Analisis Aerodinamika Body Mobil Hemat Energi Antawirya Residual-Sat Dengan Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics

dokumen-dokumen yang mirip
ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari

SIMULASI AERODINAMIKA DESAIN MOBIL HEMAT BAHAN BAKAR ANTAWIRYA DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

ANALISIS KOEFISIEN DRAG PADA MOBIL HEMAT ENERGI "MESIN USU" DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

PENGARUH MODIFIKASI DIFFUSOR TERHADAP GAYA AERODINAMIKA MOBIL LISTRIK PANCASONA

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

ANALISA AERODINAMIKA PADA SEPEDA DENGAN FORMASI BERIRINGAN DENGAN VARIASI KECEPATAN DAN JARAK ANTAR SEPEDA MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.

The Analysis of Velocity Flow Effect on Drag Force by Using Computational Fluid Dynamics

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN DENGAN VARIASI SUDUT DIFFUSER DAN SUDUT BOAT TAIL MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

PERBANDINGAN ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN GENERIK BERBAGAI MODEL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

Desain dan Simulasi Frame dan Bodi Kendaraan Konsep Urban Menggunakan Software CAD

Analisis Komputasi Pengaruh Geometri Muka dan Kontrol Aktif Suction Terhadap Koefisien Tekanan Pada Model Kendaraan

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

SIMULASI ALIRAN UDARA DALAM RAM-AIR INTAKE PADA SEPEDA MOTOR SPORT DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INST-06: PENGEMBANGAN DESAIN TEROWONGAN ANGIN SEDERHANA

MEKANIKA Volume xxnomorx, Bulan Tahun

ANALISIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

Program Studi Teknik Mesin, FakultasTeknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISIS GEOMETRI PELURU TERHADAP NILAI DRAG COEFFICIENT PADA KECEPATAN 304,8 m/s

SIMULASI PENGARUH VARIASI KECEPATAN INLET TERHADAP PERSENTASE PEMISAHAN PARTIKEL PADA CYCLONE SEPARATOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

terowongan angin baik dalam ukuran kendaraan yang sebenarnya maupun dalam ukuran skala. Akan tetapi cara-cara pengujian koefisien tahanan dalam terowo

Analisis komputasi pengaruh geometri muka terhadap koefisien hambatan aerodinamika pada model kendaraan

Desain dan Analisa Aerodimanika Dengan menggunakan Pendekatan CFD. Pada Model 3D Untuk Mobil Prototype Engku Putri

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

Prosiding SNaPP2015 Sains dan Teknologi ISSN EISSN Subagyo

Analisis Perbandingan Velocity Dan Shear Stress Perkembangan Boundary Layer Flat Plate Menggunakan Turbulent Model k ε (Standard, Realizable, RNG)

Analisis Tegangan Pada Beberapa Jenis Ejektor Uap Bagus Budiwantoro 1, a, I Nengah Diasta 2, b, dan Reinaldo Sahat Samuel Hutabarat 1, c

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

BAB V HASIL DAN ANALISIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Numerik Pengaruh Penggunaan Rear Spoiler Pada Mobil Honda Civic Generasi Kedelapan

Analisis Numerik Aliran Fluida di Sekitar Silinder Sirkular dengan Menggunakan Diskrititasi Order yang Berbeda

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA PADA BODI MOBIL BAYU SURYA MENGGUNAKAN CFD PADA SOFTWARE ANSYS 15.0

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

STUDI EKSPERIMEN dan NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KARAKTERISTIK BOUNDARY LAYER MELINTASI BUMP (Re = 21000)

Kaji Numerik Optimasi Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga Bilah

PERMASALAHAN DAN SOLUSI KONSTRUKSI BALIHO DI BANJARMASIN

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER)

Studi Numerik Karakteristik Aliran Melalui Backward Facing Inclined Step dengan Penambahan Paparan Panas Deri Gedung pada Sisi Upstream

Slamet Rahayu, Muhammad Agus Sahbana, Akhmad Farid, (2014), PROTON, Vol. 6 No 1 / Hal 54-60

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PROSES PENYEBARAN LIMBAH CAIR PADA AIR TANAH

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016 Online:

