BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Analisa dengan menggunakan Theory Of Constraint (TOC) atau disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Manokwari adalah Ibu Kota Provinsi Papua Barat, Indonesia. Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perkembangan dunia konstruksi sekarang ini banyak sekali hal-hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses. dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

DAFTAR PUSTAKA. 3. Diphohusodo, Istimawan., (1996), Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1 & 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II LANDASAN TEORI. masalah mengenai cara untuk mengestimasi biaya proyek sehingga harga yang keluar

ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN YANG DISEBABKAN FAKTOR MATERIAL DI KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perusahaan industri untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Perencanaan proyek dengan metode network planning pada proyek tk model kabupaten Sragen BAB I PENDAHULUAN

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang

TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI

Analisa Antisipasi Keterlambatan Durasi Proyek Pembangunan Gedung 2 (dua) Lantai Bank CNB Pusat Surabaya BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

STUDI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDY OF DELAY IN THE COMPLETION OF CONSTRUCTION PROJECTS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: Definisi lain tentang rumah sakit, seperti dalam Undang-Undang Nomor

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Lampiran A. Data Penelitian

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PRESENTASI UJIAN TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

Owner (Pemilik Proyek)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).


BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Keterlambatan Konstruksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN WAKTU PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT 5 (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR INPRES II KOTA PADANG)

PERTEMUAN KE-7 BIAYA STANDAR : SUATU ALAT PENGENDALIAN MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan Gedung Terhadap Kinerja Waktu. Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2004, hal. 1

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Adapun pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan beberapa metode sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, penelitian-penelitian tersebut, antara lain adalah :

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari awal hingga akhir suatu proyek. Pelaksanaan proyek konstruksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penelitian menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik. menjadi karyawan pada perusahaan yang bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI. Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

THEORY OF CONSTRAINT PADA PEMBANGUNAN KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT. Laporan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan dengan biaya rendah, (keluaran) merupakan hasil keputusan manajemen,

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016.

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006) dalam Findy Kamaruzzaman (2010), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi waktu terbatas dengan alokasi sumber dana tertentu, guna mewujudkan suatu gagasan serta mendapatkan tujuan tertentu, setelah gagasan tersebut layak untuk dilaksanakan. Untuk menyelesaikan suatu proyek konsturksi, harus berpegang pada batasan tiga kendala (triple constraint). Batasan tiga kendala adalah : 1. Mutu Kinerja harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Hasil yang dikerjakan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Biaya Besarnya sesuai biaya yang dialokasikan. Dengan kata lain, pengerjaan proyek konstruksi tersebut harus efisien. 3. Waktu Sesuai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Dengan kata lain, pengerjaan proyek konstruksi tersebut harus efektif. 2.2. Permasalahan Umum Proyek Konstruksi Permasalahan yang dihadapi di dalam proses penyelenggaraan proyek konstruksi secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Masalah yang berhubungan dengan saling ketergantungan dan pengaruh yang erat antara faktor mutu, biaya, dan waktu. Penyelenggaraan konstruksi selalu ditujukan untuk menghasilkan suatu hasil uang bermutu dengan pembiayaan tidak boros, dan kesemuanya harus dapat diwujudkan dalam rentang waktu yang terbatas mengingat besarnya investasi biaya yang harus ditanamkan. b. Masalah yang sangat berhubungan dengan kegiatan koordinasi dan pengendalian untuk seluruh fungsi manajemen. Dalam pelaksanaan suatu kegiatan konstruksi melibatkan pemilik, konsultan dan kontraktor. Dalam hal ini, mereka memiliki tugas masing-masing. Koordinasi antara pemilik, konsultan dan kontraktor sangat perlu agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keinginan sebelumnya. 2.3. Keterlambatan Proyek konstruksi Dalam Findy Kamaruzzaman (2010) keterlambatan proyek dapat disebabkan dari kontraktor maupun berasal dari owner. Keterlambatan juga dapat terjadi tetapi tidak disebabkan kedua pihak tersebut. Keterlambatan proyek konstruksi berarti bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak. Penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu merupakan kekurangan dari tingkat produktivitas dan sudah barang tentu kesemuanya ini akan mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan, baik berupa pembiayaan langsung yang dibelanjakan untuk proyek proyek pemerintah, maupun berwujud pembengkakan investasi dan kerugiankerugian pada proyek proyek swasta.

