PENGARUH PERUBAHAN LEBAR CELAH DALAM TERHADAP PERSAMAAN KORELASI EMPIRIS KONVEKSI BAGIAN SILINDER KONSENTRIS PADA PENDINGINAN MODEL SUNGKUP AP1000

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SEKTOR ELLIPS MODEL SUNGKUP AP1000

PENENTUAN KORELASI EMPIRIS LOKAL PERPINDAHAN PANAS PADA BAGIAN SILINDER KONSENTRIS MODEL SUNGKUP AP1000. Nanang Triagung Edi Hermawan *

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

BAB I PENDAHULUAN I.1.

ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR

Aplikasi Sistem Keselamatan Pasif pada Reaktor Nuklir

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

KARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS

PERANCANGAN MODEL SISTEM PENDINGINAN PADA SUNGKUP AP1000

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

PEMODELAN SISTEM PENDINGINAN SUNGKUP SECARA PASIF MENGGUNAKAN RELAP5.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

EKSPERIMEN AWAL ALIRAN SIRKULASI ALAMIAH PADA SIMULASI SISTEM KESELAMATAN PASIF

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pemodelan Sistem Sirkulasi Alami pada Reaktor nuklir dengan Variasi Ketinggian Alat yang Berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR DI CELAH SEMPIT ANULUS SELAMA BOTTOM FLOODING BERDASARKAN VARIASI TEMPERATUR AWAL BATANG PANAS

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT

DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

ANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT

Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

ANALISIS NUMERIK KONVEKSI ALAMIAH PADA PENDINGINAN UDARA SUNGKUP MODEL REAKTOR AP-1000

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Analisis variasi jarak pembuluh terhadap unjuk kerja kondensor

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

PENGANTAR PINDAH PANAS

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

SISTEM PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA ON-LINE

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

STUDI ANALITIK POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU DINDING ELEMEN BAKAR SILINDER DI TERAS REAKTOR NUKLIR SMALL MODULAR REACTOR

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Rancang Bangun Oven Untuk Proses Pengeringan Kulit Ikan

KARAKTERISTIK TERMOHIDROLIK REAKTOR TRIGA 2000 UNTUK KONDISI 110 PERSEN DAYA NORMAL

BAB III METODE PENELITIAN

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Karakteristik Rewetting Dalam Celah Sempit Vertikal Untuk Kasus Bilateral Heating Berdasarkan Perubahan Temperatur Awal Plat

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

STUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN. Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2

Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. KH. Soleh Iskandar KM.2 Bogor 16162

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Modifikasi Ruang Panggang Oven

OPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

Kata Kunci : konvensional, kolektor surya, turbin ventilator

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Diterima editor 22 September 2014 Disetujui untuk publikasi 14 Oktober 2014

TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

Transkripsi:

