BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya Kurikulum 2013 sebagai pengembangan berbagai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan gagasan, keyakinan, pesan, pandangan hidup, cita-cita, serta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. anak untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. digunakan sebagai pijakan untuk mencapai hal yang diinginkan atau hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Dengan adanya

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan senang terhadap aktivitas membaca, sehingga siswa mau melakukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT MELALUI PENDEKATAN LATIHAN PERSEPSI. Hesty Nurhayati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu. komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

Oleh Desty Junita Sitohang Dra. Rosdiana, Siregar, M.Pd. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang atau kelompok orang sebagai usaha untuk mendewasakan. negara dan bangsa, sebab pendidikan bisa meningkatkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan membaca erat kaitannya dengan proses belajar, seperti kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan motivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB 1. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh. pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

sebagai wahana sumber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. memprihatinkan. Guru dengan lancarnya menerangkan berbagai macam teori,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

(PTK Pada Siswa kelas VII SMP PGRI 15 Pracimantoro)

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang diajarkan sejak peserta didik mengikuti pendidikan formal di bangku sekolah. Membaca pada dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media tulis. Pada tataran membaca yang lebih tinggi pembaca harus mampu memahami, menilai, menyimpulkan pendapat yang dikemukakan oleh penulisnya. Membaca pada tingkat ini pembaca tidak cukup memahami apa yang tersurat, lebih dari itu ia dapat menghubungkan kemungkinan penulis berdasarkan pengalaman pembaca. Di samping itu, pengetahuan tentang teknik membaca sangat perlu dipahami oleh pembaca agar dapat memahami isi bacaan dengan sebaik-baiknya terutama dalam membaca kritis. Membaca kritis dibutuhkan untuk mengetahui sudut pandang penulis tentang sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf, dan menemukan gagasan umum dengan cepat. Membaca kritis merupakan bagian dari membaca interpretatif. Dalam membaca kritis, si pembaca harus secara teliti membaca bahan bacaannya tanpa melewatkan satu ide pokok atau gagasan utama dari tiap paragrafnya. Kemudian pembaca dituntut agar dapat memahami maksud penulis, organisasi dasar tulisan, menilai penyajian penulis, menerapkan prinsip-prinsip membaca kritis, dan prinsipprinsip penilaian bahan bacaan (Tarigan, 1982: 90). Seorang pembaca yang ideal bukanlah orang yang mampu membaca secara cepat dengan pemahaman yang rendah, bukan pula yang mampu memiliki pemahaman yang tinggi dengan kecepatan membaca yang rendah. Pembaca yang mampu membaca cepat dengan pemahaman rendah adalah pembaca yang sia-sia sebab apapun yang ia baca tidak bisa ia pahami. Nurhadi (2005: 23) mengatakan

2 bahwa Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan membaca seseorang. Sehingga pembaca yang ideal yaitu, pembaca yang mampu membaca suatu bahan bacaan dengan cepat, dan mampu memahami apa yang telah dibacanya. Seseorang yang dapat memahami suatu bacaan atau wacana, akan menemukan wujud skemata yang memberikan usulan yang memadai tentang suatu bacaan. Proses pemahaman suatu bacaan adalah menemukan konfigurasi skemata yang menawarkan uraian yang memadai tentang suatu bacaan. Sampai sekarang, konsep skema merupakan jalan yang paling memberikan harapan dari sudut wacana pada umumnya karena skemata merupakan bagian dari penyajian pengetahuan latar, luasnya pengetahuan, dan pengalaman pembaca. Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Anak-anak, setelah di sekolah, perlu sekalisekali dibawa ke perpustakaan. Anak perlu diajak dan ditunjukan cara membaca di ruangan baca di perpustakaan (Tampubolon, 2008: 229). Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan tiada hari tanpa membaca. Namun kendala yang sering muncul yaitu motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang, terlebih membaca mengenai ilmu pengetahuan. Berbeda dengan membaca majalah, tabloid, dan komik. Masalah-masalah dalam membaca terutama adalah yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan membaca, gerakan-gerakan mata, motivasi, serta minat membaca (Tampubolon, 2008: 8). Masalah besar yang dihadapi yaitu mencari cara untuk memotivasi siswa untuk gemar membaca atau minat membaca. Membaca itu sangat penting karena membaca bagaikan membuka jendela dunia. Banyak manfaat dari membaca, di antaranya yaitu dengan membaca kita mendapatkan pengetahuan, ilmu, dan wawasan baru. Tampubolon (2008: 8)

