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugasnya. b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah untuk meningkatkan pengambilan keputusan rasional guru dalam melaksanakan tugasnya. c. Sebagai sumbangan pemikiran bagi dinas pendidikan untuk dapat meningkatkan motivasi ekstrinsik guru dalam melaksanakan tugasnya. d. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru untuk meningkatkan control diri (self control) guru dalam melaksanakan tugasnya. e. Sebagai bahan pemikiran bagi peneliti berikutnya