DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma
|
|
- Teguh Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma Mukhammad Cholil, Suprapto, Suyamto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101Ykbb-Yogyakarta 55281, Telp : (0274) m.cholil@batan.go.id, praptowh@batan.go.id ABSTRAK DESAIN SISTEM PENDINGIN PADA TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma. Telah dilakukan desain sistem pendingin Transformator Frekuensi Tinggi pada Mesin Berkas Elektron 300 kev/20 ma. Rancangan ini didasarkan pada perhitungan disipasi daya listrik yang terkonversi menjadi panas, kemudian panas mengalir melalui media minyak pendingin secara konveksi bebas kemudian melalui casing transformator secara konduksi dan melalui lingkungan secara konveksi bebas. Perhitungan pada minyak pendingin secara konveksi bebas, menghasilkan koefisien perpindahan panas (h) sebesar 20,86 W/m 2.K, bilangan Rayleigh (R a,l ) 1543,365, dan bilangan Nusselt (Nu) yang besarnya 100, 026. Koefisien perpindahan panas pada bahan casing besi secara konduksi adalah 60,5 W/m 2. 0 C. Dengan perhitungan yang sama secara konveksi bebas minyak pendingin, didapatkan koefisien perpindahan panas untuk udara (h) sebesar 12,154 W/m 2.K, bilangan Rayleigh (R a,l ) 6,19 x 10 8, dan bilangan Nusselt (Nu) 334,59. Gabungan dari ketiga koefisien perpindahan panas di atas, digunakan untuk menghitung suhu operasi minyak pendingin, yang besarnya 62,87 0 C dengan jenis pendinginan tipe ONAN (Oil Natural Air Natural). Dengan suhu operasi ini, diharapkan karakteristik minyak transformator tidak berubah, karena selain sebagai pemindah panas juga berfungsi sebagai isolator tegangan tinggi di dalam transformator ini. Kata kunci : koefisien heat transfer, bilangan Rayleigh, bilangan Nusselt. ABSTRACT DESIGN OF HIGH FREQUENCY TRANSFORMATOR COOLING SYSTEM IN 300 kev/20 ma ELECTRON BEAM MACHINE. Design of high frequency transformator cooling system has been done. The design is based on calculations of power dissipation converted into heat, then the heat flow through the oil cooling by free convection, flow through the transformator casing by conduction and flow through the environment by free convection. The calculation of free convection in oil cooling produces heat transfer coefficient (h) 20,86 W/m 2.K, Rayleigh number 1543,365 and Nusselt number (Nu) 100,026. Conduction heat transfer coeffisient of iron as casing material is 60,5 W/m 2. 0 C. With a similar calculation in oil cooling by free convection, heat transfer coefficient (h) for air obtained 12, 154 W/m 2.K, Rayleigh number (Ra) 6,19 x 10 8 and Nusselt number (Nu) 334,59. The third combined heat transfer coefficient above, is used to calculate the operating suhue of the cooling oil, which equaled 60,87 0 C with ONAN (Oil Natural Air Natural) type of cooling. With this operating suhue, oil characteristics are not expected to change, because in addition to the transfer of heat, the oil also acts as an insulator high voltage in this transformator. Key words : heat transfer coefficient, Rayleigh number, Nusselt number. PENDAHULUAN M esin pemercepat elektron yang sering disebut sebagai Mesin Berkas Elektron (MBE) adalah satu jenis teknologi baru yang telah dikembangkan pada dua dekade yang lalu sebagai sumber radiasi pengion (elektron berenergi) pada proses iradiasi suatu produk industri. PTAPB akhir-akhir ini sedang melakukan rancangbangun MBE dengan kapasitas 300 kev/20 ma dengan sasaran kegiatan satu prototip MBE skala industri untuk proses pra-vulkanisasi lateks karet alam. Pemanfaatan teknologi MBE untuk proses iradiasi di negara maju telah lama digunakan di bidang industri, lingkungan, dan kedokteran. Teknologi MBE termasuk teknologi nuklir yang banyak dimanfaatkan di bidang industri untuk proses radiasi berbagai produk industri. Di bidang lingkungan digunakan untuk pengolahan limbah polusi industri gas SO x dan NO x. Sedangkan, di bidang kedokteran MBE biasa digunakan untuk sterilisasi peralatan medis. Salah satu komponen utama dari MBE adalah sumber tegangan tinggi dimana banyak digunakan jenis generator Cockroft-Walton yang di DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma Mukhammad Cholil, dkk 89