Keterlambatan proyek seringkali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya, baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak. Di samping itu, kontraktor juga akan mengalami tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung. Dari sisi pemilik, keterlambatan proyek akan membawa dampak pengurangan pema-sukan karena penundaan pengoperasian fasilitasnya. Keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi apabila pengkajian jadwal proyek dilakukan dengan baik. Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan proyek. Keterlambatan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 2 jenis menurut Bramble & Callahan, 1991 (dalam Theresia Monica Sudarsono, dkk) yaitu sebagai berikut : 1. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay) Keterlambatan jenis ini merupakan keterlambatan yang terjadi diluar prediksi dan kendali siapapun. Menurut Alaghbari et al. (2007), secara umum pada kontrak mengizinkan kontraktor mendapatkan perpanjangan waktu kerja kontrak untuk penyelesaian proyek jika keterlambatan proyek itu terjadi, akan tetapi tidak untuk tambahan uang. Excusable delay sendiri terbagi menjadi 2, yaitu : Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya (Excusable Compensatory Delay) Keterlambatan proyek yang terjadi ini disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan dari pihak owner untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban dalam kontrak secara tepat. Masalah perubahan

gambar rencana, keterlambatan dalam menyetujui gambar kerja, serta pembayaran yang tertunda inilah yang menjadi salah satu contoh penyebab keterlambatan proyek dalam jenis ini. Maka dalam hal ini kontraktor berhak atas ganti rugi biaya dan perpanjangan waktu. Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu (Excusable Non Compensatory Delay) Keterlambatan proyek yang tidak layak mendapat ganti rugi merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh sebuah peristiwa yang tidak terduga dan semuanya berada diluar kendali dan kemampuan baik kontraktor maupun pemilik. Keterlambatan yang diklasifikasikan dalam jenis ini dalam kebanyakan kasus tidak akan mendapatkan kompensasi (ganti rugi), tetapi mungkin diperbolehkan menerima perpanjangan waktu (Majid, 1997). 2. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delay) Menurut Alaghbari et al. (2007), keterlambatan ini disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor, atau supplier, bukan karena kesalahan pemilik. Kontraktor mungkin berhak atas kompensasi dari subkontraktor atau supplier, tetapi tidak ada kompensasi dari pemilik. Oleh karena itu, keterlambatan yang tidak bisa dimaafkan ini mengakibatkan tidak ada tambahan uang dan tidak ada waktu tambahan yang diberikan kepada kontraktor.

Tabel 2.1. Hubungan antara Jenis Keterlambatan dengan Faktor Keterlambatan No Faktor Keterlambatan Excusable Compensatory Jenis Keterlambatan Excusable NonCompensatory Non excusable 1 Kekurangan material di lokasi proyek 2 Keterlambatan pengiriman material 3 Kerusakan material 4 Kekurangan tenaga kerja 5 Produktivitas tenaga kerja renda 6 Operator alat berat kurang terampil 7 Terjadinya kecelakaan kerj 8 Mobilisasi sumber daya yang lambat 9 Tidak tersedianya peralatan 10 Ketidaksesuaian peralatan 11 Kerusakan alat berat 12 Keterlambatan subkontraktor 13 Ketidaksesuaian metode konstruksi 14 Kesulitan pendanaan oleh kontraktor 15 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagianbagian dalam organisasi kerja kontraktor 16 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena tidak benar 17 Kegagalan pemilik mengkoordinasi penyerahan lahan 18 Perencanaan/gambar yang salah/tidak lengkap Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu 19 pelaksanaan 20 Persiapan dan persetujuan shop drawing yang lambat 21 Pengambilan keputusan yang lambat oleh pemilik Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang 22 telah selesai Keterlambatan pengadaan material yang disediakan 23 oleh pemilik 24 Keterlambatan pembayaran oleh pemilik 25 Penghentian pekerjaan oleh pemilik 26 Campur tangan pemilik yang bukan wewenangnya 27 Kondisi lapangan yang tidak sesuai dugaa 28 Akses jalan ke lokasi proyek yang sulit 29 Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir, dll 30 Adanya pemogokan buruh, demo, kerusuhan Sumber : Arditi & Patel (1989); Bramble & Callahan (1991); Kraiem & Diekmann (1987); Majid (1997); Proboyo (1999)