PENGARUH PERUBAHAN LEBAR CELAH DALAM TERHADAP PERSAMAAN KORELASI EMPIRIS KONVEKSI BAGIAN SILINDER KONSENTRIS PADA PENDINGINAN MODEL SUNGKUP AP1000 Nanang Triagung Edi Hermawan Direktorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jln. Gajah Mada No.8 Jakarta Pusat 10120 n.triagung@bapeten.go.id ABSTRAK PENGARUH PERUBAHAN LEBAR CELAH TERHADAP PERSAMAAN KORELASI EMPIRIS KONVEKSI BAGIAN SILINDER KONSENTRIS PADA PENDINGINAN MODEL SUNGKUP AP1000. Telah dilakukan studi eksperimental skala laboratorium ukuran 1:40 untuk mengetahui pengaruh perubahan lebar celah terhadap korelasi empiris konveksi alamiah yang terjadi pada model sungkup Reaktor AP1000. Keserupaan model dengan desain sungkup yang asli dianalisis menggunakan bilangan Grashof termodifikasi (Gr*). Dari percobaan diperoleh persamaan korelasi empiris Nu x=0.526ra* 0.3077 (1.51 x 10 6 <Ra *<4.82 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 0,5 cm; Nu x=7.086ra* 0.1906 (2, 09x10 6 <Ra *<1.24 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 1 cm; Nu x=3.555ra* 0.214 (3.43 x 10 6 <Ra *<1.14 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 2 cm; dan Nu x=2.198ra* 0.2285 (6.50 x 10 5 <Ra *<1.26 x10 12 ) untuk lebar celah dalam 3 cm. Perubahan lebar celah dalam saluran udara menyebabkan perubahan persamaan korelasi empiris konveksi karena adanya perubahandimensi dan geometri saluran udara yang berpengaruh terhadap propeti atau sifat-sifat udara yang mengalir. Lebar celah dalam paling optimum berdasarkan eksperimen yang dilakukan adalah 1 cm. Kata kunci: celah dalam, korelasi empiris, konveksi, dan model sungkup AP1000. ABSTRACT THE EFFECT OF INNER GAP WIDTH CHANGES TO EMPIRICAL CORRELATION EQUATION OFCONVECTION ON CONCENTRIC CYLINDERS OF AP1000 CONTAINMENT MODEL. Experimental studies on a laboratory scale 1:40 to determine the effect of inner gap changing to empirical correlation of natural convection that occurs in AP1000 containment model have been done. Similarity model with the original design were analyzed using a modified Grash of number (Gr*). The empirical correlation equation obtained from experimental are Nu x=0.526ra* 0.3077 (1.51 x 10 6 <Ra *<4.82 x10 12 )for the 0.5 cm inner gap width; Nu x=7.086ra* 0.1906 (2, 09x10 6 <Ra *<1.24 x10 12 ) for the 1 cm inner gap width; Nu x=3.555ra* 0.214 (3.43 x 10 6 <Ra *<1.14 x10 12 ) for the 2 cm inner gap width; and Nu x=2.198ra* 0.2285 (6.50 x 10 5 <Ra *<1.26 x10 12 ) for the 3 cm inner gap width. The changes of inner gap width cause convection empirical correlation equation changes, because of changes in the dimensions and geometry of the air channel that affects the air properties. Based on experiments, the most optimum inner gap is 1cm. Keywords: inner gap, empirical correlation, convection, and AP1000 containment model. 454

1. PENDAHULUAN Desain Reaktor AP1000 merupakan reaktor nuklir generasi III+ yang telah mendapatkan sertifikasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir Amerika Serikat (US Nuclear Regulatory Commission). Keunggulan desain ini,antara lain adanya penerapan 7 (tujuh) sistem keselamatan pasif, meliputi Passive Residual Heat Removal (PRHR) system, Core Make-up Tanks (CMTs), Stage Automatic Depressurization system (ADS), Accumulator Tanks (ACC), Incontainment Refueling Water Storage Tank (IRWST), Lower Containment Sump (LCS), danpendingin Sungkup Secara Pasif (Passive Containment Cooling System, PCC)[1]. Sistem keselamatan pasif bekerja secara alamiah melalui mekanisme hukum-hukum alam, seperti sistem injeksi pendinginan karena gravitasi, perpindahan panas melalui mekanisme konveksi alamiah, kondensasi uap, ataupun penguapan cairan. Dengan demikian sistem ini tidak bergantung dengan sistem aktif dari luar, seperti sistem pencatu daya, pompa, ataupun tenaga diesel. Sistem keselamatan pasif memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah[2]: a. sistem pasif dapat meminimalkan ketergantungan terhadap daya listrik dari luar, komponen yang bergerak, dan aksi sistem kontrol baik pada operasi normal, kecelakaan desain dasar atau kecelakaan melebihi desain dasar; b. mengurangi penggunaan komponen, sehingga sistem lebih sederhana dan kompleksitas aksi penanganan keselamatan dapat dikurangi; c. mengurangi biaya konstruksi, operasi dan pemeliharaan struktur, sistem, dan komponen instalasi; d. mengurangi aksi operator pada saat terjadi keadaan darurat, sehingga dapat meminimalisir kesalahan operator. Sistem PCCS merupakan sistem pendinginan pasif terhadap permukaan luar dinding sungkup Reaktor AP1000 dengan udara yang bersirkulasi alamiah untuk menjaga integritas dan kekuatan material sungkup. Dinding sungkup memiliki fungsi ganda sebagai perisai radiasi dan mencegah terjadinya kebocoran zat radioaktif produk fisi ke lingkungan hidup, serta menjadi struktur pelindung sistem di dalamnya dari gangguan bahaya eksternal akibat cuaca buruk, bencana alam, bahkan tabrakan pesawat terbang. Karakteristik perpindahan panas yang terjadi pada permukaan luar dinding sungkup, baik aspek termohidrolik maupun aerodinamik, perlu diteliti untuk memastikan kinerja sistem memenuhi kriteria desain yang telah dirancang. Dengan demikian perlu dilakukan studi numerik maupun empiris untuk mempelajari fenomena perpindahan panas yang secara umum dapat digambarkan melalui persamaan korelasi empiris perpindahan panas, termasuk pengaruh yang terjadi akibat perubahan ukuran celah dalam. Adapun tujuan dilakukannya studi eksperimental pengaruh perubahan lebar celah dalam terhadap persamaan korelasi empiris konveksi pada bagian silinder konsentris model sungkup AP1000 diantaranya adalah: 1. menentukan rumusan persamaan korelasi empiris lokal perpindahan panas yang terjadi untuk variasi lebar celah dalam 0,5 cm, 1 cm, 2cm dan 3 cm; 2. membandingkan perubahan masing-masing persamaan korelasi yang didapatkan akibat adanya perubahan lebar celah udara; 3. menentukan lebar celah paling optimum berdasarkan persamaan korelasi empiris lokal yang didapatkan. Penelitian ini juga bisa menjadi model verifikasi dan analisis aspek termohidrolis sistem pengungkung dan penyungkup reaktor nuklir oleh badan pengawas pada saat pelaksanaan evaluasi izin konstruksi PLTN. 2. DASAR TEORI Proses pendinginan permukaan luar dinding sungkup oleh udara yang mengalir melalui celah dalam terjadi secara konveksi alamiah. Karakteristik besaran fisik yang sangat penting untuk mengetahui koefisien konveksi yang terjadi adalah temperatur film, yaitu temperatur rerata di permukaan bidang dinding sungkup dengan temperatur udara. Proses konveksi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1.Proses konveksi dari suatu permukaan ke fluida yang bergerak 3] 455

Gambar 2. Sistem pendinginan pasif sungkup reaktor AP1000 Keterangan: 1. Sistem Pembangkitan Uap Nuklir 6. bafel dalam 2. lubang masukan udara 7. celah dalam 3. bafel luar/dinding beton 8. dinding sungkup bagian silinder konsentris 4. celah luar 9. dinding sungkup sektor ellips 5. lubang antar celah 10. cerobong/lubang keluaran udara Secara matematis proses konveksi dapat dirumuskan sebagaimana Persamaan (1), dimana q adalah fluks panas konveksi (W/m 2 ) yang nilainya sebanding dengan perbedaan temperatur antara permukaan (T s, dalam K) dengan temperatur fluida (T, dalam K). Sedangkan h (W/m 2.K) merupakan koefisien perpindahan panas konveksi. q s " h( T T )... (1) Struktur geometri model sungkup AP1000 dan sistem pendinginan pasif permukaan dinding sungkup dapat dilihat pada Gambar 2. Permukaan dinding sungkup model AP1000 bagian silinder yang dilengkapi dengan bafel dalam dan luar yang menyelubunginya merupakan struktur silinder konsentris. Karena udara memiliki nilai Prandtl (Pr) pada kisaran 0,7 maka silinder vertikal konsentris dapat diperlakukan atau dianggap sebagai plat vertikal sejajar bila memenuhi Persamaan (2)[4] D L Gr dimana, 35 * 1/ 4... D : diameter sungkup; L : lebar celah saluran dalam; Gr* : bilangan Grashof termodifikasi. (2) Untuk geometri plat datar vertikal sejajar, pendekatan korelasi empiris perpindahan panas konveksi yang terjadi dapat dirumuskan dengan Persamaan (3)[5]. hxx Nux C( Gr.Pr) k * m......... (3) 456