2 dalamnya terdapat Transformator Frekuensi Tinggi (TFT). TFT yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan daya MBE, tegangan luaran osilator dan masukan ke pelipat tegangan yaitu daya 10 kw, tegangan masukan (tegangan di sisi primer) 6 kv dan tegangan luaran (tegangan di sisi sekunder) 17,5 kv dengan frekuensi 40 khz. [1] Ketika TFT bekerja, akan dihasilkan disipasi daya yang menjadi panas dikarenakan tidak mungkinnya semua daya masukan pada transformator terkonversi menjadi daya luaran. Oleh karena itu, disipasi daya yang menjadi panas ini harus didinginkan dengan menggunakan sistem pendingin agar tidak terjadi panas lebih (over heating) yang berakibat pada penurunan kinerja transformator. Disipasi daya listrik yang terkonversi menjadi panas, harus dikeluarkan melalui media pendingin ke lingkungan. Media pendingin yang digunakan juga harus berfungsi sebagai isolator. Untuk itu media pendingin disyaratkan mempunyai tegangan dadal (breakdown voltage) yang tinggi agar tidak terjadi hubung singkat. Di dalam TFT, minyak dipilih sebagai media pendingin karena selain mampu memindah panas juga dapat berfungsi sebagai isolator. Adapun jenis pengaliranya, digunakan tipe konveksi bebas (natural convection) baik untuk minyak transformator maupun untuk udara. Minyak trafo ditempatkan di sisi dalam rumah trafo (casing) sehingga berhubungan langsung dengan trafo, sedangkan udara di sisi luar rumah trafo. Didasarkan pada SPLN 8-2: 1991, untuk sistem pendinginan ini dikategorikan tipe ONAN (Oil Natural Air Natural). [2] Casing dengan ukuran 770 x 530 x 724 mm yang di dalamnya berisi transformator frekuensi tinggi lengkap dengan media isolator yaitu minyak trafo yang sekaligus sebagai media pendingin. DASAR TEORI Dalam perencanaan sistem pendingin pada TFT ada 2 (dua) hal penting yang sangat berkaitan dengan fungsi minyak transformator sebagai isolator tegangan tinggi dan sebagai pemindah panas. a. Minyak transformator sebagai isolator. Untuk dapat berfungsi sebagai isolator, maka minyak trafo harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1. Ketahanan isolasi tinggi (> 10 kv/mm). [2] Uji isolasi minyak trafo STT dilakukan menggunakan oil tester merk CG Mechanical & Electrical Equipment Co.Ltd. 2. Berat jenis harus kecil, sehingga partikelpartikel inert dapat mengendap dengan cepat. 3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi sehingga kemampuan pendinginan menjadi lebih baik. 4. Titik didih dan nyala yang tinggi, sehingga tidak mudah menguap dan terbakar. Minyak trafo ini digunakan untuk mengisolasi tegangan tinggi di dalam trafo seperti tegangan antar lilitan, tegangan antar lapis tiap lilitan dan tegangan antara output TFT dengan dinding casing. b. Minyak transformator sebagai pemindah panas Desain sistem pendingin pada TFT syarat dengan perpindahan panas baik berupa perpindahan panas secara konveksi bebas ataupun perpindahan panas secara konduksi. Konstanta-konstanta dalam perpindahan panas meliputi: koefisien heat transfer untuk masing-masing perpindahan panas dan gabungannya, bilangan Rayleigh, Bilangan Nusselt, dan bilangan Prandtl. Persamaan