BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ITEM KEGIATAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA Rini Noviyani 1, Siti Khoiriyatussolehah 1, Ni Nyoman Ayu Suastiti 1, A.A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan diberlakukannya standar tersebut adalah sebagai pedoman praktik

MEWUJUDKAN PELAKSANAAN DISPENSING OBAT KANKER DENGAN BIAYA TERBATAS. Erlina Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan

KATA PENGANTAR. Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Drs. Abdul Muchid, Apt. NIP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

TEKNIK ASEPTIK. Sebelum melakukan preparasi sediaan steril hal-hal yang harus dilakukan adalah Cuci tangan Memakai APD Mengoperasikan LAF Mengusap LAF

CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes

Produksi Sediaan Farmasi di Rumah Sakit

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA DI RUMAH SAKIT. DRS.MUJIANA, APT. Sp. FRS INSTALASI FARMASI RS DR. SARDJITO YOGYAKARTA

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

SARANA - PRASARANA PENCAMPURAN ASEPTIK dan TATA CARA BEKERJA DI RUANG ASEPTIK. Dra Nastiti Setyo Rahayu. Apt

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

STERILISASI & DESINFEKSI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

Pengendalian infeksi

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

WORKSHOP IV ADMIXTURE & TPN DESIANA DEWI ANGGARAENI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Universitas Sumatera Utara

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

KUESIONER PENELITIAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

SOAL UJIAN FARMASI KLINIK SEMESTER GENAP 2014

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2

KANKER/NEOPLASIA/KEGANASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

MEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

Pengertian Persiapan:

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

SEMEN ALUMINA KIMIA CEMENT, ALUMINA, CHEMICALS

PT. BINA KARYA KUSUMA

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI

SAFE HANDLING OF CYTOTOXICS. Retno Muliawati, M.Sc Apt

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

SKALA PRIORITAS ICRA TERAPI CAIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Lembaran Data Keselamatan Bahan

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENANGANAN SITOTOKSIK DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

Metode Pencampuran IV Admixture & Total Parenteral Nutrisi di Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil. (Hanifa Wignjosastro, 1997) Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan. Istilah sitostatika biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya. Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin keamanan, keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit Penanganan sitostatika harus memperhatikan : 1. Tehnik aseptik 2. Pemberian dalam biological safety cabinet 3. Petugas yang bekerja harus terlindungi 4. Jaminan mutu produk 5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih 6. Adanya Protap Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi : 1. Tehnik khusus penanganan sitostatika 2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan) 3. Pelatihan petugas 4. Penandaan, pengemasan, transpotasi 5. Penanganan tumpahan obat sitostatika

6. Penanganan limbah Contoh Prosedur tetap penanganan sitostatika yang aman terdiri dari : 1. Persiapan Bahan : obat sitostatika, pelarut Alat : spuit, jarum, baju, sarung tangan, masker, topi, sarung kaki 2. Protap ruang aseptik 3. Protap pengerjaan dalam ampul 4. Protab pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan saat penyiapan sitostatika 5. Protap penanganan jika obat jatuh dan pecah 6. Protap penanganan limbah sitostatika Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk penanganan sitostatika a. Ruang 1. Persyaratan Ruang Aseptik - Ruang tidak ada sudut atau siku - Dinding terbuat dari epoksi - Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter - Aliran udara diketahui dan terkontrol - Tekanan ruangan diatur - Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius dan kelembaban 35-50%) - Ada Hepa filter 2. Ruang Transisi Ruangan ini terletak antara ruang cuci tangan dan ruang aseptik, di ruanngan ini petugas menggunakan perlengkapan steril 3. Ruang Cuci Tangan Ruangan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah melakukan penanganan obat sitostatatika

b. Alat 1. Pass Box Jendela antara ruang administrasi dan ruang aseptik berfunsi untuk keluar masuknya obat kedalam ruang aseptik 2. Laminan Air Flow (LAF) LAF yang digunakan untuk pecampuran sitostatika adalah tipe : Biological Safety Cabinet (BSC). Validasi hepa filter dilakukan setiap 6 bulan dengan jalan kalibrasi. Hepa filter diganti setiap 4 tahun sekali. Aliran udara yang masuk kedalam LAF harus konstan 3. Kelengkapan APD ( Alat pelindung diri) Kelengkapan ini terdiri dari : a. Baju : Terbuat dari bahan yang tidak mengandung serat harus menutupi seluruh anggota badan kecuali muka b. Topi : Harus menutupi kepala sampai leher c. Masker : Harus mempunyai kaca plastik d. Sarung tangan : Digunakan rangkap dua dan terbuat dari bahan latex e. Sepatu : terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam 4. Biological Safety cabinet (BSC) Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC. Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus dikalibrasi setiap 6 bulan. (depkes, 2009)

B. Tujuan Pemberian Kemoterapi - Meringankan gejala - Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker C. Cara Pemberian Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara : 1. PO : Per Oral 2. SC : Sub Cutan 3. IM : Intra Muscular 4. IV : Intra Vena 5. IT : Intra Thecal 6. IP : Intra Peritoneal / Pleural Pemilihan vena dan tempat penusukan Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan adalah : Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak Prosedur Kerja Penanganan Obat sitostatika Sebelum kita memulai melaksanakan kegiatan preparasi obat sitostatika yang aman dan menghasilkan produk yang bermutu, harus disusun dahulu standar prosedur kerja sebagai pedoman petugas dalam melaksanakan kegiatan. Standar Prosedur Kerja meliputi : - Fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk melindungi operator dan produk - Pakaian pelindung yang melindungi operator dan produk - Prosedur pelatihan untuk personal - Teknik khusus yang diperlukan untuk safe handling cytotoxic