ANALISIS AERODINAMIKA PADA PERMUKAAN BODI KENDARAAN MOBIL LISTRIK GASKI (GANESHA SAKTI) DENGAN PERANGKAT LUNAK ANSYS 14.5

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSES SIMULASI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN SPOILER PADA MODEL KENDARAAN SEDAN TERHADAP TEKANAN HISAP DALAM TEROWONGAN ANGIN ABSTRAK

SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

Transkripsi:

Analisis Aerodinamika Body Mobil Hemat Energi Antawirya Residual-Sat Dengan Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics * Joshua Sam Jhon S b, M.S.K. Tony Suryo Utomo a, a Mahasiswa Program Studi S-1 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro b Dosen Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *E-mail: joshuasamjhon@gmail.com Abstrak Tahanan Aerodinamika, gaya angkat aerodinamik, dan momen angguk aerodinamik memiliki pengaruh yang bermakna pada unjuk kendaraan pada kecepatan sedang dan tinggi. Peningkatan penekanan pada penghematan bahan bakar dan pada penghematan energi telah memacu keterkaitan baru dalam memperbaiki unjuk kerja aerodinamika pada jalan raya. Seiring dengan terus berkembang nya teknologi, para engineer industri otomotif berusaha menekan koefisien gaya tahanan (Cd) seminimal mungkin, sehingga konsumsi bahan bakar dapat ditekan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan upaya perancangan body mobil yang lebih aerodinamis dan mendesain kembali mobil Antawirya Turangga Veda terdahulu dengan nama Anntawiya Turangga Veda 2, mensimulasikan dan membandingkan hasil simulasi dalam hal ini nilai drag coefficient pada kedua desain, serta mengetahui pola aliran udara di sekitar body mobil. Simulasi aerodinamika mobil dilakukan di dalam wind tunnel yang ditetapkan sebagai domain komputasi dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). Menggunakan metode turbulen k-epsilon realizable standard wall function, yang ditentukan berdasarkan validasi pada fenomena aliran streamline. Menggunakan metode diskretisasi second order upwind untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Jumlah masing-masing grid untuk mobil Antawirya Turangga Veda terdahulu dan Antawirya Turangga Veda 2 adalah sebesar 875565 dan 1030229. Hasil dari simulasi menunjukkan penurunan pada nilai drag coefficient mobil Antawirya Turangga Veda 2 terhadap mobil Antawirya terdahulu, yaitu pada kecepatan 40 km/h terjadi penurunan drag coefficient sebesar 19,37 %, pada 50 km/h penurunan sebesar 19,43 %, pada 60 km/h penurunan sebesar 19,51 %, pada 70 km/h penurunan sebesar 19,56 %. Fenomena vortisitas terjadi pada bagian belakang body mobil, dimana vortisitas pada mobil Antawirya Turangga Veda 2 lebih sedikit dibandingkan mobil Antawirya Turangga Veda terdahulu. Hal ini dikarenakan body mobil Antawirya Turangga Veda 2 lebih aerodinamis. Kata Kunci: Aerodinamika, Computational Fluid Dynamics (CFD), Drag Coefficient, vortisitas 1. Pendahuluan Aerodinamika (ilmu gaya gerak) berasal dari bahasa Yunani yaitu air = udara dan dynamic = gaya gerak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aerodinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang bergeraknya suatu benda di dalam udara. Ilmu gaya udara merupakan lanjutan dari ilmu yang lebih tua yaitu ilmu gaya gerak air atau hidrodinamika dan ilmu gaya gerak udara ini erat hubungannya dengan beberapa ilmu yang lainnya yaitu ilmu alam (fisika), ilmu pasti (matematika), ilmu gaya (mekanika), dan ilmu cuaca (meteorogia) yang memberikan keterangan- keterangan azasi tentang udara yang diam khususnya tentang perubahan- perubahan yang dialami udara jika ketinggian bertambah. Pada 1866 Francis Wenham menyatakan untuk pertama kalinya dalam sejarah pengaruh rasio aspek aerodinamika terbatas pada sayap. Dia berteori bahwa sebagian besar sayap mengangkat terjadi dari bagian dekat tepi dan juga sayap yang dekat sangat efisien. Computational Fluid Dynamics or CFD adalah menganalisa sistem mengenai aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena reaksi kimia yang berarti simulasi dasar komputer. Tekniknya sangat kuat dan terbentang selebar jangkauan area aplikasi industri dan non industri. Pada 1960an sedang berjalan indsutri aerospace yang memadu dengan teknologi CFD kedalam rancangan, R&D dan manufaktur dari pesawat dan mesin jet. Banyak metode sekarang ini mengaplikasikan rancangan dari mesin pembakaran dalam, ruang pembakaran dari gas turbin dan permukaaan. Kemudian industri motor sekarang rutin memprediksi gaya angkat, aliran udara dibawah kap mesin dan lingkungan di dalam mobil dengan CFD. Meningkatnya CFD menjadi komponen vital dalam design dalam proses dan produk industri. Tujuan utama dalam pengembangan lapangan CFD adalah untuk menyediakan kemampuan sebanding dalam alat CAE (Computer Aided Engineering) termasuk analisa tegangan. Dalam menyediakan akses mudah dalam setiap kekuatan permasalahan mereka dikemas dalam bentuk yang canggih dalam memasukkan permasalahan parameter masukan dan menguji hasil. Solusi dari masalah aliran ( kecepatan, tekanan, suhu, dll) dapat diartikan pada titik didalam sel. Akurasi dari solusi CFD dikembangkan dalam jumlah sel dalam kisi. Secara umum jumlah sel yang besar akurasi solusinya lebih baik. Kedua akurasi dari solusi dan masalah harganya membutuhkan perangkat keras komputer dan kalkulasi waktu bergantung pada kehalusan dari kisi. Mengoptimalkan mesh juga sering tidak seragam, JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 50