konstanta tersebut terkait dengan jenis perpindahan panas yang terjadi, yaitu perpindahan panas konduksi maupun perpindahan panas konveksi. Perpindahan panas konduksi adalah proses transport panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dengan melalui medium, tanpa disertai dengan perpindahan medium tersebut. Contoh, perpindahan panas melalui sebatang besi. Perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan persamaan [3,4] q = - k A (1) dengan q adalah laju perpindahan panas (W), k konduktivitas termal bahan (W/m 2.K), A luas penampang dimana panas mengalir (m 2 ), gradien suhu pada penampang, atau laju perubahan suhu arah sumbu x terhadap jarak dalam arah aliran panas x. Di dalam perpindahan panas konduksi terdapat nilai konduktivitas termal suatu bahan yang menunjukkan laju perpindahan panas yang mengalir dalam suatu bahan. Besarnya konduktivitas termal besi yang digunakan dalam perhitungan perpindahan panas konduksi adalah 60,5 W/m 2.K [4]. Perpindahan panas konveksi adalah transport energi panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dengan disertai perpindahan mediumnya. Contoh, perpindahan panas pada proses pendidihan air. Perpindahan panas konveksi dapat dinyatakan dengan persamaan [3,4] q = h A T (2) dengan h adalah koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2.K), A luas penampang (m 2 ), T perbedaan suhu (K). Ada dua jenis perpindahan panas konveksi yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah, pergerakan Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 14, November 2012 :
3 fluida terjadi akibat perbedaan massa (rapat) jenis, perpindahan dikarenakan perbedaan kerapatan yang diakibatkan oleh perubahan suhu. Sedangkan pada konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi langsung diarahkan ke tujuannya oleh sebuah blower atau pompa. Di dalam perpindahan panas secara konveksi bebas, terdapat beberapa bilangan tak berdimensi penting antara lain: bilangan Prandtl (Pr), bilangan Rayleigh (Ra), bilangan Nusselt (Nu) yang dinyatakan dengan persamaan [3,4] R a, l ( T T ) 3 g β s L = (3) α υ dengan Ra adalah bilangan Rayleigh, g percepatan grafitasi (m/s 2 ), β koefisien ekspansi volume (K -1 ), L panjang efektif (m), α difusifitas termal (m 2 /s) dan ν viskositas kinematik (m 2 /s). Bilangan Rayleigh dihitung terlebih dahulu karena akan dipergunakan untuk menghitung bilangan Nusselt. Bilangan Nusselt (Nu) dinyatakan dengan persamaan [3,4] 1 6 0,387 RaL N u = 8, (4) [ 1+ ( 0,492 / P ) ] r dengan Nu: bilangan Nusseltt, R a,l bilangan Rayleigh dan Pr bilangan Prandtl. Setelah diperoleh bilangan Nusselt, maka koefisien heat transfer secara konveksi bebas (h) dapat ditentukan dengan persamaan [3,4]. h = (5) Disipasi daya listrik yang terkonversi menjadi panas di dalam transformator mengalir melalui tiga tahapan, oleh karena itu koefisien heat transfer yang digunakan untuk menentukan suhu operasi dari minyak pendingin dihitung dengan perpindahan panas yang mencakup 3 tahapan yaitu konveksi, konduksi dan konveksi. Perpindahan panas ini dapat digabungkan sehingga menggunakan koefisien perpindahan panas gabungan, dengan persamaan [3,4] U 1 = 1 x 1 h + k + (6) i h o dengan U adalah koefisien perpindahan panas gabungan (W/m 2.K), h i koefisien perpindahan panas konveksi minyak (W/m 2.K), x tebal plat casing (m) dan h 0 koefisien perpindahan panas konveksi udara luar (W/m 2.K). Kemudian, untuk menghitung suhu operasi minyak pendingin digunakan persamaan [3,4] ( T T ) q U A, 1, o = (7) 2 dengan q adalah laju perpindahan panas (W), A luas permukaan perpindahan panas (m 2 ), T, 1 suhu fluida pendingin di sisi dalam yaitu minyak trafo ( o C) dan T, o suhu fluida pendingin di sisi luar yaitu udara sekitar ( o C). Semua persamaan di atas (persamaan 1 sampai 7) bertujuan untuk menghitung suhu operasi minyak pendingin. Suhu operasi dari minyak pendingin perlu dihitung supaya suhu operasi tidak terlalu tinggi, agar karakteristik dari minyak trafo tidak berubah, karena selain berfungsi sebagai media pemindah panas, minyak trafo juga berfungsi sebagai isolator. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam desain sistem pendingin TFT dilakukan dengan menentukan konstanta-konstanta yang ada pada setiap proses perpindahan panas yang terjadi, yaitu : a. Perpindahan panas konveksi bebas pada minyak pendingin. Konstanta yang ada pada proses ini, antara lain : bilangan Rayleigh (Ra), bilangan Nusselt (Nu), bilangan Prandtl (Pr) dan koefisien perpindahan panas konveksi (h i ). b. Perpindahan panas konduksi pada dinding casing. Konstanta yang ada pada proses ini adalah koefisien perpindahan panas konduksi (k). c. Perpindahan panas konveksi bebas pada lingkungan. Konstanta yang ada pada proses ini, antara lain : bilangan Rayleigh (Ra), bilangan Nusselt (Nu), bilangan Prandtl (Pr) dan koefisien perpindahan panas konveksi (h 0 ). d. Koefisien perpindahan panas gabungan. Koefisien perpindahan panas gabungan (U) ada karena di dalam sistem pendingin TFT terdapat 2 jenis perpindahan panas pada 3 media pemindah panas. PEMBAHASAN a. Minyak transformator sebagai isolator Untuk mengetahui sifat isolasi dari minyak trafo, maka terlebih dahulu dilakukan uji isolasi minyak trafo. Uji isolasi minyak trafo STT dilakukan menggunakan oil tester merk CG Mechanical & Electrical Equipment Co.Ltd. Elektroda yang digunakan dalam pengujian isolasi minyak adalah bentuk setengah bola. Elektroda ini banyak digunakan pada pengujian isolasi bahan cair maupun udara. DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma Mukhammad Cholil, dkk 91
4 Dua elektroda setengah bola terbuat dari bahan tembaga dengan jarak antar elektroda dapat diatur. Pada ujung elektroda disuplai tegangan tinggi DC dengan skema pengujian ditunjukkan pada Gambar 1. Dengan menaikkan tegangan DC secara perlahanlahan maka tegangan dadal pada jarak tertentu dapat diamati dengan adanya loncatan listrik antara dua elektroda, bersamaan dengan hal tersebut secara otomatis alat uji ini akan memutus sumber tegangan terpasang pada elektroda. Minyak yang akan diuji dimasukkan pada bejana sampai kedua elektroda di dalam bejana terendam, kemudian dilakukan pengamatan tegangan dadal minyak dengan memberi suplai tegangan tinggi DC pada elektroda untuk berbagai variasi jarak antar elektroda. Hasil yang didapatkan untuk uji isolasi minyak trafo adalah 12,8 kv/mm. b. Minyak transformator sebagai pemindah panas. Tipe pendinginan ONAN (Oil Natural Air Natural) yang digunakan dalam TFT terbagi atas 3 jenis Gambar 1. Skema pengujian isolasi minyak trafo TFT. perpindahan panas yang dihasilkan dari disipasi panas Transformator Frekuensi Tinggi sebesar 650 Watt dan dialirkan melalui 3 media perantara, yaitu: minyak pendingin (minyak trafo), besi dan udara. Parameter pertama yang ditetapkan dalam perencanaan sistem pendingin adalah panas yang mengalir sampai ke udara luar, suhunya mendekati suhu ruangan 30 0 C. Ilustrasi perpindahan panas pada TFT ditunjukkan pada Gambar 2. Dari gambar tersebut, didapatkan 3 jenis layer, yaitu ; Layer 1 : Perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan dinding bagian dalam. Di daerah ini, panas mengalir secara konveksi bebas melalui minyak pendingin. Untuk itu dalam menentukan koefisien perpindahan panas (h) harus berdasarkan pada jenis perpindahan panas free convection. Nilai koefisien perpindahan panas konveksi (h) dipengaruhi oleh sifat-sifat phisik fluida pendingin yang ditunjukkan pada Tabel 1. Gambar 1. Ilustrasi perpindahan panas. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 14, November 2012 :
