Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses Penularan Penyakit

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

IDENTIFIKASI NYAMUK ANOPHELES SP DEWASA DI WILAYAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KECAMATAN BONTO BAHARI BULUKUMBA

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria dari Survei Larva di Kenagarian Sungai Pinang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes eegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

PERILAKU MENGHISAP DARAH AN. BARBIROSTRIS DI LOKASI TAMBAK IKAN BANDENG DAN KAMPUNG SALUPU DESA TUADALE KABUPATEN KUPANG TAHUN 2010

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber:

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

I. PENDAHULUAN. Fungsi ekologi hutan mangrove merupakan satu dari dua fungsi lain ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULl1AN Latar Belakang

TINGKAT KEPADATAN LARVA Anopheles spp. DI DELTA LAKKANG KECAMATAN TALLO MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Transkripsi:

Al-Sihah : Public Health Science Journal 410-423 Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013 ABSTRAK Muh. Saleh Jastam 1 1 Bagian Keselamatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu hamil. Berdasarkan data World Health Organization/WHO (2009), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar, dan untuk mengetahui kepadatan Larva Anopheles berdasarkan tipe dan Kecamatan di Daerah Pesisir kota Makassar, serta mengidentifikasi spesies Larva Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan jenis rancangan exploratif dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi (SIG) yang memiliki kemampuan untuk menvisualisasikan, mengeksplorasi, dan menganalisis Larva Anopheles secara spasial. Ditemukan Larva Anopheles pada tiga Kecamatan di Daerah Pesisir Kota Makassar yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya. Pada Kecamatan Tamalate ditemukan hanya 1 titik, di Kecamatan Tamalanrea 4 titik dan di Kecamatan Biringkanaya 3 titik. Spesies Larva Anopheles yang ditemukan yaitu An. hyrcanus dan An. barbirostris dan An. subpictus. Kepadatan Larva berdasarkan spesies. An. hyrcanus dan An. barbirostris terbanyak ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe sawah dan rawa-rawa masing-masing 26/50 Dip dan 2/50 Dip. Sedangkan An. subpictus pada tempat perkembangbiakan tipe tambak dan rawa-rawa 17/50 Dip dan 16/100 Dip. Diharapkan kepada masyarakat untuk memanfaatkan atau memberdayakan kembali tambak yang tidak terurus guna mengurangi laju perkembangbiakan vektor Anopheles. Serta diharapkan dalam penelitian selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam guna menentukan spesies Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar. Kata Kunci : Anopheles, Distribusi Spasial Pendahuluan P engaruh perubahan iklim khususnya suhu, curah hujan dan kelembaban telah menampakan pengaruh terhadap daya tahan hidup/bionomik vektor nyamuk dan laju transmisi penyakit ditularkan nyamuk terutama Malaria dan Demam Berdarah Dengue maupun Filariasis. Penyakit parasi- Alamat Korespondensi: ISSN : 2086-2040 Gedung FKIK Lt.1 UIN Alauddin Makassar Vol. VI, No. 2, Juli-Desember 2014 Email: alejastam@gmail.com

VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 AL-SIH AH 411 tik misalnya demam berdarah dan malaria sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit infeksi yang berbahaya. Hampir 300 5000 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dengan kematian 1,5 2,7 juta tiap tahun (Saleh, 2009). Upaya pengendalian penyakit yang ditularkan nyamuk telah dilakukan secara terus menerus yang ditujukan baik terhadap penderita maupun vektornya, namun sampai saat ini penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk berfluktuasi meningkat, angka kematian meningkat dan daerah endemis makin meluas. Teknologi pengendaliannya belum efisien dan tidak efektif. Selain itu, pendekatan dan metode untuk mengupayakan peningkatkan peran serta masyarakat dalam menekan penyakit ini belum efektif (Saleh, 2009). Pengaruh lingkungan fisik seperti suhu, curah hujan, kelembaban, salinitas, pencahayaan sangat berperan dalam peningkatan penyebaran vektor Malaria. Rata-rata temperature tahunan sebesar 26 o C, dan kelembaban relatif sebesar 90% merupakan kondisi yang sangat kondusif dalam transmisi Penyakit Malaria. Lebih lanjut Fadilah mengatakan perubahan suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat meningkatkan populasi, memperpanjang umur dan memperluas penyebaran vektor sehingga berdampak terhadap peningkatan kasus penyakit menular seperti: malaria, dengue, yellow fever, schistosomiasis, filariasis dan pes (Depkes, 2008). Kemampuan vektor dalam menularkan malaria ditentukan oleh interaksi yang kompleks dari beberapa faktor, antara lain: host, vektor, zat patogen dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan (abiotik) yang banyak berperan adalah faktor iklim. Suhu (temperatur) berpengaruh terhadap kepadatan, frekuensi menggigit, lamanya menggigit nyamuk, dan periode inkubasi ekstrinsik plasmodium. Curah hujan akan menyediakan genangan air sebagai tempat (media) menempatkan telur dan mengembangkan jentik, serta dapat menambah kerapatan tumbuhan (vegetasi) yang memungkinkan bertambahnya perindukan nyamuk. Faktor iklim lainnya adalah meningkatnya kelembaban udara dapat memperpanjang hidup nyamuk (longevity) (Martens, et al., 1999). Malaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh vektor (nyamuk Anopheles), terdapat sekitar 80 species Anopheles di Indonesia, 19 species di antaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria pada manusia, antara lain: An. sundaicus, An. aconitus, An. subpictus, An. farauti, dan An. bancrofti. An. sundaicus banyak ditemukan di daerah pantai, An. aconitus merupakan vektor yang banyak ditemukan di daerah persawahan, sedangkan An. subpictus di daerah kumpulan air sementara/

412 AL-SIH AH VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 permanen dan di bekas galian di pantai, An. balabacensis dan An. farauti merupakan vektor di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Propinsi Sulawesi Selatan termasuk daerah tempat tujuan transmigran dari luar daerah, dilaporkan bahwa untuk Sulawesi Selatan situasi malaria mengalami fluktuasi, tahun 2003 terjadi kasus 11.837, tahun 2004 mengalami peningkatan 12.143 kasus, tahun 2005 terjadi penurunan yaitu 11.131 kasus, tahun 2006 terjadi lagi peningkatan kasus sebanyak 16.414 kasus dan tahun 2007 mengalami penurunan kembali yaitu 11.894 kasus (Dinkes, 2008). Laporan tersebut di atas merupakan rekapan dari beberapa kabupaten yang merupakan daerah endemis malaria di Sulawesi Selatan, seperti Pangkep, Bulukumba, Soppeng, dan Selayar. Kota makassar melaporkan 0 kasus. Sementara data sekunder yang ditemukan dari Surveilence Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2007 terdapat 90 kasus klinis malaria dari laporan berbagai rumah sakit di Kota Makassar. Namun kasus ini tidak jelas apakah merupakan kasus impor ataukah bukan karena laporan dari dinas kesehatan kota tidak disertai dengan alamat penderita. Secara geografis sebagian daerahdaerah di Kota Makassar memang mempunyai potensial sebagai tempat perindukan Anopheles. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0-5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Selain itu berdasarkan data dari BPS Kota Makassar (2008), luas sawah irigasi di Kota Makassar sebanyak 2.700 Ha, Tambak 1.360 Ha dan Rawa-rawa 96 Ha. Masih luasnya tempat perkembangbiakanini diduga kuat menjadi tempat perindukan Anopheles di Kota Makassar. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengalisis distribusi spasial dan populasi anopheles yang terdapat di dalamnya, selanjutnya akan dibuat visualisasi breeding site positif larva Anopheles di Kota Makassar dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG), sehingga dengan adanya informasi ini upaya -upaya pengendalian penyakit yang ditularkan nyamuk dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan jenis rancangan exploratif dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi (SIG) yang memiliki kemampuan untuk menvisualisasikan, mengeksplorasi, dan menganalisis larva Anopheles secara spasial di Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan

VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 AL-SIH AH 413 Januari-April 2013. Sedangkan lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah pesisir Kota Makassar dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut adalah daerah yang diduga telah terjadi penyebaran populasi Anopheles. Populasi dalam penelitian ini adalah semua daerah pesisir yang ada di Kota Makassar. Sampel yang digunakan adalah eksplorasi dengan mengidentifikasi seluruh tempat perindukan nyamuk Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar. Hasil Penelitian Penelitian ini adalah penelitian exploratif tentang Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar dengan metode observasi. Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari-Maret 2013. Obyek penelitian adalah tempat perkembangbiakan yang ditemukan pada saat penelitian yang selanjutnya dilakukan penangkapan/pencidukan Larva pada tempat perkembangbiakan tersebut. Tempat perkembangbiakan yang dimaksud adalah tempat yang diduga sebagai Tempat Perindukan Potensial (TPP) Larva Anopheles berupa sungai, danau, tambak, rawa-rawa dan sawah yang ada di daerah pesisir Kota Makassar. Peta TPP Larva Anopheles di Kota Makassar Peta spasial lokasi pencidukan larva merupakan hasil/output pengolahan dan analisis data spasial dengan SIG yang Gambar 1. Peta distribusi TPP Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

414 AL-SIH AH VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 memberikan gambaran penyebaran Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar. Peta Penyebaran ini tidak termasuk daerah kepulauan dalam wilayah administrasi Kota Makassar. Secara rinci distribusi TPP Larva Anopheles yang dijadikan sebagai titik pengambilan sampel pada tempat perkembangbiakan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Distribusi TPP Larva Anopheles pada Tempat Perkembangbiakan Berdasarkan Kecamatan di Daerah Pesisir Kota Makassar 2013 No. Kecamatan Sungai Danau Sawah Tempat Perkembangbiakan Rawarawa Tambak Genangan Air Total 1 Tamalate 0 0 0 0 1 1 2 2 Mariso 0 1 0 3 1 0 5 3 Tamalanrea 1 0 2 15 3 0 21 4 Biringkanaya 0 0 0 5 13 1 19 Jumlah 1 1 2 23 18 2 47 % 2.1 2.1 4.2 48.9 38.2 4.2 100 Sumber: Data primer 2013 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa TPP Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan ditemukan 4 kecamatan di Daerah Pesisir Kota Makassar. Tipe tempat perkembangbiakan terbanyak yaitu rawa -rawa (48.9%). Jumlah tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar yaitu rawa-rawa 23 titik, tambak 18 titik, sawah dan genangan air masing-masing 2 titik, danau dan sungai masing-masing hanya 1 titik. Peta TPP Positif dan Negatif Larva Anopheles pada Tempat Perkembangbiakan di Daerah Pesisif Kota Makassar Peta Tempat Perindukan Potensial positif dan negatif Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar 2 menunjukkan bahwa TPP pada tempat perkembangbiakan yang ditemukan positif Larva Anopheles sebanyak 8 titik dan negatif Larva Anopheles sebanyak 39 titik. Lokasi titik positif diberi simbol lingkaran warna biru ( O ), negatif diberi simbol lingkaran warna merah ( O ). Secara rinci distribusi TPP positif dan negatif Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan dapat dilihat dalam 2.

VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 AL-SIH AH 415 No Tabel 2. Distribusi TPP Positif dan Negatif Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan Berdasarkan Kecamatan di Daerah Pesisir Kota Makassar 2013 Kecamatan Tempat Perkembangbiakan Genangan Sungai Danau Sawah Rawa-rawa Tambak Air (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) 1 Tamalate 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 2 Mariso 0 0 0 1 0 0 0 3 0 1 0 0 5 3 Tamalanrea 0 1 0 0 1 1 3 13 0 2 0 0 21 4 Biringkanaya 0 0 0 0 0 0 3 2 0 13 0 1 19 Jumlah 0 1 0 1 1 1 6 18 1 16 0 2 47 % 0 2.1 0 2.1 2.1 2.1 12.8 38.3 2.1 34.1 0 4.3 100 Sumber: Data primer 2013 Total Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa TPP Positif dan Negatif Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan sebanyak 47 titik. 8 (17%) titik positif dan 39 (83%) titik negatif. Tipe tempat perkembangbiakan positif terbanyak adalah rawarawa 6 (75%) titik, dan 4 (50%) titik di Kecamatan Tamalanrea. Peta distribusi spesies Larva Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar Jumlah spesies Anopheles yang ditemukan pada tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar selama penelitian sebanyak tiga spesies. Peta distribusi spesies Anopheles tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

416 AL-SIH AH VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 Pada gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah spesies Anopheles yang ditemukan sebanyak tiga spesies yang tersebar di empat kecamatan. Spesies yang dimaksud adalah An. hyrcanus, An. barbirostris, dan An. subpictus. Spesies An. hyrcanus diberi simbol lingkaran merah ( O ), An. barbirostris diberi simbol lingkaran hijau ( O ) dan An. subpictus diberi simbol lingkaran warna biru ( O ). Berikut secara rinci distribusi spesies Anopheles berdasarkan kecamatan di Kota Makassar dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Spesies Anopheles yang Ditemukan pada Tempat Perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar 2013 No. Kecamatan Jenis Larva An. hyrcanus An. barbirostris An. subpictus Total 1 Tamalate 0 0 1 1 2 Mariso 0 0 0 0 3 Tamalanrea 2 1 1 4 4 Biringkanaya 1 1 1 3 Jumlah 3 2 3 8 % 37.5 25 37.5 100 Sumber: Data primer 2013

VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 AL-SIH AH 417 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa spesies Anopheles paling banyak ditemukan pada beberapa tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar adalah An. hyrcanus dan An. subpictus (37.5%) dan paling sedikit An. barbirostris (25 %). Spesies An. hyrcanus ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe sungai, rawa-rawa, yang tersebar di Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya. An. barbirostris ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe sawah dan rawarawa di Kecataman Tamalanrea dan Biringkanaya. Sedangkan An. subpictus ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe tambak dan rawa-rawa di Kecamatan Tamalate, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kepadatan Larva Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar Pada gambar menunjukkan bahwa TPP pada tempat perkembangbiakan kepadatan Larva Anopheles sebanyak 8 titik. Lokasi titik padat diberi simbol lingkaran warna hijau ( ), dan tidak padat diberi simbol lingkaran warna merah ( ). Secara rinci distribusi TPP Kepadatan Larva Anopheles Pada Tempat Perkembangbiakan Berdasarkan