variasi area yang sangat lembut terjadi dari poin ke poin dan daerah yang kasar relatif mengalami perubahan yang kecil. Akhirnya banyak program secara otomatis menyaring area kisi yang variasi yang cepat. Jumlah yang besar dari pengembangan dasar kerja masih dilakukan sebelum teknologi ini cukup kuat masuk dalam dagang CFD. Pada saat ini kemampuan CFD masih digunakan untuk merancang bagian antara akurasi yang diinginkan dan harga yang pantas [1]. Bahan bakar minyak mengalami pengurangan dari tahun ke tahun karena minyak bumi merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, rencana penghematan BBM menjadi sangat penting disuarakan dewasa ini. Seiring dengan terus berkembang nya teknologi, para engineer industri otomotif berusaha menekan koefisien gaya tahanan (Cd) seminimal mungkin, sehingga konsumsi bahan bakar dapat ditekan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan upaya pengembangan perancangan body mobil yang lebih aerodinamis dan mendesain kembali mobil Antawirya Residual SAT, mensimulasikan dan membandingkan hasil simulasi dari kedua bentuk desain tersebut. Dalam hal ini nilai drag coefficient pada kedua desain, serta mengetahui pola aliran udara di sekitar body mobil. Simulasi aerodinamika mobil dilakukan di dalam wind tunnel yang ditetapkan sebagai domain komputasi dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). Analisa ini adalah salah satu dari beberapa solusi teknologi untuk sektor otomotif yang dapat diterapkan untuk percobaan analisa aliran pada body mobil. Dengan kemajuan teknologi saat ini, telah ada metode untuk melihat keadaan bentuk body menggunakan analisis fluent. Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu metode simulasi numerik menggunakan software Ansys Workbench 16 untuk mengetahui dan memprediksi coefficient drag dan gaya drag. Metode ini memungkinkan untuk mendapatkan data yang akurat dan waktu yang lebih cepat dalam analisis. Secara umum zat terbagi kepada 3 fasa: padat (solid), cair (liquid), dan gas (pada temperatur yang tinggi juga terdapat fasa plasma). Zat yang berfasa cair atau gas disebut dengan fluida. Perbedaan antara zat padat dan cairan dibuat atas dasar kemampuan zat untuk menolak suatu tegangan geser (shear stress) atau tangensial yang diterapkan yang cenderung berubah bentuknya. Zat padat dapat menahan tegangan geser (shear stress) yang diterapkan dengan cara berdeformasi, sedangkan cairan mengalami deformasi secara terus menerus di bawah pengaruh tegangan geser dengan nilai sekecil apapun. Pada zat padat, tegangan (stress) sebanding dengan keregangan (strain), tetapi tegangan cairan sebanding dengan laju keregangan (strain rate). Ketika gaya geser (shear force) yang bernilai konstan diberikan, zat padat akan berhenti berdeformasi di beberapa sudut regangan yang tetap, sedangkan cairan tidak pernah berhenti deformasi dan mendekati laju regangan tertentu [2]. Pada kecepatan tinggi