BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kemunculan Islamic Bank sebagai sebuah entitas bisnis keuangan berlandaskan prinsip-prinsip yang dianut dalam syariah Islam, menghadirkan nuansa baru dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat dunia. Sistem yang dipraktikkan oleh Islamic Bank seakan menjadi salah satu harapan solusi berbagai kondisi keterpurukan ekonomi yang pernah dialami negara-negara di dunia. Secara prinsip Islamic Bank mengedepankan asas keadilan, keterbukaan, kemitraan, dan universalitas (Laksmana, 2009). Secara operasional prinsip tersebut diwujudkan melalui mekanisme bagi hasil dengan meniadakan transaksi berbasis bunga sebagaimana dipraktikkan di bank konvensional. Prinsip-prinisp yang dianut tersebut terbukti sukses membawa Islamic Bank sukses melalui badai krisis moneter 1997. Islamic Bank telah tumbuh di segenap penjuru dunia, bukan hanya di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim seperti Indonesia, Malaysia, dan negara-negara Timur Tengah, melainkan juga di negara-negara dengan mayoritas penduduk non muslim seperti Amerika Serikat, Ingris, Jerman, Australia, dan lain-lain. Ini menjadi bukti bahwa prinsip-prinsip yang dianut oleh Islamic Bank bisa diterima oleh masyarakat non muslim. Bahkan Islamic Bank di Indonesia-negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, jumlah nasabah non muslimnya sudah cukup banyak. Reputasi Islamic Bank terkait keberhasilan melalui krisis finansial serta alasan rasional lainnya berupa kompetensi dan 1
2 service quality menjadi faktor-faktor penting yang menjadi jawaban mengapa Islamic Bank tidak hanya diminati oleh masyarakat muslim, melainkan juga oleh non muslim (Dusuki and Abdullah, 2007). Islamic Bank telah berkembang pesat pada dekade terakhir serta menjadi satu tren yang sangat penting dalam industri keuangan dunia. E&Y (2012) dalam World Islamic Banking Competitiveness Report 2013 menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, total aset Islamic Bank secara global telah tumbuh 50% lebih cepat daripada pertumbuhan aset sektor perbankan global secara keseluruhan. Diperkirakan pada 2013 total aset Islamic Bank global akan mencapai angka USD 1,8 triliun, meningkat 38% dibandingkan 2011 atau setara dengan 17% pertumbuhan tahunan rerata, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Pertumbuhan aset Islamic Bank global Sumber: Ernst &Young, 2012; satuan dalam USD miliar Pusat pertumbuhan Islamic Bank dunia didominasi negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan lain-lain yang tergabung dalam Gulf Council Countries (E&Y, 2012). Market share Islamic
3 Bank terbesar di dunia ditempati oleh Arab Saudi dengan market share melampaui 50% dari total aset perbankan di negaranya, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2. Sementara itu dari Asia Tenggara, Malaysia termasuk ke dalam kelompok negara-negara dengan market share Islamic Bank terbesar di dunia. Gambar 1.2 Penetrasi terhadap GDP dan market share Islamic Bank Sumber: Ernst &Young, 2012 Keberhasilan Malaysia dalam menumbuhkembangkan Islamic Bank tidak terjadi begitu saja. Sejarah keberadaan Islamic Bank di Malaysia bermula dari peluncuran lembaga Islamic pertama, yaitu Tabung Haji pada tahun 1963 yang ditujukan bagi masyarakat yang ingin pergi melaksanakan ibadah haji. Dua puluh tahun berikutnya, pada tahun 1983, Islamic Bank pertama Malaysia mulai beroperasi yaitu Bank Islam Malaysia, yang kemudian diikuti dengan berdirinya Syarikat Takaful Malaysia pada tahun 1985 sebagai perusahaan asuransi syariah pertama di Malaysia. Pada tahun 2000 Bank Negara Malaysia (BNM) bersama dengan Security Commission Malaysia (SC) meluncurkan masterplan