2.4. Theory Of Constraint 2.4.1. Pengertian Theory Of Constraint (TOC) Theory of constraintlahir sejak awal 1980-an dimana teori ini merupakan filosofi manajemen yang dikembangkan oleh Eliyahu M Goldratt. TOC menyatakan bahwa kinerja perusahaan dibatasi constraint. Teori ini mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala kedalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan kendala untuk mendukung tujuan, yaitu kemajuan pada perusahaan (continuous improvement). Tersine (1994) dalam Dendi (2012) mendefinisikan TOC sebagai suatu filosofi perbaikan terus menerus yang fokusnya pada identifikasi atas kendala untuk pencapaian tujuan perusahaan, yaitu menghasilkan uang saat ini dan di masa yang akan datang serta untuk menetapkan suatu proses perbaikan terus menerus. Dengan kata lain, TOC memusatkan perhatian pada kendala kendala atau hambatan yang dapat memperlambat proses produksi, sehingga jika hendak meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, maka manager perlu mengidentifikasi kendala kendala yang ada, mengeksploitasinya dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang dan menemukan cara mengatasi kendala tersebut. Menurut Dendi (2012) TOC adalah suatu filosofi manajemen yang membantu sebuah perusahaan dalam meningkatkan keuntungan dalam memaksimalkan proses produksinya dan meminimalisasikan semua ongkos atau biaya yang relevan seperti biaya simpan, biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya modal.

2.4.2. Macam macam Kendala Menurut Hansen dan Mowen (2000:601-602), jenis jenis kendala dapat dikelompokan sebagai berikut. Berdasarlan asalnya : 1. Kendala internal (internal constraint) adalah faktor yang membatasi perusahaan yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya keterbatasan jam mesin. Kendala internal harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan throughputsemaksimal mungkin tanpa persedian dan biaya operasional 2. Kendala eksternal (external constraint) adalah faktor faktor yang membatasi perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya permintaan pasar atau kuantitas bahan baku yang tersedia dari pemasok. Kendala eksternal yang berupa volume produk yang dapat dijual, dapat diatasi dengan menemukan pasar, meningkatkan permintaan pasar, ataupun dengan mengembangkan produk baru. Berdasarkan sifatnya : 1. Kendala mengikat (binding constraint) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang telah dimanfaatkan sepenuhnya. 2. Kendala yang tidak mengikat (loose constraint) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang terbatas yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Selain itu Kaplan dan Atkinson (2000:305) dalam Dendi (2012) menambahkan pengelompokan kendala dalam 3 bagian, yaitu : 1. Kendala sumber daya (Resource constraint)