seperti, pemanasan aerodinamis kendaraan masuk kembali menjadi parah, dan masalah pemanasan ini mendominasi pikiran dari ilmuwan aerodinamika semakin tinggi. Pikiran pertama mereka adalah konvensional-a sharppointed, tubuh langsing masuk kembali. Upaya untuk meminimalkan aerotermodinamika berpusat pada pemeliharaan aliran lapisan batas laminar di permukaan kendaraan; aliran laminar seperti menghasilkan pemanasan jauh lebih sedikit daripada aliran turbulen [5]. Tegangan geser sebanding dengan kemiringan profil kecepatan dan merupakan yang terbesar di dinding. Selanjutnya, di dinding, kecepatan u bernilai nol relatif terhadap dinding: ini disebut kondisi tanpa slip dan karakteristik dari semua aliran viskos cairan [8]. Aliran viskos adalah aliran dimana efek viskositas sangat penting, daerah aliran viskos merupakan daerah yang dipengaruhi oleh tegangan geser [9]. Dalam Aerodinamika dikenal beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda dan lebih spesifik lagi pada mobil seperti dikemukakan oleh Djoeli Satrijo Tahanan Aerodinamika, gaya angkat aerodinamik, dan momen angguk aerodinamik memiliki pengaruh yang bermakna pada unjuk kendaraan pada kecepatan sedang dan tinggi. Peningkatan penekanan pada penghematan bahan bakar dan pada penghematan energi telah memacu keterkaitan baru dalam memperbaiki unjuk kerja aero dinamika pada jalan raya [3]. Bahan bakar minyak mengalami pengurangan dari tahun ke tahun karena minyak bumi merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, rencana penghematan BBM menjadi sangat penting disuarakan dewasa ini. Seiring dengan terus berkembang nya teknologi, para engineer industri otomotif berusaha menekan koefisien gaya tahanan (Cd) seminimal mungkin, sehingga konsumsi bahan bakar dapat ditekan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan upaya pengembangan perancangan body mobil yang lebih aerodinamis dan mendesain kembali mobil Antawirya Residual SAT, mensimulasikan dan membandingkan hasil simulasi dari kedua bentuk desain tersebut. Dalam hal ini nilai drag coefficient pada kedua desain, serta mengetahui pola aliran udara di sekitar body mobil. Simulasi aerodinamika mobil dilakukan di dalam wind tunnel yang ditetapkan sebagai domain komputasi dengan menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). Analisa ini adalah salah satu dari beberapa solusi teknologi untuk sektor otomotif yang dapat diterapkan untuk percobaan analisa aliran pada body mobil. Dengan kemajuan teknologi saat ini, telah ada metode untuk melihat keadaan bentuk body menggunakan analisis fluent. Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu metode simulasi numerik menggunakan software Ansys Workbench 16 untuk mengetahui dan memprediksi coefficient drag dan gaya drag. Metode ini memungkinkan untuk mendapatkan data yang akurat dan waktu yang lebih cepat dalam analisis. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 51