4 pengembangan sektor keuangan dan pasar modal, yang ditujukan sebagai arahan strategis kedua sektor tersebut dalam 10 tahun ke depan. Pada tahun 2006 pemerintah Malaysia membentuk Malaysian International Islamic Financial Centre (MIFC) sebagai usaha dalam rangka mentransformasi menuju kondisi sistem keuangan Islamic Malaysia yang inovatif dan kompetitif. Dalam satu dekade terakhir berbagai kebijakan, tindakan, dan inisiatif telah dibuat oleh pemerintah Malaysia sebagai bentuk dukungan nyata bagi perkembangan Islamic Bank Malaysia. Sampai akhir tahun 2012, terdapat 16 Islamic Bank-terdiri dari 5 stand alone Islamic Bank dan 11 subsidiary dari bank konvensional, yang beroperasi serta menjadi tulang punggung perkembangan Islamic Bank di Malaysia (MIFC, 2012). Sebagaimana Malaysia, Indonesia juga memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan Islamic Bank di dunia. Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yaitu sekitar 207 juta jiwa atau 87,18% dari total penduduk Indonesia pada sensus penduduk 2010 (BPS, 2010). Awal tahun 1980-an merupakan tonggak awal terjadinya diskusi mengenai pendirian Islamic Bank sebagai salah satu pilar ekonomi Islam di Indonesia. Bermula pendirian Baitul Tamwil Salman di Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta sampai dengan akhirnya pada bulan November 1991 ditandatangani akta pendirian Islamic Bank pertama di Indonesia, yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI). Sama seperti di Malaysia, pemerintah Indonesia juga menunjukkan dukungannya terhadap pengembangan Islamic Bank, ditandai dengan keputusan pemerintah No. 7 tahun 1992 yang intinya adalah pemberian kesempatan kepada bank-bank konvensional untuk membuka pelayanan
5 transaksional secara Islamic dengan sistem dual banking(rivai, 2010). Sampai dengan akhir tahun 2012 jumlah Islamic Bank Indonesia berjumlah 11 buah Bank Umum Syariah (BUS) dan 24 Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam beberapa tahun terakhir Islamic Bank Indonesia dan Malaysia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Laporan dari Ernst & Young pada 2012 memperlihatkan bahwa ada lima Islamic Bank Malaysia yang masuk dalam kategori 20 Islamic Bank terbesar di dunia. Islamic Bank Indonesia juga dipandang mempunyai prospek yang cerah, mengingat dalam selang waktu tahun 2008 sampai dengan 2011, tingkat pertumbuhan asetnya mencapai 40%. Indikator-indikator keuangan Islamic Bank kedua negara, Indonesia dan Malaysia menunjukkan adanya pertumbuhan yang signifikan, sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1. Satuan mata uang dikonversi ke dalam USD menggunakan kurs akhir tahun 2012. Tabel 1.1. Highlight Kinerja Islamic Bank Indonesia dan Malaysia Tahun 2012 Islamic Bank Indonesia Islamic Bank Malaysia Indikator 2012 (juta USD) Δ dari 2011 2012 (juta USD) Δ dari 2011 Laba Sebelum Pajak 321,76 64% 1.601,21 62% Total Pembiayaan 15.699,28 43% 77.406,09 18% Total Deposit 15.636,02 28% 100.247,45 15% Total Aset 20.756,28 34% 124.787,95 14% NPF 2,31% -12% 1,69% -36% Sumber: BI dan BNM; data diolah Pencapaian laba sebelum pajak pada tahun 2012 sama-sama mengalami peningkatan yang pesat dari tahun 2011, yaitu 62% dan 64% untuk Islamic Bank Indonesia dan Malaysia. Sementara itu untuk dimensi indikator total pembiayaan, total deposit dan total aset, Islamic Bank Indonesia mengalami pertumbuhan year
6 on year (yoy) lebih besar daripada Islamic Bank Malaysia. Sebaliknya, Islamic Bank malaysia mengalami penurunan Non Performing Financing (NPF) tiga kali lebih besar daripada Islamic Bank Indonesia. Dari gambaran umum di atas dapat dilihat bahwa walaupun total aset, total deposit, total pembiayaan, dan laba yang dibukukan oleh Islamic Bank Malaysia lebih besar daripada posisi yang dimiliki Islamic Bank Indonesia, namun Islamic Bank Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang lebih besar. Malaysia yang merupakan salah satu inisiator dan penggerak Islamic Bank di dunia, membukukan pencapaian total aset Islamic Bank