418 AL-SIH AH VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 Kecamatan di Daerah Pesisr Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Kepadatan Larva Anopheles Pada Tempat Perkembangbiakan Berdasarkan Kecamatan di Daerah Pesisir Kota Makassar 2013 No Kec. Kepadatan Larva (ekor/50 Dip) An. Hyrcanus An. barbirostris An. Subpictus Total 1 Tamalate 0 0 17 17 2 Tamalanrea 8 26 7 41 3. Tamalanrea 11 0 0 11 4. Biringkanaya 5 2 9 16 Jumlah 24 28 33 85 % 28 33 39 100 Sumber: Data primer 2013 Pada tabel 4 menunjukkan bahwa spesies Anopheles yang ditemukan pada tempat perkembangbiakan berdasarkan Kecamatan ditemukan 3 spesies yaitu spesies An. hyrcanus, An. barbirostris dan An. subpictus. An. hyrcanus ditemukan di Kecamatan Tamalanrea (2 titik), dan Kecamatan Biringkanaya (1 titik). An. Barbirostris ditemukan di Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya (1 titik), dan An. Subpictus ditemukan di Kecamatan Tamalate (1 titik), di Kecamatan Tamalanrea (1 titik) dan di Kecamatan Biringkanaya (1 titik). Titik kepadatan terbanyak di Kecamatan Tamalate untuk An. subpictus 17/50 Dip, titik kepadatan di Kecamatan Tamalanrea untuk An. Hyrcanus 11/50 Dip, An. Barbirostris 26/50 Dip, dan An. subpictus 7/50 Dip, dan titik kepadatan di Kecamatan Biringkanaya untuk An. hyrcanus 5/50 Dip, An. barbirostris 2/50 Dip, dan An. subpictus 9/50 Dip. Berikut secara rinci distribusi TPP kepadatan Larva Anopheles pada tipe tempat perkembangbiakan sawah, rawarawa dan tambak dapat dilihat pada pembahasan berikut: Kepadatan Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan tipe sawah Kepadatan Larva Anopheles yang ditemukan pada beberapa tipe tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar selama penelitian bervariasi. Berikut secara rinci kepadatan Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan tipe sawah di Daerah Pesisir Kota Makassar:

VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 AL-SIH AH 419 Tabel 5. Kepadatan Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan Tipe Sawah Berdasarkan Spesies di Daerah Pesisir Kota Makassar 2013 No Kec. Kepadatan Larva (ekor/50 Dip) An. hyrcanus An. barbirostris An. subpictus Total 1 Tamalate 0 0 26 26 Jumlah 0 0 26 26 Sumber: Data primer 2013 % 0 0 100 100 Pada tabel 5 menunjukkan bahwa spesies Anopheles yang ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe sawah hanya spesies An. barbirostris. Titik kepadatan Larva di Kecamatan Tamalanrea yaitu 26/50 Dip. Kepadatan Larva Anopheles pada Tempat Perkembangbiakan tipe rawa-rawa Penyebaran kepadatan Larva Anopheles yang diciduk pada tempat perkembangbiakan tipe rawa-rawa di Daerah Pesisir Kota Makassar secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 6. Kepadatan Larva Anopheles Pada Tempat Perkembangbiakan Tipe Rawa-rawa Berdasarkan Spesies di Daerah Pesisr Kota Makassar 2013 No Kecamatan Kepadatan Larva (ekor/50 Dip) An. hyrcanus An. Barbirostris An. subpictus Total 1 Tamalanrea 0 0 7 7 2 Tamalanrea 8 0 0 8 3 Tamalanrea 11 0 0 11 4 Biringkanaya 5 0 0 5 5 Biringkanaya 0 0 9 9 6 Biringkanaya 0 2 0 2 Jumlah 24 2 16 42 % 57.1 4.8 38.1 100 Sumber: Data primer 2013 Pada tabel 6 menunjukkan bahwa spesies Anopheles yang ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe rawa-rawa ditemukan 3 spesies yaitu spesies An. hyrcanus, An. barbirostris dan An. subpictus. An. hyrcanus ditemukan di Kecamatan Tamalanrea (2 titik), dan Kecamatan Biringkanaya (1 titik). An.