2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Diagram Alir Mulai Penentuan Judul Studi Literatur Simulasi Validasi Koefisien Drag Tidak Metode Tervalidasi? Error<5% Ya Pembuatan Desain Bodi Mobil Antawirya Turangga Veda dengan Solidworks 2015 Penggenerasian Mesh dengan ANSYS MEshing Skewness Terpenuhi? <0.95 Tidak Ya Memasukkan Kondisi Batas pada Ansys Fluent 16.0 Simulasi ANSYS Tidak Iterasi Konvergen? (kontinuitas, kecepatan, k epsilon) <10-4, mass flow rate < 0,2% Ya Nilai Koefisien Drag Plot Distribusi Kecepatan dan Analisa dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 1. Diagram Alir Penelitian. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 52

2.2 Simulasi Validasi Koefisien Drag Formulasi ini membutuhkan penentuan gradien di setiap sel [6]. Gradien ditentukan dari dua sel upstream atau sel hulu sebelum sel pusat yang ada. Skema ini lebih akurat dibandingkan first-order upwind, tetapi pada daerah yang memiliki gradien tinggi, nilai dari sel face bisa berada di luar perkiraan dari rentang nilai sel. Diperlukan pembatasan nilai-nilai face prediksi untuk mengatasi hal ini. Ada banyak cara untuk mengimplementasikan skema ini, namun second-order upwind dengan pembatas merupakan salah satu skema yang paling banyak digunakan karena merupakan kombinasi dari keakuratan dan kestabilan [7]. Gambar 2. Skema penentuan nilai sisi sel pada diskretisasi second order upwind [7]. Deformasi benda padat (solid) akan terjadi jika dikenai tegangan geser, tetapi deformasi yang terjadi pada benda padat tidak berlangsung secara terus menerus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Perilaku fluida, jika diberikan gaya geser yang konstan [10] Dalam melakukan proses simulasi, hal yang penting untuk mengetahui simulasi yang dilakukan sudah tepat atau belum adalah dengan melakukan validasi dari hasil eksperimen atau simulasi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam proses simulasi ini dilakukan validasi untuk mengetahui nilai koefisien drag dari ahmed body yang dibandingkan dengan literatur, dan jika memiliki nilai error kurang dari 5% maka validasi yang dilakukan sudah valid. Jurnal yang digunakan menurut Saurabh Banga [4]. Gambar 4. Geometri ahmed body [4] JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 53

2.3 Penggenerasian Mesh Setelah dibuat geometri yang telah ditentukan dari penelitian yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan penggenerasian mesh. Penggenerasian mesh dilakukan pada menu meshing ANSYS seperti berikut ini: Ahmed Body 0 deg slant Skewness pada proses meshing ini didapat sebesar 0,796 sehingga meshing yang dilakukan dapat diterima karena skewness sudah memenuhi standar yang ditetapkan Fluent dan jumlah element sebesar 3876550. (a) (b) Gambar 5. (a) Penggenerasian mesh ahmed body 0 deg slant tampak 3 dimensi. (b) Perbesaran mesh pada ahmed body 0 deg slant. Tabel 1. Details Meshing 0 deg slant No Details of mesh Pilihan Size 1 Relevance center Fine - 2 Smoothing High - 3 Transition Slow - 4 Initial size seed Active assembly Min. size: Default (1,431 mm) Max. size: Default (286,21 mm) 5 Advanced size function Proximity and curvature 6 Face sizing Car box Element size: 30 mm Wake box Element size: 15 mm 3. Hasil simulasi Model turbulen yang dipakai dalam simulasi ini adalah model turbulen yang sesuai dengan yang dipakai pada jurnal [4] yaitu model turbulen realizable k-epsilon non-equilibrium wall functions. Metode diskretisasi yang digunakan adalah second order upwind untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Tabel 2 merupakan data masukan yang diberikan pada ANSYS Fluent untuk jenis model turbulen tersebut. Tabel 2. Parameter Masukan (Banga, Zunaid, Ansari, & Sharma, 2015) No Parameter Keterangan 1 Massa jenis 1,225 kg/m 3 2 Viscosity 1,7894.10-5 kg/m 4 3 Inlet velocity 40 m/s 4 Inlet turbulence intensity 1% 5 Inlet turbulence viscosity ratio 10 6 Outlet turbulence intensity 5% 7 Outlet turbulence viscosity ratio 10 Tabel 3 menampilkan hasil simulasi validasi koefisien drag dari ahmed body. Dari hasil simulasi didapatkan koefisien drag pada masing-masing model turbulen yang dibandingkan dengan jurnal milik Saurabh Banga. Dari perbandingan yang dilakukan didapat error kurang dari 5% pada model turbulen realizable k-e sehingga model turbulen tersebut akan digunakan dalam penelitian ini. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 54

Tabel 3. Hasil simulasi validasi koefisien drag dari ahmed body. Cd per degree Slant Angle 0 7,5 15 30 Literatur (Banga, Zunaid, Ansari, Sharma, & 0,25 0,24 0,25 0,3 Dungriyal, 2015) Simulasi 0,26 0,24 0,25 0,3 Cd (terhadap literatur) 0,01 0,0031 0 0,0042 Error % 4 1,28 0 1,34 3.1 Simulasi Desain Bodi Mobil Antawirya Turangga Veda II Model yang dikaji dalam masalah ini adalah desain bodi mobil Antawirya Turangga Veda II. Desain bodi mobil Antawirya Turangga Veda II ini merupakan desain bodi mobil tim Antawirya yang baru, dengan tujuan agar desain bodi mobil ini memiliki koefisien drag yang lebih kecil dari desain bodi mobil Antawirya sebelumnya, dengan harapan, jika desain bodi mobil ini digunakan sebagai desain bodi mobil tim Antawirya pada kompetisi mobil irit KMHE berikutnya, maka tim Antawirya Teknik Mesin Undip dapat meraih hasil yang maksimal. Model turbulen yang digunakan yaitu k-epsilon realiazable non-equilibrium wall functions berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan pada sub-bab sebelumnya.simulasi aerodinamika pada mobil ini dengan membuat wind tunnel untuk mendeskripsikan arah aliran angin. Geometri wind tunnel juga menentukan fenomena yang terjadi pada aliran fluida, yaitu aliran yang melewati bodi mobil sudah berkembang penuh. Gambar 3.11 merupakan gambar bentuk dari wind tunnel sesuai jurnal Saurabh Banga. Wind tunnel ini memiliki ukuran 5m untuk panjang dari permukaan depan Ahmed Body searah sumbuz positif, lalu 7,5 m untuk panjang dari permukaan belakang Ahmed Body searah sumbu-z negatif, dengan tinggi dan lebar masing-masing 3 m searah sumbu-y positif dan 3 m searah sumbu-x positif, pada permukaan simetrisnya. Gambar 6. Bentuk wind tunnel. [4] 3.2 Pre-processing Pemodelan geometri pada Solidworks 2015 dilakukan setelah mendapatkan ukuran dimensi desain bodi mobil yang terdapat pada regulasi resmi Kontes Mobil Hemat Energi kelompok Urban Concept. Berikut ini merupakan dimensi desain bodi mobil yang digunakan untuk kompetisi KMHE Urban Concept: Tabel 4. Dimensi Bodi Mobil Peserta Kontes Mobil Hemat Energi Urban Concept Total Vehicle Height Total Body Width (excluding rear view mirrors) Total Vehicle Length The Whellbase (minimum) Ground Clearance (minimum, driver included) 100 130 cm 120 130 cm 220 350 cm 120 cm 10 cm Setelah mengetahui regulasi tentang dimensi yang telah ditetapkan untuk kompetisi tersebut, maka selanjutnya dilakukan proses desain dari bodi mobil Antawirya Turangga Veda II pada Solidworks 2015. Berikut ini merupakan gambar-gambar desain bodi mobil dari Antawirya Turangga Veda II. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 55

Gambar 7. Gambar 3D desain bodi mobil Antawirya Turangga Veda II 3.3 Meshing Penggenerasian mesh dilakukan secara bertahap yaitu membuat mesh pada keseluruhan volume wind tunnel yang telah digabungkan menjadi volume dengan bodi mobil. Selanjutnya adalah merapatkan mesh di dinding bodi mobil membuat geometri kotak yang baru pada design modeller untuk dilakukan proses mesh yang lebih rapat disekitar bodi mobil. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keakuratan perhitungan pada jenis aliran turbulen. Pada Gambar 6 merupakan hasil dari penggenerasian mesh. Gambar 8. Penggenerasian mesh mobil. Dari proses penggenerasian mesh yang dilakukan. Berikut ini merupakan gambar screenshot nilai skewness dari penggenerasian mesh Antawirya Turangga Veda II: Gambar 9. Nilai skewness dari meshing Antawirya Turangga Veda II Kemudian adalah memberikan kondisi batas pada masing-masing model. Pemberian kondisi batas ini nantinya akan digunakan acuan dalam memberikan parameter-parameter oleh Fluent. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 56