- Prosedur pembersihan tumpahan obat - Prosedur pemberian label, pengemasan, transportasi dan pembuangan limbah cytotoxic 1. Fasilitas Fisik Australian standard 2639 mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean Room dilengkapi dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang digunakan bisa Type ISOLATOR atau Biological Safety Cabinet dengan aliran Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC lebih negatif dibanding didalam Clean Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif dibandingkan diluar. Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat pendukung preparasi obat dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan kontaminasi udara kedalam clean room. Komunikasi petugas didalam clean room dengan petugas diluar dilakukan dengan intercom. Perawatan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room : - Cytogard dibersihkan setiap hari dengan desinfectant atau detergent - Desinfeksi clean room dilakukan 1 kali seminggu. - Uji mikrobiologi dilakukan secara periodik untuk memeriksa apakah HEPA Filter bekerja dengan baik sehingga dapat menjaga sterilitas sediaan - Pengukuran jumlah partikel didalam Cytogard maupun dalam clean room dilakukan secara periodic. 2. Pakaian Pelindung Pakaian ( Gown ) - Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar - Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak melepaskan debu dan serat. - Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan - Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada tangan dan kaki

Sarung tangan - Sarung tangan yang digunakan double untuk melindungi jika terjadi tusukan dan harus menutupi manset baju. - Sarung tangan yang dipakai harus bebas dari bedak, untuk menghindari partikel tersebut masuk kedalam vial. - Sarung tangan yang robek harus segera diganti Tutup Kepala Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada partikel kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan. Tutup Kaki Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam Masker & Kaca mata Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca mata dan masker. Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk mengurangi kontaminan. Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari kemungkinan adanya percikan obat kanker. 3. Personal Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan penanganan obat sitostatika. Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat sitistatika Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus diistirahatkan dari tugas ini. Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika seminggu sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : 1. Complete blood count 2. Liver Function Test

3. Renal Function Test Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodic setiap 6 bulan, jika terdapat kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam Semua hasil harus didokumentasikan 4. Tehnik Penanganan sediaan Sitostatika 1. Penyiapan Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran obat suntik. Penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan jarum suntik. 1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat dosis, rute dan waktu pemberian) 2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima ( nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan. 3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak lengkap. 4. Menghitung kesesuaian dosis. 5. Memilih jenis pelarut yang sesuai. 6. Menghitung volume pelarut yang digunakan. 7. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran (contoh label obat, lampiran 1). 8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket (contoh label pengiriman, lampiran 2). 9. Melengkapi dokomen pencampuran. 2. Pencampuran a. Proses pencampuran sediaan sitostatika 1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP 2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP 3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan. 4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP 5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.

6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika. 7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%. 8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box. 9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC. 10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis. 11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan sitostatika 12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus terlindung cahaya. 13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus. 14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah untuk pengiriman. 15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass box. 16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap (lampiran 4): 3. Cara Pemberian Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat suntik kecuali intramuskular 4. Penanganan tumpahan dan kecelakan kerja 1. Penanganan tumpahan Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri dari: 1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril a Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan. b Beri tanda peringatan di sekitar area. c Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) d Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan. e Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong tersebut.

f Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong tersebut. g Cuci seluruh area dengan larutan detergent. h Bilas dengan aquadest. i Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat. j Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama. k Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua. l Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan dalam kantong kedua. m Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator. n Cuci tangan. 2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC a Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan serbuk. b Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru. c Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan. d Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan. e Ulangi pencucian 3 x. f Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan. g Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir. h Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator. i Cuci tangan. 2. Penanganan kecelakaan kerja a. Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh: 1) Kontak dengan kulit: a) Tanggalkan sarung tangan. b) Bilas kulit dengan air hangat.

c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat. d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat. e) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %. f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus. g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD) h) Laporkan ke supervisor. i) Lengkapi format kecelakaan. 2) Kontak dengan mata a) Minta pertolongan. b) Tanggalkan sarung tangan. c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama5 menit. d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl 0,9%. e) Aliri mata dengan larutan pencuci mata. f) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung. g) Catat jenis obat yang tumpah. h) Laporkan ke supervisor. i) Lengkapi format kecelakaan kerja. 3) Tertusuk jarum a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi. b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang. c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk. d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat. e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat. f) Tanggalkan semua APD. g) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi. h) Laporkan ke supervisor. i) Lengkapi format kecelakaan kerja. j) Segera konsultasikan ke dokter.

4. Pengelolaan limbah sitostatika Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD). b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika c. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah. d. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup. e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC. f. Cuci tangan. 5. PROTAP DESINFEKSI DAN DEKONTAMINASI I. PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT a. Mempersiapkan bahan yang terdiri dari Alkohol swab Alkohol 70 % dalam botol spray Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 % b. Mempersiapkan alat yang terdiri dari Mensterilkan alas untuk sitostatika Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin) Mensterilkan sarung tangan, masker, baju, topi, sarung kaki Spuit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan. Jarum Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik u/ disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %