PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT MELALUI PENDEKATAN LATIHAN PERSEPSI. Hesty Nurhayati

Transkripsi

1 Dinamika Vol. 5, No. 4, April 2015 ISSN PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT MELALUI PENDEKATAN LATIHAN PERSEPSI SMPN 1 Kajen Kabupaten Pekalongan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca cepat siswa, mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, mengetahui perubahan kebiasaan siswa dalam membaca cepat melalui pembelajaran pendekatan latihan persepsi. Metode pengambilan data menggunakan metode tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat pengambilan data yang digunakan berupa lembar observasi, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca cepat dan peningkatan pemahaman siswa terhadap isi bacaan melalui pendekatan latihan persepsi. Kata Kunci: Metode Jigsaw, Hakikat Norma, aktivitas belajar 2015 Dinamika PENDAHULUAN Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Mengapa membaca itu penting? Tanpa membaca manusia akan buta segalanya. Buta pengetahuan maupun informasi. Sebaliknya dengan membaca pengetahuan kita akan selalu bertambah dan informasi akan selalu terakses. Kegiatan membaca dapat menciptakan lapisan penyangga yang melindungi jaringan otak. Hal ini berkaitan dengan adanya sebuah penelitian yang membuktikan bahwa dengan kegiatan membaca dapat menghindarkan seseorang dari penyakit demensia alias pikun. Demensia merupakan penyakit yang merusak jaringan otak. Dengan kegiatan membaca akan dapat mengurangi resiko terkena penyakit demensia alias pikun. (Y. Budi Artati 2008). Aktivitas membaca sebenarnya bukanlah hal yang asing bagi kita. Sejak kecil kita sudah diperkenalkan dengan kegiatan yang satu ini. Secara tidak disadari, kebiasaan membaca yang dilakukan sejak kecil diteruskan hingga dewasa. Padahal kebiasaan membaca yang demikian merupakan kebiasaan membaca yang kurang baik. Cara atau teknik membaca menjadi lambat. Membaca dengan bersuara, menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca, menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, menggunakan jari tangan untuk menunjuk kata demi kata merupakan kebiasaan yang menghambat. Mengapa demikian? Dengan kebiasaan-kebiasaan seperti diungkapkan di atas maka kecepatan membaca kita menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena orang lebih memperhatikan pengucapan daripada menangkap ide yang terkandung dalam teks wacana. Kebiasaan membaca yang tidak baik ini sebaiknya ditinggalkan, diganti dengan kebiasaan yang lebih baik yang tidak menghambat kecepatan membaca. 13

2 Kita perlu memakai satu teknik membaca yang baik agar menghasilkan kemampuan yang maksimal dalam mengakses informasi. Salah satu teknik yang kita perlukan adalah dengan membaca cepat. Kita perlu membaca cepat untuk menghadapi ledakan informasi abad ini. Apakah membaca cepat itu? Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan atau tidak kita inginkan. Dalam membaca cepat di dalamnya terkandung pemahaman yang cepat pula. Pemahaman inilah yang menjadi pangkal tolak pembahasan. Kecepatan membaca sangat bergantung pada bahan dan tujuan membaca. Kecepatan membaca harus seiring dengan kecepatan memahami bacaan. Kemampuan membaca efektif atau membaca cepat merupakan kemampuan yang sangat penting bagi siswa. Kemampuan membaca efektif merupakan bekal bagi siswa untuk mempelajari kompetensi dasar yang lain dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran yang lain. Bahkan kemampuan ini juga dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menjalani kehidupannya di tengah masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar di SMPN 1 Kajen, Kabupaten Pekalongan, kecepatan membaca dan pemahaman bacaan siswa kelas IX H masih kurang maksimal hasilnya. Ada siswa yang bisa membaca dengan cepat, ada pula yang masih lambat bahkan ada yang sangat lambat. Sebagian besar siswa masih mempunyai kebiasaan jelek dalam membaca. Kondisi siswa dalam menerima pelajaran juga belum efektif. Dikatakan belum efektif karena dalam menerima pelajaran sebagian siswa ada yang ramai sendiri, ada yang memperhatikan, ada yang berbicara dengan teman sebangku. Hal tersebut bisa terjadi karena ada rasa jenuh pada diri siswa atau penyampaian materi pelajaran yang kurang menarik. Pengajaran membaca pada umumnya cenderung berfokus pada pemahaman teks bacaan saja tanpa memperhatikan kecepatan membaca siswa. Ukuran keberhasilan membaca siswa hanya berdasarkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan saja tanpa memperhitungkan waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan kegiatan membaca. Bahkan sebagian besar siswa masih sangat lambat dalam membaca sehingga siswa memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan suatu bacaan. Berdasarkan observasi tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian di kelas kecepatan dan pemahaman siswa dalam membaca sebuah teks masih sangat kurang maksimal jika dibandingkan dengan kelas lain. Kecepatan membaca siswa kelas IX H masih dalam tingkat atau kategori lambat yaitu berkisar antara 90 sampai 200 kata per menit. Demikian pula dengan pemahaman bacaan, hanya mampu memahami teks bacaan sebesar 66,67. Melihat proses pembelajaran membaca selama ini dan kondisi yang ada penulis memandang perlu dilakukannya proses pembelajaran membaca yang tidak hanya mengajarkan siswa mampu menangkap gagasan bacaan, pengalaman, dan pendapat dalam bacaan dengan benar tetapi juga mampu meningkatkan kecepatan membacanya. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: (1) Apakah ada peningkatan kemampuan membaca (2) Apakah ada peningkatan aktivitas belajar (3) Apakah ada perubahan kebiasaan siswa melalui pembelajaran pendekatan latihan persepsi?. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan membaca cepat, mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas, mengetahui apakah ada perubahan kebiasaan siswa. 14 Dinamika Vol. 5. No. 4. (2015)