420 AL-SIH AH VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 Barbirostris ditemukan di Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya (1 titik), dan An. subpictus ditemukan di Kecamatan Tamalanrea (1 titik) dan di Kecamatan Biringkanaya (1 titik). Titik kepadatan terbanyak An. hyrcanus di Kecamatan Tamalanrea yaitu 11/50 Dip, An. barbirostris di Kecamatan Biringkanaya yaitu 2/50 Dip dan An.subpictus di Kecamatan Tamalanrea yaitu 9/50 Dip. Kepadatan Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan tipe tambak Penyebaran kepadatan Larva Anopheles yang diciduk pada tempat perkembangbiakan tipe tambak di Kota Makassar secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 7. Kepadatan Larva Anopheles Pada tempat perkembangbiakan Tipe Tambak Berdasarkan Spesies di Daerah Pesisir Kota Makassar 2013 No Kec. Kapadatan Larva (ekor/50 Dip) An. hyrcanus An. barbirostris An. subpictus 1 Tamalate 0 0 17 17 Jumlah 0 0 17 17 Sumber: Data primer 2013 Total % 0 0 100 100 Pada tabel 7. menunjukkan bahwa spesies Anopheles yang ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe tambak yaitu spesies An. subpictus. An. subpictus ditemukan di Kecamatan Tamalate (1 titik). Titik Kepadatan terbanyak An. subpictus di Kecamatan Tamalate yaitu 17/50 Dip. Pembahasan Peta Spasial Larva Anopheles pada Tempat Perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar Peta spasial distribusi TPP Larva Anopheles pada tempat perkembangbiakan merupakan gambaran wilayah/geografis berdasarkan lokasi/titik koordinat dengan penggunaan alat GPS (Global Positioning System) di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Peta penyebaran tempat perkembangbiakan yang diduga sebagai TPP Larva Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar ditemukan sebanyak 47 titik koordinat (gambar 1). TPP ditemukan terbanyak pada Kecamatan Tamalanrea yaitu 4 titik dari berbagai tipe tempat perkembangbiakan. Banyaknya jumlah tempat perkembangbiakan di Kecamatan Tamalanrea tersebut disebabkan karena Kecamatan Tamalanrea memang merupakan Kecamatan terluas ke dua setelah Kecamatan Biring-

VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 AL-SIH AH 421 kanaya. Selain itu Kecamatan Tamalanrea mempunyai tempat perkembangbiakan terluas di Kota Makassar. Berdasarkan data dari BPS Kota Makassar luas Kecamatan Tamalanrea adalah 31,84 km 2 dengan luas sawah 632 m 2, tambak 588 m 2 dan rawarawa 9 m 2 (BPS Kota Makassar, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPP pada tempat perkembangbiakan yang ditemukan positif Larva Anopheles sebanyak 8 titik dan negatif Larva Anopheles sebanyak 39 titik. Tempat perkembangbiakan positif terbanyak berada di Kecamatana Tamalanrea 4 titik, disusul Kecamatan Biringkanaya 3 titik, dan Kecamatan Tamalate 1 titik. Tipe tempat perkembangbiakan positif terbanyak yaitu tipe rawa-rawa sebanyak 6 titik ( tabel 6). Ini disebabkan karena hampir setiap Kecamatan ditemukan tempat perkembangbiakan tipe rawa-rawa maupun tempat perkembangbiakan tipe sawah, kecuali Kecamatan Tamalate dan Mariso tipe sawah tidak ditemukan. Berdasarkan hasil penelitian jumlah spesies Anopheles yang ditemukan pada tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar sebanyak tiga spesies. Spesies yang dimaksud adalah An. hyrcanus, An. barbirostris, dan An. subpictus. Spesies An. hyrcanus ditemukan di Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya, Spesies An. barbirostris ditemukan di Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya, dan An. subpictus ditemukan di Kecamatan Tamalate, Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya. Hal ini sejalan dengan Garjito et al. (2004) yang menyatakan bahwa Larva An. barbirostris berkembang biak dengan baik di habitat yang terkena matahari langsung maupun teduh. Kepadatan Larva Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar Kepadatan Larva Anopheles yang ditemukan pada beberapa tipe tempat perkembangbiakan di Daerah Pesisir Kota Makassar selama penelitian bervariasi. Cara penangkapan dilakukan dengan pencidukan menggunakan dipper standar WHO. Kepadatan dihitung berdasarkan jumlah larva yang diciduk dibagi dengan jumlah cidukan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian kepadatan Larva An. hyrcanus hanya ditemukan pada tipe tempat perkembangbiakan yaitu tipe rawa-rawa dengan kepadatan masing-masing 24/150 Dip (tabel 6). Untuk Larva An. barbirostris ditemukan pada tempat perkembangbiakam tipe sawah dan rawa-rawa dengan masingmasing kepadatan 26/50 Dip dan 2/50 Dip (lihat tabel 5, 6, dan 7). Hal ini sejalan dengan Jastal (2003)