sebesar RM. 381,47 miliar (Rp.1.200 triliun ekivalen) pada akhir 2012, atau meningkat 14% dari tahun 2011. Non Performing Finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah relatif rendah, terjaga di angka 1,69%, turun 36% dibanding tahun 2011. Total pembiayaan, total deposit, dan laba sebelum pajak meningkat dari tahun 2011 masing-masing sebesar 18%, 15%, dan 62%. Market share Islamic Bank Malaysia sampai dengan akhir tahun 2012 mencapai angka 19,5% dari total aset perbankan Malaysia. Sementara itu Islamic Bank di Indonesia juga berkembang dengan pesat. Dari sisi aset, sampai akhir tahun 2012 total aset Islamic Bank Indonesia tumbuh menjadi Rp.199,7 triliun, meningkat 34% dibandingkan tahun 2011. Ini berarti setara dengan 4,5% market share perbankan nasional. NPF juga dijaga di angka 2,31% masih dibawah target BI, menurun sebesar 12% dibanding NPF 2011. Total pembiayaan, total deposit, dan laba sebelum pajak masing-masing mengalami peningkatan sebesar 43%, 28%, dan 64%. Pada rentang waktu tahun 2007 sampai dengan 2012, Islamic Bank Indonesia dan Malaysia mengalami pertumbuhan dari sisi aset dan juga market
7 share. Grafik pertumbuhan aset dan market share Islamic Bank Indonesia dan Malaysia dapat dilihat pada Gambar 1.3. Gambar 1.3. Pertumbuhan aset dan market share Islamic Bank Malaysia Sumber: Bank Negara Malaysia; data diolah Gambar 1.4. Pertumbuhan aset dan market share Islamic Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia; data diolah Secara umum dapat dikatakan bahwa aset Islamic Bank Indonesia dan Malaysia mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Begitu juga dengan market share yang mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, sejalan dengan pertumbuhan aset. Dengan berdasarkan kepada data-data tersebut, dan dengan melihat peta kompetisi Islamic Bank wilayah regional Asia Tenggara serta fakta bahwa
8 Indonesia dan Malaysia merupakan bagian penting pusat pertumbuhan dan perkembangan Islamic Bank di masa mendatang, maka peneliti melakukan kajian komparasi Islamic Bank di Indonesia dan Malaysia, dengan mengambil subjek profit efficiency. Profit efficiency didefinisikan sebagai rasio antara laba aktual dan laba maksimum yang bisa dicapai oleh sebuah perusahaan (Kumbhakar and Lovell, 2004). Sebagai bagian dari definisi efisiensi secara umum, profit efficiency menjadi sangat penting bagi sistem perbankan, khususnya Islamic Bank karena bukan hanya terkait menekan biaya serendah mungkin, akan tetapi lebih dari itu yaitu berkaitan langsung dengan mobilisasi sumber daya (input) terhadap pembiayaan aktivitas produktif (output). Oleh karena itu optimisasi penggunaan input dan pencapaian output oleh pihak perbankan harus dilakukan. Inefficiency pada Islamic Bank akan berdampak secara umum kepada fungsi strategis dari bank yang tidak akan berjalan memuaskan. Secara lebih khusus, Inefficiency setidaknya akan berdampak kepada tiga pihak yang berkepentingan terhadap efisiensi perbankan, yaitu: (1) Otoritas perbankan, dalam hal ini Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia, (2) Pengguna jasa perbankan (nasabah), dan (3) Pemilik bank (Taswan, 2006). Otoritas perbankan sangat berkepentingan terhadap terciptanya sistem perbankan yang sehat serta efisien untuk menopang program stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Perbankan yang tidak sehat dan efisien akan merugikan bank itu sendiri dan juga merugikan atau membawa pengaruh negatif secara sistemik terhadap ekonomi makro nasional. Bahkan sudah menjadi fakta bahwa salah satu penyebab utama terjadinya krisis keuangan di sejumlah negara
9 pada 1997 merupakan dampak dari sistem operasi perbankan yang tidak efisien(yaumidin, 2007). Gambar 1.5. Profit dan rasio BOPO Islamic Bank Malaysia 2007-2012 Sumber: Bank Negara Malaysia; data diolah Gambar 1.6. Profit dan rasio BOPO Islamic Bank Indonesia 2007-2012 Sumber: Bank Indonesia; data diolah Gambar 1.5 dan 1.6 masing-masing menunjukkan pertumbuhan profit dan rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) dari Islamic Bank Indonesia dan Malaysia. Secara umum profit (sebelum pajak) Islamic Bank Indonesia dan Malaysia mengalami kenaikan seiring waktu dari tahun 2007 sampai dengan 2012. Sedikit anomali terjadi pada tahun 2011 profit Islamic Bank Malaysia mengalami penurunan sebesar 5% dibandingkan tahun 2010, yaitu dari RM.3.200 miliar menjadi RM.3.000 miliar. Sementara BOPO yang biasa digunakan sebagai indikator tingkat efisiensi perbankan, terdapat perbedaan antara
10 Islamic Bank Indonesia dan Malaysia. Rasio BOPO Islamic Bank Malaysia mengalami mencapai harga terbaik sebesar 64,49% pada tahun 2009. Sebaliknya pada tahun 2009 tersebut, rasio BOPO Islamic Bank Indonesia mencapai kondisi terburuk, mencapai angka 84,39%. Secara rerata dalam selang waktu 2007-2012, rasio BOPO Islamic Bank Malaysia lebih baik daripada Islamic Bank Indonesia, yaitu 70,07% berbanding dengan 79,40%. Pengguna jasa perbankan juga sangat berkepentingan terhadap perbankan yang efisien. Hal ini berkaitan langsung dengan risiko dan dan biaya yang akan mereka tanggung serta manfaat yang akan diperoleh saat melakukan transaksi dengan pihak perbankan. Bank-bank yang tidak efisien cenderung akan menetapkan interest margin dan biaya yang tinggi, dan sebaliknya bank-bank yang efisien umumnya cenderung lebih baik dalam melayani nasabahnya dengan biaya yang kompetitif. Pemilik bank juga menaruh perhatian terhadap efisiensi perbankan. Pemilik bank mengharapkan hasil dari dana yang diinvestasikan ke dalam bank yang dimilikinya. Pertumbuhan dana investasi akan baik jika kinerja meningkat, dan hasil kinerja dapat mengalami peningkatan salah satu caranya yaitu dengan pemeliharaan tingkat profit efficiency yang tinggi. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi tingkat profit efficiency perbankan, misalnya: biaya bunga atau bagi hasil, biaya pegawai, total deposit, biaya operasional, total pembiayaan, aset tetap, aset lancar, pendapatan lainnya, total aset, manajemen risiko, agency cost, dan lain-lain (Ascarya dan Yumanita, 2008). Secara umum terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam penentuan faktor-faktor determinansi tersebut. Pendekatan produksi, memandang bank sebagai institusi yang menghasilkan pelayanan kepada nasabah. Pendekatan
11 intermediasi yaitu memandang bank sebagai intermediator yang menghubungkan pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak-pihak yang mengalami kekurangan dana. Pendekatan terakhir yaitu pendekatan modern, merupakan pengembangan dari pendekatan produksi dan intermediasi. Pada pendekatan ini, turut diikutsertakan variabel manajemen risiko, agency problem, pemrosesan informasi, dan lain-lain. Salah satu metode yang bisa dipakai untuk mengestimasi nilai profit efficiency industri perbankan yaitu Stochastic Frontier Analysis (SFA). Metode SFA menggunakan pendekatan parametrik dan bersifat stokastik. Metode tersebut sudah populer namun relatif belum banyak digunakan dalam mengestimasi profit efficiency Islamic Bank. Kelebihan yang dimiliki oleh metode SFA yaitu memperhitungkan keberadaan random noise serta dapat digunakan dalam uji hipotesis. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Sampai akhir tahun 2012 Islamic Bank Malaysia memiliki market share yang jauh lebih besar dibandingkan Islamic Bank Indonesia. Kinerja yang dihasilkan oleh Islamic Bank Indonesia dan Malaysia saat ini terkait langsung dengan kemampuan dalam pendayagunaan sumber daya (input) serta optimisasi pencapaian profit (output). Oleh karena itu profit efficiency sebagai satu ukuran kemampuan menghasilkan profit, menjadi hal yang sangat penting. Dengan sudut pandang akan pentingnya profit efficiency bagi perkembangan Islamic Bank di Indonesia dan Malaysia, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