3 METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMPN I Kajen Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IX H semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 33 siswa dengan 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode dokumentasi, metode wawancara, dan metode tes yang digunakan untuk mengukur kecepatan efektif membaca siswa, dan metode observasi untuk mengetahui kebiasaan siswa pada saat kegiatan membaca cepat, dan untuk mengetahui aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: lembar observasi, dan pedoman wawancara. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan latihan persepsi dikatakan berhasil apabila siswa dapat membaca wacana dengan cepat dan dapat memahami isi bacaan yang ditujukan dalam menjawab soal-soal tes. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). 1. Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyususn soal-soal evaluasi, menyusun lembar observasi siswa dan guru, serta menyusun Lembar Kerja. 1. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menerapkan pendekatan latihan persepsi pada mata pelajaran Bahasan Indonesia pokok bahasan membaca cepat untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca 300 kata per menit. Pada awal pertemuan diawali dengan mengadakan pretest untuk mengetahui tingkat kecepatan membaca cepat siswa. 2. Pengamatan Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, observasi juga digunakan untuk mengetahui kebiasaankebiasaan yang sering dilakukan siswa ketika membaca cepat. Aktivitas-aktivitas siswa yang diamati meliputi: kerjasama siswa dengan teman, keaktifan siswa ketika proses pembelajaran, siswa bertanya kepada teman tentang materi yang belum dipahami, siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami, siswa kritis terhadadap bacaan, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai waktu yang diberikan, siswa tenang dan teratur mengikuti pelajaran, siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru, siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru, mampu menarik kesimpulan materi pelajaran. Sedangkan kebiasaan-kebiasaan siswa dalam membaca yang diamati yaitu: jarak mata kurang lebih 30cm, sikap badan tegak, membaca bacaan terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal di depan, membaca dengan vokalisasi, membaca dengan subvokalisasi, membaca dengan gerakan bibir, membaca dengan gerakan kepala, membaca dengan menunjuk baris dengan jari atau pena, membaca dengan konsentrasi tidak sempurna, membaca dengan menyangga kepala. 3. Refleksi Refleksi merupakan aktivitas yang dilakukan guru untuk melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan, yaitu dengan menganalisis hasil tes evaluasi dan lembar observasi sehingga akan diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang sudah dilakukan. Hasil 15

4 refleksi pada siklus I akan menjadi acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus selanjutnya yaitu siklus II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan latihan persepsi dapat meningkatkan kecepatan membaca siswa dan dapat merubah kebiasaan membaca siswa dalam membaca dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca cepat. Penelitian ini terselesaikan dalam dua siklus. Data hasil tes diperoleh dari evaluasi ditiap akhir siklus. Sedangkan data non tes diambil selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari aktivitas siswa, aktivitas guru, dan kebiasaan siswa dalam membaca cepat. Hasil yang diperoleh selama penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Perbandingan rata-rata kemampuan siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Perbandingan Rata-Rata Pencapaian Kemampuan Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Siklus I dan Siklus II Pencapaian Kemampuan Kemampan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Kcepatan Membaca 186,89 263,41 300,77 Pemahaman Isi Bacaan 66,67 71,82 82,42 Kecepatan Efektif Membaca 124,26 187,42 248,22 Berdasarkan tabel 1 dan grafik 1 dapat dilihat bahwa kecepatan membaca, pemahaman isi bacaan dan kecepatan efektif membaca siswa meningkat tiap siklusnya. Pada kondisi awal kecepatan membaca siswa sebesar 186,89 kpm, rata-rata pemahaman isi bacaan siswa hanya sebesar 66,67, dan kecepatan efektif membacanya sebesar 124,26. Pada siklus I, kecepatan membaca siswa meningkat menjadi 263,61 kpm, pemahaman terhadap isi bacaan meningkat menjadi 71,82 dan kecepatan efektifnya mencapai 187,42. Kecepatan membaca siswa meningkat menjadi 300,77 kpm pada siklus II, pemahaman terhadap bacaan meningkat menjadi 82,42 dan kecepatan efektif membaca meningkat menjadi 282,22 kpm. Perbandingan hasil observasi aktivitas siswa, kebiasaan membaca siswa dan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II dalam pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan latihan persepsi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Perbandingan Observasi Aktivitas Siklus I dan Siklus II Siklus I No 16 Aspek Kebiasaan Dinamika Vol. 5. No. 4. (2015) Siklus II 1. bekerjasama dengan teman 26 78, aktif ketika proses pembelajaran 20 60, ,88 3. bertanya kepada teman tentang materi yang belum dipahami 18 54, ,61 4. bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami 15 45, ,67