3 mengatakan Betapa pentingnya memiliki kemampuan membaca, sehubungan dengan arus informasi yang semakin deras dalam berbagai bidang kehidupan masa kini. Masyarakat sekarang sedang dilanda gelombang informasi yang sangat deras sehingga secara personal tiap orang perlu memiliki filter pemisah mana informasi yang bermanfaat dan mana yang sebaliknya. Oleh karena itu, sekolah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kecerdasan warganya melalui peningkatan budaya baca yang handal. Mengantisipasi perubahan itu diperlukan minat membaca, kecepatan membaca dan kemampuan menarik simpulan atas gagasan yang ingin disampaikan penulisnya, agar dapat lebih jauh menggunakan ilmu pengetahuan dari bacaan untuk meningkatkan kemaslahatan hidupnya. Nurhadi (2005: 25) mengatakan Ada indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya untuk membaca. Hal itu sulit untuk direalisasikan karena budaya membaca siswa masih sangat kurang. Siswa tidak dibiasakan untuk membaca dalam kesehariannya. Siswa mau membaca bila ada tugas yang mengharuskan mereka membaca dan mencari suatu jawaban. Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang kurang diminati oleh siswa. Kendala yang sering muncul dalam pembelajaran membaca di sekolah yaitu berhubungan dengan motivasi belajar siswa, motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang. Nurhadi (2005: 25) mengatakan bahwa Faktor yang melatarbelakangi kurangnya minat baca siswa adalah faktor kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang adanya kesesuaian bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Rendahnya minat baca siswa diantaranya disebabkan juga oleh faktor kurangnya latihan dan menguasai strategi membaca secara efektif. Selain itu, minat membaca siswa yang kurang juga dapat disebabkan oleh penerapan teknik pembelajaran membaca yang monoton, kurang inovatif, siswa hanya diminta untuk membaca kemudian mengisi beberapa pertanyaan. Selanjutnya siswa tidak dibiasakan untuk membaca dalam kesehariannya. Siswa tidak memahami dengan benar konsep dasar dalam membaca senyap, siswa lebih cenderung membaca

4 nyaring. Kebiasaan memvokalkan teks bacaan inilah yang menjadi kebiasaan jelek yang menyangkut kecepatan maupun pemahaman bacaan (Nurhadi, 2005: 26). Bila siswa membaca senyap, namun di dalam hati mereka tetap mendengarkan suaranya artinya mereka melakukan subvokalisasi. Tampubolon (2008: 10) menjelaskan beberapa kebiasaan membaca yang tidak efisien yaitu sebagai berikut. 1. Membaca dengan suara terdengar. 2. Membaca dengan suara seperti berbisik. 3. Membaca dengan bibir bergerak. 4. Membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan (kepala perlu bergerak, misalnya, apabila hendak berpindah dari satu kolom atau halaman ke kolom atau halaman lainnya). 5. Membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari, pensil, atau alat lainnya. 6. Membaca kata demi kata. 7. Susah mengadakan konsentrasi sewaktu membaca. 8. Cepat lupa isi bagian-bagian bacaan yang telah dibaca. 9. Tidak dapat dengan cepat menemukuan pikiran pokok dalam bacaan. 10. Tidak dapat dengan cepat menemukan informasi tertentu yang diperlukan dalam bacaan. 11. Jarang sekali (sedikit sekali waktu untuk) membaca. Kemudian, problematik yang muncul dalam kehidupan sehari-hari mengenai membaca, yaitu membaca selalu diidentikkan dengan kegiatan menghafal. Ada kecenderungan di kalangan siswa menyamakan membaca sebagai proses menghafal informasi atau rumus-rumus yang tersaji secara eksplisit dalam buku. Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Soedarso (2010: 74) yaitu Pada umumnya siswa sekolah menengah lebih banyak menghafal kalimat-kalimat atau kata-kata yang tercetak daripada berusaha memahami artinya. Apa yang diperoleh pada akhirnya adalah ingatan tak bermakna sehingga ingatan tersebut akan luntur dalam beberapa saat. Bila konsepnya menghafal, anak pasti merasa malas untuk membaca karena menghafal