12 1. Bagaimana tingkat profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis dalam rentang waktu 2007-2012? 2. Bagaimana pengaruh total deposit terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 3. Bagaimana pengaruh total deposit terhadap profit efficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 4. Bagaimana pengaruh biaya tenaga kerja terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 5. Bagaimana pengaruh biaya tenaga kerja terhadap profit efficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 6. Bagaimana pengaruh aset tetap terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 7. Bagaimana pengaruh aset tetap terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 8. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 9. Bagaimana pengaruh waktu terhadap profit inefficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 10. Bagaimana pengaruh waktu terhadap profit inefficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 11. Bagaimana pengaruh total aset terhadap profit inefficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis? 12. Bagaimana pengaruh total aset terhadap profit inefficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis?
13 1.3. TUJUAN PENELITIAN Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis dalam rentang waktu 2007-2012. 2. Menganalisis pengaruh total deposit terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 3. Menganalisis pengaruh total deposit terhadap profit efficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 4. Menganalisis pengaruh biaya tenaga kerja terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 5. Menganalisis pengaruh biaya tenaga kerja terhadap profit efficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 6. Menganalisis pengaruh aset tetap terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 7. Menganalisis pengaruh aset tetap terhadap profit efficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 8. Menentukan dan menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara profit efficiency Islamic Bank Indonesia dan Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 9. Menganalisis pengaruh waktu terhadap profit inefficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 10. Menganalisis pengaruh waktu terhadap profit inefficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis
14 11. Menganalisis pengaruh total aset terhadap profit inefficiency Islamic Bank Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 12. Menganalisis pengaruh total aset terhadap profit inefficiency Islamic Bank Malaysia dengan metode Stochastic Frontier Analysis 1.4. MANFAAT PENELITIAN Menjadi sebuah harapan bahwa hasil penelitian ini membawa manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi industri perbankan Bagi industri perbankan khususnya Islamic Bank, hasil penelitian ini akan memberi gambaran umum tentang kondisi profit efficiency Islamic Bank dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia dan Malaysia. Selain itu, dengan melihat kepada hasil penelitian ini pihak perbankan dapat melihat sekaligus melakukan tindak lanjut terkait faktor-faktor penyebab inefficiency Islamic Bank. 2. Bagi dunia pendidikan Bagi para akademisi, penelitian ini akan menambah khasanah kajian keilmuan dalam bidang Islamic Bank, yang berarti mengikuti tren pertumbuhan dan perkembangan Islamic Bank, khususnya di Indonesia dan Malaysia. 3. Bagi masyarakat Masyarakat mempunyai hak dan kepentingan dalam bertransaksi dengan pihak perbankan. Dengan melihat kepada hasil penelitian ini maka masyarakat dapat mengetahui tingkat efisiensi Islamic Bank Indonesia dan Malaysia, dan akhirnya akan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan Islamic Bank di Indonesia dan Malaysia.