5 Perhitungan secara konveksi bebas pada minyak transformator bertujuan untuk menghitung koefisien perpindahan panas (h). Perhitungan ini dengan menghitung bilangan Rayleigh (Ra) sesuai dengan persamaan 3. Dengan memasukkan tetapan grafitasi (g) = 9,81 m/s 2, β = 0, K -1, tinggi casing (L) = 0,724 m, α = 0, m 2 /s) dan ν = 0,8 m 2 /s, maka didapatkan bilangan Rayleigh (R a,l ) = 1543,36. Bilangan Nusselt (Nu) dihitung menggunakan persamaan 4, dengan memasukkan R a,l = 1543,36, Pr = 1,97, maka didapatkan bilangan Nusselt = 100,026. Koefisien heat transfer dihitung dengan persamaan 5, yaitu dengan memasukkan Nu = 100,026, k = 0,15 W/m 2.K dan L = 0,724 m, sehingga didapatkan h i = 20, W/m 2.K. Koefisien heat transfer (h o ) pada pada media udara dapat dihitung terlebih dahulu dengan menghitung bilangan Rayleigh (R a ) sesuai dengan persamaan 3. Dengan memasukkan g = 9,81 m/s 2, β = 0, K -1, L = 0,724 m, α = 0, m 2 /s) dan ν = 0, m 2 /s, maka didapatkan bilangan Rayleigh (R a,l ) = 6, Bilangan Nusselt (Nu) dihitung menggunakan persamaan 4, dengan memasukkan R a,l = 6,19 x 10 8, Pr = 0,71, maka didapatkan bilangan Nusselt = 334,59. Koefisien heat transfer dihitung dengan persamaan 5, yaitu dengan memasukkan N u = 334,591, k = 0,0263 W/m 2.K dan tinggi casing (L) = 0,724 m, sehingga didapatkan h o = 12,154 W/m 2.K. Untuk menentukan suhu dinding casing bagian luar dan suhu minyak trafo dihitung menggunakan persamaan 7. Untuk lebih mudahnya, hasil perhitungan konstanta ini, disajikan pada Tabel 2. Hasil perhitungan koefisien perpindahan panas masing-masing, yaitu koefisien perpindahan panas minyak pendingin (h i ) dan koefisien perpindahan panas udara (h 0 ) dan koefisien perpindahan panas konduksi 60,5 W/m 2.K digunakan untuk menghitung koefisien perpindahan panas total (U) sesuai dengan persamaan 6, sehingga didapatkan harga U adalah 7,68 W/m 2. 0 C. Untuk menghitung suhu minyak pendingin, perhitungan dimulai dari luar ruangan baru kemudian ke dalam ruangan. Sehingga urutan perhitungannya adalah suhu dinding bagian luar (T s2 ), kemudian suhu dinding bagian dalam (T s1 ) dan akhirnya suhu minyak pendingin (T h ). Tabel 1. Sifat-sifat fisis fluida pendingin (casing/besi, udara dan minyak trafo) [3,4] No Besaran Satuan Besi Udara Minyak trafo (5) 1 Bilangan Prandl (P r ) - - 0,71 1,97 2 Koefisien konduksi (k) (W/m 0 C) 60,5 0,0263 0,15 3 Viskositas kinematis (ν) (m 2 /detik) - 0, , Koefisien difusi (α) (m 2 /detik) - 0, ,8 Tabel 2. Hasil perhitungan parameter sistem pendingin. No Besaran Satuan Sisi Dalam Sisi Luar (Minyak trafo) (Udara) Gabungan 1 Bilangan Rayleigh (Ra) ,36 6, Koefisien ekspansi (β) - 0,003 0, Bilangan Nusselt (Nu) - 100, ,59-4 Koefisien konveksi (h) (W/m 2 0 C) 20, ,15-5 Koefisien perpindahan panas total (U) (W/m 2 0 C) - - 7,68 6 Suhu minyak trafo 0 C ,8 7 Suhu casing bag. luar 0 C ,5 DESAIN SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR FREKUENSI TINGGI PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev/20 ma Mukhammad Cholil, dkk 93