Kendala ini dapat berupa kemampuan berupa faktor input produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan jam kerja mesin. 2. Kendal pasar (Market Source) Kendala ini yang merupakan tingkat minimal dan maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam periode perencanaan. 3. Kendala dalam keseimbangan (Balanced Constraint) Diidentifikasi sebagai produksi dalam siklus produksi. 2.4.3. Langkah langkah dalam Theory Of Constraint ( TOC ) Menurut Hansen dan Mowen (2000:827) dalam mengimplementasikan ide ide sebagai solusi dari suatu permasalahan, langkah langkah TOC sebagai berikut : 1. Identifikasi konstrain (identifying the constraint). 2. Eksploitasi konstrain (exploiting the constraint) yaitu menetukan cara atau menghilangkan atau mengelola konstrain dengan biaya yang paling rendah. 3. Menyesuaikan aktifitas pada sumber daya lain atau sember daya yang tidak berkendala. Langkah ini diupayakan untuk menyelaraskan pengguna sumber daya lain yang mendukung agar sumber daya yang berkendala dapat beroperasi secara maksimum. 4. Memaksimumkan penggunaan sumber daya yang berkendala dan berupaya mencari jalan lain dalam mengatasi kendala kendala tersebut. Jika permintaan pasar tidak terpenuhi, maka manajemen harus melakukan sesuatu yang menaikan kapasitas sumber berkendala. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan menambah jam kerja atau menambah jumlah mesin. Penambahan jam kerja ini yaitu jam kerja lembur pada sumber daya yang berkendala. Apabila yang dilemburkan adalah tenaga kerja manusia, maka biaya yang bertambah adalah gaji pekerja. Sedangkan untuk penambahan kapasitas mesin manajer harus mempertimbangkan beberapa hal sesuai kondisi atau kendala yang dihadapi. 5. Memantau proses produksi dan kembali langkah pertama, yaitu mengidentifikasi kendala baru dan diulangi sampai langkah ke lima. Jika langkah ini diabaikan, maka majemen menjadi kendala yang paling berpengaruh. Langkah kelima ini dilakukan jika ada variabel variabel yang berubah dan mempengaruhi output yang dihasilkan, sehingga operasi dapat disesuaikan untuk mendapatkan throughput maksimum.

1. Indentifikasi kendala 5. Memantau proses produksi yang sudah dibenahi dan mencari kendala baru yang muncul 2. Mengeksploitasi sumber daya yang berkendala 4. Memaksimumkan penggunaan sumber daya yang berkendala 3. Menyesuaikan aktifitas pada sumber daya yang tidak berkendala Gambar 2.1.Langkah langkah dalam TOC Sumber : Hansen dan Mowen (2000:827)

2.5. Faktor Yang Mempengaruhi kendala Pada Proyek Konstruksi Di Kabupaten Manokwari 1. Pabrik Industri Papua barat termasuk salah satu daerah yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Mungkin kurangnya perhatian dari pemerintah daerah untuk membangun dan mengembangkan daerah ini. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya pabrik industri seperti semen dan baja, yang mana ini merupakan bagian penting dalam pembangunan konstruksi gedung. 2. Material Dengan tidak adanya pabrik industri semen dan baja serta minimnya toko/ agen/ distributor perlengkapan bahan bangunan sehingga membuat banyak kontraktor untuk lebih memilih membeli atau mendatangkannya dari Jawa, seperti Jakarta dan Surabaya. Dalam pengiriman jumlah yang banyak tentu saja akan memakai via transportasi laut (kapal konteiner) dan waktu yang dibutuhkan sampai barang diantarkan ± 3 4 minggu. 3. Pendidikan dan Keahlian Menurut data profil Dinas Kehutanan Papua Barat, dikatakan Jumlah tenaga pelajar yang tercermin dari rasio guru dan murid pun masih sangat kecil. Kesenjangan ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan kondisi sumber daya manusia dibandingkan diwilayah Indonesia bagian barat. Berdasarkan hasil SP2010 usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/ sederajat sebesar 22,94 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 2,18 persen, tamat DIV/ S1

sebesar 4,15 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,25 persen. Hal ini yang menyebabkan minimnya tenaga ahli dibagian konstruksi pembangunan. 4. Alat Berat Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan dapat disimpulkan bahwa jumlah alat berat di Manokwari terbatas. 5. Pencairan Uang Menurut hasil tanya jawab penulis terhadap responden banyak yang mengatakan bahwa sistem pencairan uang proyek di Manokwari terbilang lambat. 6. Keadaan Alam (data profil Dinas Kehutanan) a. Iklim Provinsi Papua Barat terletak pada sebelah selatan equator yang mempunyai iklim tropika basah. Iklim ini cenderung panas, basah dan lembab. Musim di wilayah ini merupakan perbedaan curah hujan yang dipengaruhi oleh angin pasat tenggara yang bertiup mulai pertengahan April September, dan angin musim barat laut yang bertiup mulai Oktober Maret. b. Topografi Kondisi topografi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan hujan tropis. Ketinggian wilayah di provinsi Papua Barat bervariasi dari 0 1000 m.