5 merupakan suatu kegiatan yang sulit. Setiap siswa akan berhadapan dengan ujian, mereka terbiasa menghafal materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya. Konsep tersebut tentu sudah salah karena siswa bukan dibiasakan membaca untuk memahami dan atau mengkritisi, melainkan membaca untuk menghafal. Menghafal itu dapat terlupakan dalam jangka waktu tertentu, berbeda bila siswa memahami konsep atau materi yang telah disampaikan. Seperti dijelaskan oleh Nurhadi (2005: 29) Sebuah kesalahan besar jika membaca itu identik dengan proses mengingat bahan bacaan. Dengan memahami bahan bacaannya siswa secara otomatis akan mengingatnya. Membaca bukan saja proses mengingat, melainkan juga proses kerja mental yang melibatkan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif (Nurhadi, 2005: 29). Pembaca yang baik adalah pembaca yang tahu mengelola bahan bacaan secara kritis dan kreatif. Dalam proses membaca, siswa diharapkan menganalisis, menimbang, menilai bacaan secara kritis. Selain problematik dalam membaca yang telah dijelaskan tersebut, ada juga kendala lainnya dalam membaca yaitu minimnya pengetahuan tentang cara membaca yang efektif. Tampubolon (2008: 7) menjelaskan Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efesien dan efektif.secara teoretis, seorang siswa yang lamban dalam memahami teks-teks pada hakikatnya bukanlah pembaca yang kurang pintar, melainkan mungkin ia hanya seorang pembaca yang kurang efisien. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan menerapkan teknik dan metode mengembangkan kemampuan membaca serta mengetahui variasi teknik sesuai dengan tujuan membaca. Siswa tidak mampu berkonsentrasi membaca dalam jangka waktu yang lama pada bacaan, siswa akan merasa bosan jika harus membaca dalam jangka waktu yang cukup lama apalagi jenis bacaan yang dibacanya tidak sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Kemudian, siswa tidak terbiasa dengan cara membaca senyap. Siswa lebih menyukai cara membaca nyaring, karena mereka membutuhkan auditori untuk mengingat dan menangkap pokok-pokok bahasan yang ada dalam bahan baca.

6 Guru dapat menumbuhkan minat membaca siswa, yaitu dengan adanya rangsangan untuk membaca bagi siswa dan model pembelajaran yang inovatif dan menarik. Hal demikian tidak akan mudah untuk dilakukan, bila dalam diri siswa sudah tidak ada motivasi untuk membaca. Penggunaan teknik yang menarik dapat meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu teknik pembelajaran yang menarik sehingga siswa terpacu untuk membaca. Sebab, membaca merupakan keterampilan yang penting bagi siswa. Dari berbagai kendala yang muncul dalam membaca maupun pembelajaran membaca, seperti minat dan motivasi membaca, sarana dan prasarana membaca, hambatan-hambatan dalam membaca, konsentrasi siswa dalam membaca, dan pengetahuan siswa tentang cara membaca yang efektif. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dan hypnoteaching. Dalam pembelajaran kooperatif ini telah diwarnai dengan sistem hypnoteaching. Sehingga dipercaya dapat mengatasi berbagai kendala yang muncul tersebut. Dengan pembelajaran kooperatif yang menghendaki siswa belajar dalam kelompok-kelompok belajar, dan siswa saling membelajarkan antara satu dengan yang lainnya. Dari sistem pembelajaran kooperatif yang digunakan dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Karena proses pembelajaran tidak berpusat pada guru memberikan materi (ceramah), tapi siswa dengan kelompoknya belajar bersama dan saling memberikan pengetahuan. Sehingga akan timbul gairah untuk belajar. Selain itu, dengan pembelajaran kooperatif semua lapisan kemampuan siswa dapat berhasil dalam pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh Zubaedi (2014: 90) Siswa dengan pencapaian tinggi, sedang, dan rendah semuanya berhasil meraih pencapaian lebih baik dengan pembelajaran kooperatif. Kemudian hypnoteaching merupakan pembelajaran yang menghendaki guru untuk bersikap ramah, berpenampilan menarik, memberikan pengajaran yang menyenangkan, memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa, dan menjadi teman bagi siswa. Dengan pribadi guru yang seperti itu, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa bersama guru tersebut. Kehadiran sosok guru seperti