3.4 Hasil dan Pembahasan Koefisien drag merupakan hal yang paling penting dalam desain aerodinamika, karena jika koefisen drag semakin kecil, maka hambatan udara terhadap bodi mobil semakin kecil, sehingga mobil diharapkan bisa semakin mudah melaju dengan tenaga dari mesin yang lebih sedikit, dan akhirnya, diharapkan akan mengurangi pemakaian atau konsumsi bahan bakar oleh mesin mobil. Oleh karena itu, desain bodi mobil Antawirya Turangga Veda II ini diharapkan memiliki koefisien drag yang sekecil mungkin, agar mampu untuk lebih menghemat konsumsi bahan bakar saat mengikuti lomba Shell Eco Marathon mendatang. Tabel 5 menunjukkan nilai koefisien drag dari kedua desain bodi mobil tim Antawirya, yaitu Antawirya Turangga Veda I dan juga Antawirya Turangga Veda II, serta presentasi penurunan nilai koefisien drag-nya masing-masing. Tabel 5. Nilai Koefisen Drag (Cd) terhadap Variasi Kecepatan Fluida pada Desain Mobil Antawirya Turangga Veda I dan Desain Mobil Antawirya Turangga Veda II No Kecepatan Bilangan Cd Antawirya Cd Antawirya Penurunan Cd (%) (km/jam) Reynold Turangga Veda 1 Turangga Veda 2 1 40 7,606.10⁵ 0,26 0,21 19,37 2 50 9,509.10⁵ 0,26 0,21 19,43 3 60 11,412.10⁵ 0,26 0,21 19,51 4 70 13,3084.10⁵ 0,26 0,21 19,56 Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa koefisien drag semakin berkurang dengan meningkatnya kecepatan. Hal ini sesuai dengan persamaan koefisien drag pada persamaan gaya drag dimana koefisien drag berbanding terbalik dengan kuadrat kecepatan, sehingga pengaruh tahanan udara yang paling besar adalah ketika laju kendaraan pada kecepatan yang paling rendah. Selain itu, dari Tabel 5 juga dapat diketahui bahwa terdapat penurunan nilai koefisien drag pada desain Antawirya Turangga Veda II jika dibandingkan dengan Antawirya Turangga Veda I. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mendapatkan nilai koefisien drag yang lebih kecil dari desain sebelumnya. Setelah kita mengetahui koefisien drag dari Antawirya Turangga Veda II, kita juga dapat mengetahui drag force dari Antawirya Turangga Veda II. Gambar 8 menunjukkan grafik dari hubungan drag force dengan kecepatan dari Antawirya Turangga Veda II. Gaya drag (N) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 16.979393 12.47274 8.6542547 5.5398029 0 20 40 60 80 Kecepatan (km/jam) Gambar 10. Grafik Drag Force terhadap Kecepatan Gambar 11. Vektor kecepatan mobil a. Antawirya Turangga Veda I, b. Antawirya Turangga Veda II dengan kecepatan aliran 70 km/jam dengan tampilan diperbesar. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 57

Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa drag force semakin bertambah dengan meningkatnya kecepatan. Hal ini sesuai dengan persamaan drag force pada persamaan pembangun dimana drag force berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan, sehingga pengaruh tahanan udara yang paling besar adalah ketika laju kendaraan pada kecepatan yang paling tinggi. Aliran udara yang melewati bodi mobil akan mengakibatkan terjadinya gradien tekanan antara bagian depan mobil dan bagian belakang mobil, sehingga partikel fluida akan mengalami perlambatan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya fenomena separasi aliran fluida Berdasarkan vektor kecepatan yang diperlihatkan pada Gambar 10 dapat diketahui bahwa terjadi fenomena separasi aliran pada bagian belakang bodi mobil. Adanya separasi aliran akan menyebabkan timbulnya wake di belakang bodi mobil yang mengakibatkan drag. Oleh karena itu, pengurangan daerah separasi pada mobil Antawirya menjadi hal yang penting untuk diperhitungkan. (a) (b) Gambar 12. Vektor kecepatan tampak atas pada mobil a. Antawirya Turangga Veda I, b. Antawirya Turangga Veda II pada kecepatan 40 km/jam dengan daerah separasi ketinggian 0m dari bagian bawah mobil Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui bahwa pada mobil Antawirya Turangga Veda I dan desain mobil Antawirya Turangga Veda II terdapat fenomena separasi pada ketinggian tertentu dari bawah bodi mobil. Fenomena separasi semakin jauh menuju downstream. Daerah terjadinya separasi pada ketinggian 0,2 m dari bagian bawah bodi mobil dari desain bodi mobil Antawirya Turangga Veda II juga terlihat lebih sempit dan meruncing daripada desain bodi mobil Antawirya Turangga Veda I, dikarenakan bentuknya yang lebih streamline, yaitu bentuk bodi mobil mengikuti arah aliran fluida. Disamping itu, karena bentuk bodi mobil Antawirya Turangga Veda II mengikuti arah aliran fluida (streamline), maka fluida (udara) yang mengalir pun dapat lebih mudah mengalir melewati bodi mobil tersebut. Hal ini menyebabkan koefisien drag Antawirya Turangga Veda II menjadi lebih kecil daripada Antawirya Turangga Veda I. Gambar 13. Vektor kecepatan tampak atas yang diperbesar pada mobil a. Antawirya Turangga Veda I, b. Antawirya Turangga Veda II pada ketinggian 0,2 m dari bawah bodi mobil dengan kecepatan aliran 60 km/jam. 4. Kesimpulan Koefisien drag pada desain mobil Antawirya Turangga Veda II mengalami penurunan pada tiap-tiap kecepatan dibandingkan dengan mobil Antawirya Turangga Veda I, yaitu pada kecepatan 40 km/jam terjadi penurunan koefisien drag sebesar 19,37 % dari 0,264 menjadi 0,214, kecepatan 50 km/jam terjadi penurunan sebesar 19,43 % dari 0,263 menjadi 0,212, kecepatan 60 km/jam terjadi penurunan sebesar 19,51 % dari 0,262 menjadi 0,211. Dan desain bodi mobil Antawirya Turangga Veda II pada kecepatan 70 km/jam terjadi penurunan sebesar 19,56 % dari 0,2612 menjadi 0,210. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 58

Daftar pustaka [1] Versteeg, H. K., & Malalasekera, W. (1995). The Finite Volume Method. USA: John Wiley & Sons Inc. [2] Cengel, Y. A., & Cimbala, J. M. (2006). Fluid Mechanics Fundamentals and Applications. USA: McGraw-Hill. [3] Satrijo, D. (1999). Dinamika Kendaraan Modul 1. Semarang: Universitas Diponegoro. [4] Banga, S., Zunaid, M., Ansari, N. A., & Sharma, S. (2015). CFD Simulation of Flow around External Vehicle: Ahmed Body. India: IOSR-JMCE. [5] Anderson, J. D. (2007). Fundamentals of Aerodynamics (5th ed.). USA: McGraw-Hill. [6] Ansys. (2009). Ansys User Guide. USA: Ansys Inc. [7] Bakker, A. (2002). Computational Fluid Mixing. USA: John Wiley & Sons Inc. [8] White, F. M. (2011). Fluid Mechanics. USA: McGraw-Hill. [9] Fox, R. W., McDonald, A. T., & Pritchard, P. J. (2003). Introduction to Fluid Mechanics. USA: John Wiley & Son Inc. [10] Munson, B. R., Young, D. F., & Okiishi, T. H. (2002). Fundamentals of Fluid Mechanics. USA: John Wiley & Sons Inc. JTM (S-1) Vol. 5, No. 1, Januari 2017:50-59 59