dimana, Nu x : bilangan Nuselt lokal; h x : koefisien perpindahan panas konveksi lokal; x : panjang karakteristik; k : koefisien konduksi udara; C,m : konstanta; dan Gr* : bilangan Grashof termodifikasi Pr : bilangan Prandlt. 3. METODOLOGIDAN TATA KERJA Penelitian mengenai pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris lokal perpindahan panas pada bagian silinder konsentris model sungkup AP1000 untuk pendinginan dengan udara yang bersirkulasi alamiah ini dilakukan secara eksperimental dengan pengoperasian model AP1000 skala laboratoriumdengan perbandingan 1:40 terhadap model aslinya. Ukuran diameter sungkup 99 cm, tinggi silinder konsentris 78,6 cm, dan tinggi sektor ellips 28,7 cm. Sungkup, bejana air, dan bafel dalam terbuat dari bahan Stainless Steel 304 dengan ketebalan 2 mm. Termokopel Tipe K digunakan untuk mengukur temperatur sungkup pada bagian silinder konsentris sejumlah 8 buah ditempatkan sepanjang dinding dari ujung bawah saluran udara dengan jarak antar termokopel 10,5 cm. Sedangkan termokopel untuk sektor ellips sebanyak 8 buah dipasang segaris dengan jarak antar termokopel 8 cm. Model sungkup AP1000 dioperasikan untuk kondisi transient maupun steady state untuk beberapa variasi fluks panas pengoperasian, dengan variasi lebar celah udara meliputi 0,5 cm, 1 cm, 2 cm, dan 3 cm. Parameter operasional yang diukur adalah temperatur pada permukaan dinding sungkup bagian luar dan pada permukaan dinding bafel bagian dalam. Data temperatur tersebut selanjutnya diolah untuk mengetahui propertis udara, perhitungan bilangan tak berdimensi, hingga perumusan persamaan korelasi empiris lokal perpindahan panas konveksi untuk setiap lebar celah udara yang diamati. Susunan perlengkapan dan peralatan model sungkup AP1000 yang dipergunakan untuk meneliti perpindahan panas konveksi yang terjadi pada bagian silinder konsentris dapat dilihat pada Gambar 3. Langkah persiapan pengujian dan pengambilan data untuk mempelajari pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris di bagian silinder konsentris pada pendinginan model sungkup AP1000 untuk setiap masing-masing lebar celah udara dimulai dengan menyiapkan peralatan dan perlengkapan percobaan sebagaimana skema pada Gambar 3. Gambar 3. Skema pengujian model sungkup AP1000 457

