I. PENDAHULUAN. bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM. (Artikel) Oleh: Yuliani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bertanya dalam kelas adalah aktivitas yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. (Tim BSNP, 2006: 1). Menurut Rustaman et al., (2005: 12) biologi merupakan ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. keaktifan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dan menuntut kreativitas

DAFTAR ISI. Judul Isi ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemampuan memecahkan masalah merupakan satu aspek yang sangat. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

2015 PROFIL COMMUNICATE STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar Biologi tidak selamanya berjalan efektif, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran. dimensi kehidupan terutama dibidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. outcome dalam pembelajaran, antara lain dengan mengembangkan strategi

T E K N I K B E R T A N Y A

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF QUESTION STUDENT HAVE

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Media Gambar Di Kelas III SDN Santigi Pada Meteri Makhluk Hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika berhubungan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dari teori kognitif (Efi, 2007). Pendidikan Biologi diharapkan dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit,

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restalina Nainggolan, 2013

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang sering

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan pada semester genap, bulan Apriltahun pelajaran. 2013/2014, di SMA Negeri 1 Sukadana Lampung Timur.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika diajarkan tingkat dasar hingga tingkat menengah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara alamiah telah diketahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood 1994: 38). Siswa laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda, yang dibangun karena faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis berkenaan dengan kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Sedangkan faktor psikologis menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitifnya. Semua ini dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Menurut Valanides (1999: 98) mengenai hasil tes kemampuan berpikir logis menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih baik secara signifikan dibanding siwa perempuan. Data Assessment of Educational Progress (NAEP) tahun 1976-1990 bahwa prestasi belajar anak laki-laki lebih baik dibandingkan lawan jenisnya. Hal ini belum terlihat pada siswa berumur 9 tahun tetapi sangat terlihat pada siswa berumur 17 tahun. Latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, dan pengaruh lingkungan lain menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tingkat perkembangan berpikir siswa. Masalah gender tidak dipungkiri pada

2 kenyataannya bahwa secara umum terdapat sosial biologis antara perempuan dan laki-laki, dan perbedaan tersebut mempengaruhi pembelajaran (Wood, 1994: 4). Hal tersebut dapat berpengaruh juga terhadap perbedaan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan. Siswa memiliki kemampuan bertanya yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang mereka ajukan, ada yang berupa pertanyaan sederhana tentang pengertian konsep dan ada juga yang bertanya tentang isi ataupun mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi berbagai jenis tergantung dari sudut pandang para ahli yang mengemukakannya. Sistem kategori pertanyaan untuk IPA atau The Question Category System for Science (QCSS) terdiri dari tiga tingkat klasifikasi (Blosser dalam Rahmadhani, 2013: 2). Tingkat pertama, pertanyaan-pertanyaan dibedakan menjadi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Tingkat kedua pertanyaan-pertanyaan dibagi menjadi empat cara berpikir, yaitu ingatan kognitif, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan berpikir evaluatif. Tingkat ketiga pada QCSS bersangkutan dengan macam pelaksanaan cara berpikir yang dituntut oleh pertanyaan itu. Selain berdasarkan QCSS, kualitas pertanyaan siswa dapat dilihat dari tingakatan ranah kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi, yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan sintesis (C6). Pertanyaan kognitif tingkat rendah mencakup C1 sampai C3, sedangkan pertanyaan kognitif tingkat tinggi mencakup C4 sampai C6 (Sudijono, 2001: 49).

3 Pentingnya siswa bertanya di kelas mendorong terjadinya interaksi antar siswa agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab terhadap pertanyaan yang diajukan. Selain itu, pentingnya penggunaan keterampilan bertanya siswa secara tepat adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu membangkitkan minat, rasa ingin tahu, dan memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis kesulitankesulitan khusus yang menghambat siswa belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan, mendorong siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, serta menguji dan mengukur hasil belajar siswa (Partin, 2009: 3). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2013) mengungkapkan bahwa jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) berdasarkan perkembangan intelektualnya didominasi oleh pertanyaan dimensi kognitif memahami (C2) dan dimensi pengetahuan konseptual untuk kategori taksonomi Bloom. Perbedaan gender juga turut mempengaruhi perbedaan kualitas pertanyaan. Siswa laki-laki mampu memunculkan pertanyaan dimensi kognitif analisis (C4) lebih banyak dibandingkan perempuan untuk kategori taksonomi Bloom. Sedangkan siswa perempuan lebih banyak menanyakan pertanyaan dimensi kognitif C1 untuk kategori taksonomi Bloom. Selebihnya siswa laki-laki dan perempuan dominansi pertanyaannya merupakan pertanyaan dimensi kognitif memahami dan dimensi pengetahuan konseptual (Rahmadhani, 2013: 71).

4 Hasil observasi pembelajaran di SMA N 1 Pagelaran menunjukkan bahwa aktivitas dalam mengajukan dan menanggapi pertanyaan tergolong sedang. Hal tersebut terlihat bila siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, beberapa siswa sudah memanfaatkannya namun masih ada siswa yang pasif dan terlihat ragu untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan. Padahal dengan mengajukan pertanyaan membuktikan bahwa siswa tersebut berpikir dan belajar. Karena faktanya dengan mengajukan pertanyaan, dapat meningkatkan pemahaman, melihat lebih jauh, bahkan lebih baik dalam memutuskan sesuatu (Barus, 2012: 2). Berdasarkan uraian di atas muncul rasa ingin tahu mengenai kualitas pertanyaan yang diajukan siswa apabila digolongkan menggunakan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom? 2. Bagaimanakah kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom?

5 3. Bagaimanakah perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom 2. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom. 3. Perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi berbagai pihak-pihak yang terkait. 1. Bagi guru, dapat mengembangkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan agar dapat meningkatkan keterampilan bertanya siswa di dalam proses pembelajaran.

6 2. Bagi siswa, dapat mempelajari sesuatu yang benar-benar ingin diketahui dan mengarahkan siswa untuk berpikir lebih tinggi dalam mempelajari materi. 3. Bagi peneliti, memberikan bahan referensi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut. E. Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada masalah: 1. Kualitas pertanyaan siswa dianalisis menggunakan tingkatan ranah kognitif (C1-C6) taksonomi Bloom yang telah direvisi. 2. Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara alamiah telah diketahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood, 1994: 39 dalam Rahmadhani, 2013: 38). 3. Pengumpulan pertanyaan pada penelitian ini yaitu pertanyaan yang diajukan secara lisan. 4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Pagelaran tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. 5. Pertanyaan siswa dikaitkan dengan isi materi sistem reproduksi manusia pada KD 3.7 yaitu organ reproduksi laki-laki, saluran reproduksi laki-laki, kelenjar reproduksi laki-laki, organ reproduksi perempuan, saluran reproduksi

7 perempuan, kelenjar reproduksi perempuan, proses pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, pemberian ASI, serta kelainan dan penyakit yang terjadi pada sistem reproduksi manusia. F. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan. H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan. 2. H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan. H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.