7 demikian akan dinantikan kehadirannya di dalam kelas. Hal ini dapat terjadi apabila guru dan siswa telah menjalin kontak rasa. Hypnoteaching yang digunakan dalam penelitian pembelajaran ini mengajak siswa untuk berlatih konsentrasi dengan cara bermain, sehingga tanpa disadari oleh siswa, mereka sedang belajar dan berlatih namun dalam kemasan permainan. Hal tersebut membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa. Selain itu, guru memberikan sugesti-sugesti positif kepada siswa, dengan berupa kisah-kisah yang dapat memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar. Pendekatan pembelajaran kooperatif yang dapat menarik minat dan motivasi belajar siswa diorientasikan dengan hypnoteaching yang dapat membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan akan dapat menanggulangi berbagai kendala yang dijelaskan diawal. Pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching ini diterapkan dalam pembelajaran membaca kritis. Mengapa harus membaca kritis? Karena pembelajaran membaca atau kegiatan membaca tidak terbatas pada kemampuan mengingat, kegiatan membaca lebih dari hal tersebut. Untuk menjadi orang yang berhasil harus dapar meningkatkan kemampuan membaca ke jenjang membaca yang lebih tinggi, yaitu membaca kritis. Terlepas dari problematik-problematik yang muncul dalam keterampilan membaca, membaca memiliki banyak manfaat bagi siswa. Ada banyak manfaat melatih keterampilan membaca terutama membaca kritis bagi siswa. Di antaranya dengan menguasai teknik membaca kritis siswa akan terbiasa untuk berpikir secara kritis dalam menerima informasi-informasi yang didapatkannya dalam bacaan. Siswa tidak serta-merta menerima/mengonfirmasi setiap data-data, fakta-fakta dan opini yang dimunculkan dalam bacaan. Siswa akan terbiasa untuk memilah informasi yang ia dapatkan dari hasil membacanya. Karena mereka membaca untuk memahami isi bacaan. Dengan melatih kemampuan membaca kritis, maka secara serentak siswa telah melatih otak untuk berpikir secara kritis, bekerja dengan data-data yang akurat, dan indera penglihatannya dilatih untuk menemukan informasi pokok dalam bacaan.

8 Selain itu, siswa dibiasakan untuk berpikir kritis, mengkritisi dan mengolah setiap informasi yang ada dalam bacaan dengan pengalaman dan pengetahuan siswa dan berusaha mencari kebenaran atas informasi-informasi tersebut. Kemampuan membaca kritis dapat diukur, yaitu dengan cara melakukan serangkaian latihan dan tes membaca. Tes tersebut yaitu membaca kritis suatu bahan baca, kemudian ada serangkaian tes tulis yang berupa tes objektif dan tes subjektif. Membaca kritis dilakukan dengan cara membaca senyap. Berdasarkan dari hasil tes kemampuan membaca dapat ditentukan kemampuan membaca tiap siswa, dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang membahas/meneliti tentang pembelajaran membaca kritis belum ada yang menggunakan teknik hypnoteaching. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai membaca kritis, sebagai berikut. 1. Upaya Penerapan Teknik Membaca Kritis dalam Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memahami Artikel Berita di Media Massa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja.(Ida Bagus Sutresna) 2. Pembelajaran Membaca Kritis Teks Editorial dengan Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas IX IPA 4 SMAN 14 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 (Sri Cahyana) Berikut dijelaskan lebih lanjut mengenai penelitian-penelitian terdahhulu yang telah dilakukan tentang membaca kritis, sebagai berikut. Peneliti Judul : Ida Bagus Sutresna : Upaya Penerapan Teknik Membaca Kritis dalam Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memahami Artikel Berita di Media Massa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja Pembahasan Hasil Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus pembelajaran. Dari dua siklus yang telah dilakukan didapatkan data rata-rata nilai yaitu, rata-rata nilai pada pratindakan 6,4 (kategori

9 cukup), tindakan I mendapatkan nilai rata-rata 6,8 (kategori cukup), tindakan II mendapatkan nilai rata-rata 7,8 (kategori hampir baik). Sedangkan nilai prestasi belajarnya pada pratindakan adalah 6,80 (kategori cukup), tindakan I prestasi belajarnya berada pada nilai 7,0 (kategori lebih dari cukup), dan tindakan II prestasi belajar siswa berada pada nilai 8,15 (kategori baik). Peningkatan nilai aktivitas dari pratindakan sampai dengan tindakan II adalah 1,4 dan prestasi belajarnya 1,30. Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini, dapat direkomendasikan kepada guru-guru bahasa Indonesia dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca kritis. Persamaan: Menggunakan media teks sebagai bahan pembelajaran membaca kritis. Kemudian melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pembelajaran membaca kritis. Kemampuan awal siswa dalam membaca kritis diperlukan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca kritis. Perbedaan: Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dari segi metode penelitan yang digunakan. Peneliti menggunakan metode true eksperimental design dengan jenis pretest-posttest control group design. Sedangkan penelitan di atas menggunakan PTK dengan dua kali siklus. Kemudian peneliti menggunakan dua metode pembelajaran yang saling bersinergi yaitu pendekatan kooperatif yang diwarnai oleh hypnoteaching. Dengan diwarnai oleh hypnoteaching, proses pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Karena dalam proses pembelajarannya selalu diwarnai dengan permainan-permainan dan terutama kepada pembawaan guru yang harus selalu ceria dalam mengajar. Kemudian menggunakan teknik membaca MURDER dan PQ4R dalam aktivitas membaca kritis siswa.

10 Peneliti Judul : Sri Cahyana : Pembelajaran Membaca Kritis Teks Editorial dengan Menggunakan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas IX IPA 4 SMAN 14 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 Pembahasan Hasil Penelitian: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan teknik SQ3R pada siswa kelas IX didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. Nilai Pretest 1 orang siswa mendapatkan nilai sangat baik yaitu 85, 1 orang siswa termasuk kategori baik dengan nilai 75 dan 70, 5 orang siswa termasuk kategori cukup dengan nilai 65, 10 orang siswa termasuk kategori cukup dengan nilai 60, tapi belum dapat melewati nilai standar kelulusan yaitu 65. Kemudian sebanyak 17 orang siswa termasuk ke dalam kategori nilai kurang yaitu 55-40, dan 1 orang siswa mendapat nilai 30 yang termasuk dalam kategori sangat kurang. Dari hasil nilai pretest tersebut hanya 8 orang siswa yang mampu melewati standar nilai kelulusan yaitu 65, sedangkan 28 orang siswa lainnya belum mampu melewati standar nilai kelulusan.\ Nilai Posttest 2 orang siswa termasuk kategori sangat baik dengan nilai 90 dan 85, 7 orang siswa termasuk kategori baik dengan perolehan nilai 75 dan 70, 11 orang siswa mendapat nilai 65 dengan kategori nilai cukup untuk melewati standar nilai kelulusan. Kemudian, 7 orang siswa mendapat nilai 60 dengan kategori nilai cukup, tapi belum dinyatakan lulus karena tidak melewati standar nilai kelulusan yaitu 65. Sedangkan sebanyak 9 orang siswa termasuk kategori kurang dengan nilai 55 dan 50. Dari hasil data posttest tersebut sebanyak 20 orang siswa dinyatakan lulus melewari standar nilai kelulusan, dan sisanya 16 orang siswa masih belum mampu untuk melewati standar nilai kelulusan. Berdasarkan penghitungan data statistik didapatkan hasil yaitu nilai t hitung = 5,399 > t tabel = 2,030 sehingga Ho ditolak, artinya dengan kepercayaan sebesar 95%

11 maka terdapat perbedaan kemampuan membaca kritis teks editorial antara sebelum dan sesudah digunakannya metode SQ3R pada siswa IX IPA 4 tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa metode SQ3R efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa kelas IX. Persamaan: Menggunakan media teks sebagai bahan pembelajaran membaca kritis. Kemudian metodologi penelitian yang digunakan sama yaitu true experimental. Mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran membaca kritis dengan melihat pada nilai pretest dan posttest siswa. Perbedaan: Menggunakan metode SQ3R, sedangkan peneliti menggunakan metode/teknik membaca MURDER dan PQ4R. Kemudian peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif yang diwarnai atau berorientasi hypnoteaching. Penerapan dua model pembelajaran tersebut dimaksudkan untuk menambah warna dalam setiap proses pembelajaran. Dengan diwarnai hypnoteaching, pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga tidak membuat siswa jenuh dan bosan selama mengikuti proses belajar mengajar. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasi masalah-masalah penelitian sebagai berikut. 1. Pembelajaran membaca di sekolah diidentikkan dengan kegiatan mengingat bahan bacaan. 2. Minat membaca siswa masih sangat kurang, terutama dalam membaca bukubuku ilmu pengetahuan. 3. Motivasi siswa untuk membaca masih sangat kurang. Kesadaran diri siswa untuk membaca/menambah pengetahuan didasarkan pada keterpaksaan. 4. Sarana dan prasarana siswa untuk membaca masih kurang mendukung, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.

12 5. Minimnya pengetahuan siswa tentang cara membaca yang efektif. 6. Konsentrasi siswa terhadap bacaan tidak mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terjadi jika siswa dihadapkan pada bacaan yang panjang. 7. Hambatan-hambatan dalam membaca masih sering terlihat pada siswa. Seperti membaca dengan bersuara, menggunakan bantuan alat untuk menunjuk bacaan, membaca dengan bergumam, dan lain-lain. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian yang telah dijelaskan, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian, sebagai berikut. 1. Bagaimana profil pembelajaran membaca kritis siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII C? 2. Bagaimana kemampuan membaca kritis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol? 3. Bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis? 4. Apakah pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa? 5. Bagaimana respons siswa terhadap pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latarbelakang dan rumusan masalah penelitian yang telah dijelaskan, penulis merumuskan beberapa tujuan dalam penelitian, sebagai berikut. 1) Mendapatkan gambaran profil kegiatan membaca kritis siswa SMP Negeri 6 Subang kelas VII C. 2) Mendapatkan gambaran proses pembelajaran dengan pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis.

13 3) Mendapatkan gambaran efektifitas pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis. 4) Mendapatkan gambaran efektivitas pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa. 5) Mendapatkan gambaran respons siswa terhadap pendekatan kooperatif berorientasi hypnoteaching dalam pembelajaran membaca kritis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal berikut. 1. Pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu menemukan atau mengembangkan model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada hypnoteaching. Model ini dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan atau informasi dalam bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. 2. Penelitian ini memiliki potensi untuk menghasilkan suatu produk akhir sebuah model pembelajaran dalam pengajaran membaca kritis yang dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas pengajaran guru. 3. Penelitian ini mempunyai dampak terhadap keanekaragaman hasil penelitian yang tindak lanjutnya akan menjadi dasar dan pembanding bagi para peneliti berikutnya. 4. Penelitian ini memiliki manfaat untuk menambah keberagaman model dan teknik mengajar guru di dalam kelas.