6 Untuk setiap jenis perpindahan panas mempunyai penurunan suhu ( T), yang besarnya masing-masing adalah: perbedaan suhu minyak pendingin dan lingkungan adalah 19,5 0 C, perbedaan suhu plat dalam dan plat luar adalah 0,01 0 C dan perbedaan suhu dinding casing bagian dalam dengan minyak pendingin (T h - T s1 ) adalah 49,51 0 C. Dengan asumsi suhu udara luar (suhu udara sekitar) 32 0 C maka suhu minyak pendingin didapatkan sebesar 62,87 0 C. Suhu operasi dari minyak pendingin perlu dihitung agar suhu operasi tidak terlalu tinggi, sehingga karakteristik dari oli tidak berubah. KESIMPULAN Dari perancangan sistem pendingin Trafo frekuensi Tinggi pada MBE 300 kev/20 ma dapat disimpulkan bahwa: perhitungan di sisi dalam dengan media pendingin minyak didapatkan bilangan Rayleigh (R a,l ) 1543,365, bilangan Nusselt (Nu) 100,026 dan koefisien perpindahan panas konveksi (h i ) 20,86 W/m 2.K. perhitungan di sisi luar dengan media udara dilakukan dengan cara yang sama dan didapatkan bilangan Rayleigh (R a,l ) 6,19 x 10 8, bilangan Nusselt (Nu) 334,59 dan koefisien perpindahan panas konveksi (h 0 ) 20,86 W/m 2.K. Koefisien perpindahan panas pada bahan casing besi secara konduksi adalah 60,5 W/m 2.C. Dari koefisien perpindahan panas tersebut digunakan untuk menghitung suhu minyak pendingin dan didapatkan suhu minyak 62,87 0 C. Karena minyak trafo selain sebagai pemindah panas juga berfungsi sebagai isolator tegangan tinggi di dalam transformer maka diharapkan pada suhu ini karakter isolasinya tidak berubah. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan selesainya desain sistem pendingin Trasformator Frekuensi Tinggi pada Mesin Berkas Elektron 300 kev/20 ma, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh Tim Mesin Berkas Elektron (MBE) atas segala masukan dan saran yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA [1] DARSONO, Rancangan Dasar Mesin Berkas Elektron 300 kev/20 ma Untuk Industri Lateks Alam, Prosiding PPI Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, Edisi khusus, Yogyakarta, Juli [2] PLN, Standard Perusahaan Umum Listrik Negara 8-2:1991, Jakarta [3] J. P. HOLMAN, Perpindahan Kalor, Second Edition, International Edition [4] FRANK P. INCROPERA AND DEWITT DAVID P., Fundamentals of Heat Transfer, John Wilsey, New York, TANYA JAWAB Pramudita Anggraita Judul sebaiknya Perhitungan sistem pendinginan Kesimpulan perlu fin atau tidak? M. Cholil Terima kasih atas saran yang diberikan Di dalam perpindahan panas, salah satu hal yang sangat berperan adalah A (luas permukaan). Dengan perhitungan yang telah dilakukan, luas permukaan (A) = 2,7 m 2 sudah cukup untuk menghantarkan panas sampai pada suhu ruangan (32ºC), sehingga tidak diperlukan fin (sirip) Elin N Pada Gambar 1, apakah sebaiknya dalam bentuk blok, di dalamnya bukan rumus, tetapi kata-kata M. Cholil Terima kasih atas saran yang diberikan Reza Satria Bagaiman cara kerja sistem pendingin transformator? M. Cholil Sistem pendingin transformator ini bekerja menurut tipe pendingin ONAN (Oil Natural Air Natural) Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 14, November 2012 :
SIMULASI PENGARUH DAYA TERDISIPASI TERHADAP SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS
SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS Emy Mulyani, Suprapto, Sutadi Pusat Teknologi Akselerator Proses Bahan, BATAN ABSTRAK SISTEM PENDINGIN PADA BEJANA TEKAN MBE LATEKS. Simulasi pengaruh daya
Lebih terperinciPerpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola
Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi
Lebih terperinciRANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS
Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 RANCANGAN TRANSFORMATOR 625 VA TERISOLASI PADA TEGANGAN TINGGI 300 KV UNTUK CATU DAYA FILAMEN SUMBER ELEKTRON MBE LATEKS Sutadi, Saefurrochman, Suprapto Pusat Teknologi
Lebih terperinciGambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin
Lebih terperinciANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR
ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...
JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciPengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger
Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses
Lebih terperinciPENGANTAR PINDAH PANAS
1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)
Lebih terperinciKARAKTERISASI GULUNGAN DAN ISOLATOR TRAFO FREKUENSI TINGGI (TFT) PADA SUMBER TEGANGAN TINGGI COCKROFT WALTON MBE LATEKS
KARAKTERISASI GULUNGAN DAN ISOLATOR TRAFO FREKUENSI TINGGI (TFT) PADA SUMBER TEGANGAN TINGGI COCKROFT WALTON MBE LATEKS Elin Nuraini, Suyamto, Agus Dwiatmaja Pusat Teknologi Akslerator dan Proses Bahan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR Rikhardus Ufie * Abstract Effect of air velocity on heat transfer characteristics of
Lebih terperinciPengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciPENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK
i PENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciPerpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02
MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan
Lebih terperinciPENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI
PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat
BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENGAJARAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN MATA KULIAH PERPINDAHAN PANAS ( 7032253) Dosen : BUDI PRASOJO, S.T., M.T. LUKMAN HADIWIJAYA, S.T., M.T. PROGRAM STUDI D3 - TEKNIK MESIN ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN ALAT BERAT
Lebih terperinciPanas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving
PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI TRAFO FREKUENSI TINGGI PADA SUMBER TEGANGAN TINGGI COCKCROFT WALTON MBE LATEKS
Analisis Efisiensi Trafo Frekuensi Tinggi Pada Sumber Tegangan Tinggi Cockcroft Walton MBE Lateks (Darsono, Suyamto, Taufik) ANALISIS EFISIENSI TRAFO FREKUENSI TINGGI PADA SUMBER TEGANGAN TINGGI COCKCROFT
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar
Lebih terperinciLAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal
64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran
Lebih terperinciOPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma
OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciPengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar
JURNA TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 52 56 Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciProdi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,
Lebih terperinciP I N D A H P A N A S PENDAHULUAN
P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Termal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau (Juni Oktober 2016). 3.2 Jenis
Lebih terperinciPengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator
Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator Nur Robbi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT Haryono 193 Malang 65145 E-mail: nurrobbift@gmail.com
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan
Lebih terperinciANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS. Muntolib**) dan Rusdiyantoro*)
ANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS Muntolib**) dan Rusdiyantoro*) Abstrak Uap panas merupakan sumber utama dalam mengolah produksi, aliran pipa uap
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma
RANCANG BANGUN TRANSFORMATOR 7,2 V/200 A SEBAGAI CATU DAYA FILAMEN TABUNG TRIODA ITK 15-2 PADA GENERATOR COCKCROFT WALTON MBE LATEKS 300keV/20 ma Untung Margono dan Heri Sudarmanto -BATAN, Yogyakarta Email
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.
Lebih terperinciHEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL
HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI
PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2.1 Bagian-bagian model alat pengering Keterangan : 1. Cerobong 2. Dinding 3. Ruang pengering 4. Ruang pembakaran 5. Rak pengering 6. Jendela pengarah 7. Saluran awal 8.
Lebih terperinciIII. METODE PENDEKATAN
III. METODE PENDEKATAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Tangerang. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu mulai dari bulan Oktober
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas ke suatu tempat yang temperaturnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan
134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh
Lebih terperinciSUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB
SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRAFO NYNNAS DAN APPAR TERHADAP SUHU
ANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRAFO NYNNAS DAN APPAR TERHADAP SUHU Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana S-1 Oleh : EVITA KRISTIANAH SIHOMBING 102
Lebih terperinciANALISA ISOLATOR PIPA BOILER UNTUK MEMINIMALISIR HEAT LOSS SALURAN PERMUKAAN PIPA UAP PADA BOILER PABRIK KRUPUK YARKASIH
ANALISA ISOLATOR PIPA BOILER UNTUK MEMINIMALISIR HEAT LOSS SALURAN PERMUKAAN PIPA UAP PADA BOILER PABRIK KRUPUK YARKASIH Fashfahish Shafhal Jamil 1*, Qomaruddin 1, Hera Setiawan 2 Program Studi Teknik
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PADA SIRIP 2 DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK ANTARA SIRIP BERCELAH DENGAN SIRIP UTUH
i PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PADA SIRIP 2 DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK ANTARA SIRIP BERCELAH DENGAN SIRIP UTUH TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Lebih terperinciRANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR
RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR Heri Sudarmanto, Untung Margono -BATAN, Babarsari, Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang
BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Viskositas Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara moekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu cairan yang mudah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,
Lebih terperinciDitulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendistribusikan energi listrik tersebut. Hal ini tentunya akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan besarnya energi listrik yang dibangkitkan oleh setiap pusat pembangkit, akan diikuti tuntutan penambahan kapasitas jaringan untuk mendistribusikan energi
Lebih terperinciVERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN
VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Harto Tanujaya, Suroso dan Edwin Slamet Gunadarma Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan metode pengawetan alami yang sudah dilakukan dari zaman nenek moyang. Pengeringan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan cahaya matahari untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan
Lebih terperinciPENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS
PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS Nawawi Juhan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe *Email:
Lebih terperinciTegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif
Hasil Pengujian Tegangan Tembus : Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif ASTM D3487 Minyak Zaitun 60 60 54 Minyak kanola 27 36 30 Minyak Jagung 28 34 29 >30 Minyak Kedelai 30 48
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger
Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciANALISA UJI TRANSFORMATOR 350 V/20 A UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER
244 ISSN 0216-3128 Saefurrochman., dkk. ANALISA UJI TRANSFORMATOR 350 V/20 A UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER Saefurrochman dan Suprapto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN,
Lebih terperinciKAJIAN BAHAN ISOLATOR UNTUK TEGANGAN TINGGI MBE LATEKS
KAJIAN BAHAN ISOLATOR UNTUK TEGANGAN TINGGI MBE LATEKS Pusat Teknologi Akslerator dan Proses Bahan, PTAPB-BATAN Yogyakarta Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta 55281, Telepon ; (0274) 488435, 484436
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE PLATE P41 73TK Di PLTP LAHENDONG UNIT 2
EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE PLATE P41 73TK Di PLTP LAHENDONG UNIT 2 Harlan S. F. Egeten 1), Frans P. Sappu 2), Benny Maluegha 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi 2014 ABSTRACT One way
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN.
BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang
Lebih terperinciT P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer
Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan
Lebih terperinciKAJI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA PORTABLE COLD BOX DENGAN THERMOELEKTRIK TEC
KAJI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA PORTABLE COLD BOX DENGAN THERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono 1), Joko Sarsetiyanto 2), Gathot Dwi Winarno 3), Alichia Silfiyati 4) Program Studi
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK
ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin pendingin BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pendingin merupakan mesin yang berfungsi untuk memindahkan panas dari lingkungan bersuhu rendah ke lingkungan bersuhu tinggi. Mesin pendingin dapat dibayangkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Wire Cut adalah Suatu mesin potong dengan cara menggunakan tembaga untuk pembakaran. Tembaga tersebut dialirkan panas untuk memotong baja sehingga. Air adalah media yang berguna sebagai
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN KAJIAN KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI ALAMIAH PADA SALURAN PERSEGI EMPAT BERBELOKAN TAJAM OLEH Prof. DR. Ir. Ahmad Syuhada, M.
Lebih terperinciPENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK
PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK JENIS EXTRUDED Bambang Yunianto 1) Abstrak Komponen elektronik ataupun mikroprosessor yang menghasilkan panas umumnya dipasang pada heat sink sebagai
Lebih terperincisteady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu
Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat
Lebih terperinciPENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL
PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.
Lebih terperinciKonduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi
Konduksi Mantap 2-D Shinta Rosalia Dewi SILABUS Pendahuluan (Mekanisme perpindahan panas, konduksi, konveksi, radiasi) Pengenalan Konduksi (Hukum Fourier) Pengenalan Konduksi (Resistensi ermal) Konduksi
Lebih terperinciPENDINGIN TERMOELEKTRIK
BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA
PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA Firmansyah Burlian, M. Indaka Khoirullah Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciMAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.
MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja
Lebih terperinciKINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR
KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail
Lebih terperinciUJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR
UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR Jotho *) ABSTRAK Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu dari tiga
Lebih terperinciAnalisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks
Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciPENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA. Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi
Jurnal Dinamika, April 2016, halaman 62-73 ISSN 2087-7889 Vol. 07. No. 1 PENGARUH SUHU TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA MATERIAL YANG BERBEDA Idawati Supu, Baso Usman, Selviani Basri, Sunarmi Pogram Studi
Lebih terperinciPERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN
PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMA BERBAGAI OGAM DENGAN METODE GANDENGAN A. Tujuan Percobaan. Memahami konsep konduktivitas termal. 2. Menentukan nilai konduktivitas termal berbagai logam dengan metode
Lebih terperinciTekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi
Lebih terperinciANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)
ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL) David Oktavianus 1,Hady Gunawan 2,Hendrico 3,Farel H Napitupulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panas merupakan suatu bentuk energi yang ada di alam. Panas juga merupakan suatu energi yang sangat mudah berpindah (transfer). Transfer panas disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA
BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG EMPAT LALUAN TABUNG
i RANCANG BANGUN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG EMPAT LALUAN TABUNG SKRIPSI Skripsi Yang DiajukanUntukMelengkapi SyaratMemperolehGelarSarjanaTeknik FERRY SIANTURI NIM. 120401033
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA
PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama
Lebih terperinci