Langkah persiapan pengujian dan pengambilan data untuk mempelajari pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris di bagian silinder konsentris pada pendinginan model sungkup AP1000 untuk setiap masing-masing lebar celah udara dimulai dengan menyiapkan peralatan dan perlengkapan percobaan sebagaimana skema pada Gambar 3. Termokopel untuk pengukuran temperatur selanjutnya disambungkan ke sistem akuisisi data, masing-masing 15 (lima belas) titik pada dinding sungkup, 8 (delapan) titik pada dinding bafel, 5 (lima) titik pengukuran uap air, 4 (empat) titik pengukuran air, dan 1 (satu) titik pada dinding bejana air. Adapun khusus untuk termokopel pemantau temperatur permukaan dinding pemanas disambungkan ke datalogger. Selanjutnya bejana air diisi dengan 170 liter, serta dilakukan pengecekan terhadap ketinggian permukaan air dan tekanan di dalam sistem sungkup. Langkah operasional selanjutnya adalah menghidupkan sistem pencatu daya untuk memanaskan air yang diawali dengan daya 400 W. Dalam proses pemanasan tersebut, temperatur sistem dipantau dan dicatat setiap 5 detik hingga tercapai keadaan steady state. Setelah data temperatur disimpan, langkah pemanasan tersebut diulangi untuk variasi daya pemanas sebesar 600 W, 800 W, 1000 W, 1500 W, 2000 W, 3000 W, 4000 W, 5000 W dan 8000 W. Setelah data temperatur pada permukaan dinding sungkup dan bafel dalam didapatkan, kedua nilai tersebut direratakan sebagai temperatur film. Temperatur film inilah yang selanjutkan dijadikan nilai dasar untuk penentuan nilai-nilai propertis udara yang berkesesuaian dan dipergunakan untuk menghitung nilai β, ν, k, bilangan Pr, Nu x, dan Gr*. Langkah perhitungan selengkapnya dilakukan sesuai dengan alur sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4 untuk masingmasing variasi lebar celah dalam. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persamaan Korelasi Empiris Dari masukan data temperatur film yang didapatkan dari hasil pengukuran, data dimensi model, daya masukan ke sistem, dan besaran percepatan gravitasi ke dalam perhitungan sesuai bagan perhitungan parameter operasi (Gambar 4), maka diperoleh plot persamaan korelasi empiris konveksi yang terjadi pada bagian silinder konsentris untuk setiap variasi lebar celah sebagaimana ditampilkan pada Gambar 5 Secara lebih rinci, untuk masing-masing lebar celah udara yang diamati, persamaan korelasi empiris konveksi, rentang keberlakuan bilangan Rayleigh, dan nilai koefisien korelasinya dapat dilihat dalam Tabel 1. Gambar 4. Perhitungan parameter operasi 458

Berdasarkan informasi dalam Tabel 1 dapat dilihat bahwa adanya variasi lebar celah udara menyebabkan perubahan korelasi empiris yang didapatkan. Dari sisi persamaan korelasi empiris, terdapat variasi atau perubahan nilai koefisien serta nilai konstanta pangkatnya. Demikian halnya dengan nilai gradien persamaan garis korelasi yang terbentuk (menunjukkan kemiringan garis), serta nilai koefisien regresinya. Dari ketiga parameter tersebut yang paling menarik adalah kecenderungan perubahan yang terjadi selalu berubah tendensinya untuk lebar celah dalam 1 cm. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan dimensi atau ukuran lebar celah sangat berpengaruh terhadap persamaan korelasi empiris konveksi dikarenakan adanya perubahan geometri atau bentuk saluran udara yang sangat mempengaruhi sifat-sifat atau propeti udara yang mengalir. Aliran udara di bagian bawah saluran celah dalam didominasi aliran laminer, sedangkan di pertengahan saluran hingga ujung atas sebelum sektor ellips, udara mengalir secara turbulen[6]. 4.2. Lebar Celah Optimum Persamaan korelasi empiris konveksi yang terjadi pada permukaan luar dinding sungkup untuk masing-masing variasi lebar celah sebagaimana disampaikan dalam Tabel 1, merupakan gambaran terhadap koefisien konveksi (h) karena nilai h berbanding lurus dengan bilangan Nu. Dengan demikian koefisien konveksi untuk setiap variasi lebar celah dapat diturunkan dari Persamaan (3), sehingga didapatkan rumusan nilai koefisien konveksi rata-rata seperti Persamaan (4a). Gambar 5. Plot persamaan korelasi empiris untuk setiap variasi lebar celah Tabel 1. Korelasi empiris konveksi pada bagian silinder konsentris. Lebar Celah (cm) Dalam Luar Korelasi Empiris Rentang Bilangan Ra* Gradien R 2 0,5 3,5 Nu x = 0,526Ra* 0,3077 1,51 x 10 6 < Ra* < 4,82 x 10 12 0,3077 0,7174 1 3 Nu x = 7,086Ra* 0,1906 2,09 x 10 6 < Ra* < 1,24 x 10 12 0,1906 0,4661 2 2 Nu x = 3,555Ra* 0,214 3,43 x 10 6 < Ra* < 1,14 x 10 12 0,214 0,6995 3 1 Nu x = 2,198Ra* 0,2285 6,50 x 10 5 < Ra* < 1,26 x 10 12 0,2285 0,7153 Ra* merupakan bilangan Rayleigh termodifikasi. 459