422 AL-SIH AH VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 yang mengatakan bahwa An. barbirostris penyebarannya sangat luas mulai dari daerah pemukiman pantai, daerah persawahan, selokan sampai dataran tinggi (pedalaman). Larva An. subpictus ditemukan pada tempat perkembangbiakan tipe tambak dan rawa-rawa dengan masing-masing kepadatan 17/50 Dip dan 16/100 Dip (Tabel 6 dan 7). Saran Diharapkan kepada masyarakat untuk memanfaatkan atau memberdayakan kembali tambak yang tidak terurus guna mengurangi laju perkembangbiakan spesies Anopheles. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam guna menentukan spesies Anopheles di Daerah Pesisir Kota Makassar. Penutup Kesimpulan Penelitian ini untuk mengetahui kepadatan dan mengindentifikasi jenis larva Anopheles yang ada di daerah pesisir Kota Makassar dan mengetahui di daerah mana saja yang padat larva Anopheles karena larva Anopheles dapat menyebabkan penyakit malaria yang dapat menyerang masyrakat yang berada di daerah yang mempunyai kepadatan dengan jumlah larva Anopheles yang banyak sehingga dengan adanya penelitian ini kita dapat mencegah penyakit dan mencegah serta mengurangi perkembangbiakan larva tersebut dengan cara melakukan promosi kesehatan tentang bagaimana agar laju perkembangbiakan tidak begitu tinggi dan melakukan pencegahan di daerah yang terdapat larva anopheles tersebut sehingga angka kejadian malaria di suatu daerah dapat menurun. Daftar Pustaka Achmadi, U.F. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. BPS Kota Makassar. 2008. Makassar dalam Angka, Makassar in Figure, 2007. Makassar. Depkes R.I., 2008. Melindungi Kesehatan Dari Dampak Perubahan Iklim, (Online), (http://www.sulseldepkes.go.id, diakses 24 November 2012). Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2008. Profil Kesehatan Kota Makassar. Makassar. Gandahusada S, 2006. Parasitologi kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Garjito, T.A., et al. 2004. Studi Bioekologi Nyamuk Anopheles di Wilayah Pantai Timur Kab. Parigi Mautong, Sulawesi Tengah. Buliten Penelitian Kesehatan, (online), 32 : 49-61. (http://www.litbang.depkes.go.id/

VOLUME VI, NO. 2, JULI DESEMBER 2014 AL-SIH AH 423 ~djunaedi/index2.php? option=content&do_pdf=1&id=10, Diakses 2 Maret 2013) Gunarso. 2003. Modul Pelatihan Dasardasar Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Geografis. Malinau Research Forest. Jastal, dkk. 2003. Beberapa Aspek Bionomik Vektor Malaria di Sulawesi Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan, (Online), Vol. 2, No.2 : 217 222, (http://www.ekologi.litbang.depkes.g o.id/data/vol%202/jastal2_2.pdf, diakses 30 Maret 2013). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 293 Tahun 2009 Tentang Eliminasi Malaria DI Indonesia. Martens P. and Hall Lisbeth. 2000. Malaria on the Move : Human Population Movement and Malaria Transmission. Jurnal. (http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol6 no1/martens.htm. 27-11-2012). Prahasta. 2009 a. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Penerbit Informatika. Bandung. Saleh, Muh. 2008. Karakteristik Ground Pool dan Populasi Larva Anopheles dengan Aplikasi system Informasi Geografi di Kota Makassar Tahun 2008. FKM UNHAS Makassar UNDP-Tim Teknis Nasional. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Dasar. United Nations Development Porgrame. Jakarta.