Nu x = CRa *m (4a) dengan memisalkan y = Nu x dan x = Ra * maka diperoleh persamaan baru dalam bentuk: (4b) (4c) (4d) Dengan menerapkan Persamaan (4d) dapat diketahu, selanjutnya dihitung nilai sebagai berikut: (5) Dimana nilai k merupakan koefisien konduktivitas udara, dan L merupakan panjang lintasan (tinggi celah udara). Untuk kondisi eksperimen nilai k = 0,0257 W/mK dan L = 0,786 m. Dengan menggunakan Persamaan (5), untuk setiap variasi lebar celah didapatkan koefisien konveksi rata-rata sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil perhitungan nilai. Lebar Celah (cm) Korelasi Empiris Nilai (W/m 2 K) 0,5 Nu x = 0,526Ra* 0,3077 2.383,163 1 Nu x = 7,086Ra* 0,1906 3.673,936 2 Nu x = 3,555Ra* 0,214 3.406,349 3 Nu x = 2,198Ra* 0,2285 3.184,761 Berdasarkan data dalam Tabel 2, dapat dilihat bahwa lebar celah optimum merupakan geometri lebar celah yang memungkinkan terjadinya pendinginan paling optimum. Nilai tersebut ditandai nilai paling besar, yaitu 3.673,936 W/m 2 K. Dengan demikian lebar celah dalam optimum adalah 1 cm. Dalam kondisi penyempitan lebar celah dalam, koefisien konveksi turun dikarenakan sempitnya celah udara justru menyebabkan adanya aliran udara dari cerobong keluaran ke bawah dan bertabrakan dengan arah aliran udara yang melewati celah dalam dari arah bawah. Akibatnya terjadi akumulasi panas di bagian bawah permukaan sungkup. Sebaliknya adanya pelebaran celah udara yang semakin besar juga menyebabkan terjadinya penurunan nilai koefisien konveksi yang terjadi. Semakin lebar celah udara hingga ukuran tak terhingga, justru menyebabkan sungkup seolah tidak mempunyai selubung luar yang terdiri saluran udara celah luar dan dalam yang berfungsi mengarahkan aliran udara[7]. 5. KESIMPULAN Dari studi eksperimenal pengaruh perubahan lebar celah terhadap persamaan korelasi empiris bagian silinder konsentris pada pendinginan pasif permukaan dinding model sungkup AP1000 dengan udara, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Untuk masing-masing lebar celah yang diamati didapatkan persamaan korelasi empiris konveksi sebagai berikut: a. untuk lebar celah dalam 0,5 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 0,526Ra* 0,3077, berlaku untuk 1,51 x 10 6 < Ra* < 4,82 x 10 12 ; b. untuk lebar celah dalam 1 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 7,086Ra* 0,1906, berlaku untuk 2,09 x 10 6 < Ra* < 1,24 x 10 12 ; c. untuk lebar celah dalam 2 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 3,555Ra* 0,214, berlaku untuk 3,43 x 10 6 < Ra* < 1,14 x 10 12 ;dan d. untuk lebar celah dalam 3 cm persamaan korelasi empirisnya Nu x = 2,198Ra* 0,2285, berlaku untuk 6,50 x 10 5 < Ra* < 1,26 x 10 12 ; Perubahan lebar celah dalam saluran udara menyebabkan perubahan persamaan korelasi empiris konveksi disebabkan adanya perubahandimensi dan geometri saluran udara yang berpengaruh terhadap propeti atau sifatsifat udara yang mengalir. Lebar celah dalam paling optimum berdasarkan eksperimen yang dilakukan adalah 1 cm. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. CUMMINS, W.E., CORLETTI, M.M., DAN SCHULZ, T.L., Westinghouse AP1000Advanced Passive Plant, Proceedings of ICAPP 03, Cordoba, Spain, 4-7 Mei 2003, Paper 3235; 2. IAEA, Natural Circulation in Water Cooled Nuclear Power Plants, IAEA TECDOC No. 1474, Vienna, 2005; 460

3. MUNSON, B.R., MORAN, M.J., SHAPIRO, H.N., DEWITT, D.P., Introduction to Thermal Systems Engineering:Thermodynamics, Fluid Mechanics, and Heat Transfer, John Wiley & Sons,Inc., New York, 2003; 4. GEBHART, Heat Tranfer, 2 nd edition, McGraw-Hill Book Company, New York, 1970; 5. MC ADAMS, W.H., Heat Transmission, McGraw-Hill Book Company, New York, 1954; 6. HERMAWAN, NTE, Studi Eksperimental Rejim Aliran Rejim Aliran pada Pendinginan Model Sungkup AP1000, Prosiding Seminar Nasional TKPFN ke-17, PTRKN-BATAN, Yogyakarta, 2011; 7. ANGGRAINI, D., Analisis Numerik Karakteristik Sistem Pendinginan Sungkup Pasif dengan Udara pada Model Reaktor AP1000, Skripsi Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung, 2010. DISKUSI 1. Daddy Setyawan: Apakah ada rencana melakukan eksperimen untuk mencari kondisi yang lebih optimum untuk nilai di sekitar lebar celah 1 mm? Nanang Triagung Edi Hermawan: Untuk eksperimen dengan variasi lebar celah yang lebih kecil (orde mm) ada keterbatasan pembuatan selubung yang lebih tinggi ketelitiannya mengingat lebar kedua celah udara (dalam dan luar) hanya 4 cm. Untuk perhitungan secara simulasi dapat saja dilakukan untuk variasi lebar celah yang lebih kecil variasinya. 2. Sudjatmi K.A.: Untuk lebar celah 1 cm terlihat bahwa R 2 = 0,4, hasil kurang baik. Mengapa hal ini terjadi dan mengapa tidak dilakukan eksperimen ulang agar hasil yang diperoleh lebih baik? Nanang Triagung Edi Hermawan: Untuk urutan pengambilan data system model sungkup yang diteliti dimulai dari lebar celah dalam 1,2,3 dan 0,5 cm. Pertimbangan dimulai dari 1 cm karena mengikuti scale up dari ukuran desain sesungguhnya dari sungkup AP1000. Pada saat operasional dengan daya tinggi terjadi peningkatan tekanan uap yang sangat tinggi, dan menyebabkan terjadinya kebocoran uap pada bagian sambungan bejana air dengan sungkup, juga pada lubang keluaran termokopel. Hal ini tentu saja menyebabkan kesetimbangan sistem yang diukur tidak benar-benar tunak karena ada aliran masa ke luar, dan akibat lebih lanjut berpengaruh terhadap pengukuran tempereatur di permukaan luar sungkup dan bafel dalam. Pada pengambilan data untuk variasi lebar celah selanjutnya dilakukan perbaikan dan modifikasi seal sambungan dan lubang tadi sehingga sistemjauh lebih stabil dan setimbang pada saat pengukuran temperature.hal-hal inilah yang berpengaruh terhadap data yang kemudian menghasilkanpersamaan korekssi empiris dengan nilai koefisien regresi yang lebih baik untuk lebar celah yang lain. Namun dampak dengan R 2 yang paling kecil pun nilai koefisien konveksi didapatkan sudah paling tinggi, jika system telah diperbaiki tentu data-data yang didapatkan akan lebih bagus sehingga persamaan korelasinya juga akan memiliki R 2 461