5 5. kritis terhadadap bacaan 16 48, ,61 6. mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai waktu yang diberikan 23 69, ,88 7. tenang dan teratur mengikuti pelajaran 25 75, memperhatikan penjelasan materi dari guru 27 81, ,91 9. mampu menjawab pertanyaan dari guru 13 39, , mampu menarik kesimpulan materi pelajaran 18 54, ,85 Rata-Rata 60,91 81,81 Berdasarkan tabel 2, rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 60,91, hal itu masih tergolong rendah, karena masih banyak siswa yang belum aktif ketika proses pembelajaran berlangsung. Kemudian meningkat pada siklus II menjadi 81,81 Tabel 3. Perbandingan Observasi Kebiasaan Membaca Siklus I dan Siklus II Siklus I No Aspek Kebiasaan Siklus II 1. Jarak Mata kurang lebih 30cm 23 69, Sikap badan tegak 21 63, Membaca bacaan terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal di depan Membaca dengan vokalisasi 12 36,36 3 9,09 5. Membaca dengan subvokalisasi 24 72, ,30 6. Membaca dengan gerakan bibir 11 33, ,15 7. Membaca dengan gerakan kepala 18 54,55 3 9,09 8. Membaca dengan menunjuk baris dengan jari atau pena Membaca dengan konsentrasi tidak sempurna 21 63, Membaca dengan menyangga kepala 5 15, Rata-Rata 51,82 36,36 Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kebiasaan buruk siswa dalam membaca cepat mulai berkurang. Pada siklus II, siswa sudah mulai meminimalisir kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa dilakukan ketika membaca. Pada siklus II meningkat menjadi 85 dan termasuk dalam kategori baik. Pada siklus II ini, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru mengalami peningkatan. Guru dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Penggunaan media pembelajaran yang digunakan secara efektif dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Suasana belajar mengajar lebih terlihat kondusif dibandingkan pada siklus I Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan pendekatan latihan persepsi dengan mengacu pada pengukuran kecepatan efektif membaca dengan latihan yang terus menerus dapat diketahui bahwa ada peningkatan kecepatan.. Peningkatan kecepatan efektif membaca tersebut berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Setelah siswa mengikuti pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan pendekatan latihan persepsi dan mengacu pada pengukuran kecepatan efektif membaca dengan latihan yang terus menerus ternyata kecepatan efektif membaca meningkat. 17

6 Pada kondisi awal rata-rata kecepatan efektif membaca siswa hanya 124,26 kpm dan termasuk dalam kategori sangat lambat. Pada pengukuran kecepatan efektif membaca siklus yang pertama, para siswa dapat mencapai rata-rata kecepatan efektif membaca sebesar 187,42 kpm, termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian Kecepatan efektif membaca siswa dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 63,16 kpm. Peningkatan kecepatan efektif membaca tersebut dapat dirinci sebagai berikut. Pada kondisi awal rata-rata 186,89 kpm, termasuk dalam kategori sangat lambat. Pada siklus I, rata-rata kecepatan membaca siswa menjadi 263,41 kpm. Kemampuan pemahaman isi bacaan pada kondisi awal rata-rata 66,67 termasuk kategori sedang. Pada siklus I rata-rata pemahaman isi bacaan siswa mencapai 71,82, termasuk kategori baik. Dengan demikian, kecepatan efektif membaca yang dimiliki siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari kondisi awal. Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus II, rata-rata kecepatan efektif membaca mencapai 248,22 kpm. Hasil ini termasuk dalam kategori tinggi atau cepat. Jika dibandingkan dengan siklus I yang mencapai rata-rata 187,42 kpm, berarti ada peningkatan sebesar 60,8 kpm atau peningkatan sebesar 32,44. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal yang hanya mencapai ratarata 124,26 kpm, maka pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 123,96 kpm atau 49,9. Peningkatan kecepatan efektif membaca dari siklus I ke siklus II dapat dirinci sebagai berikut. Kecepatan membaca pada siklus I rata-rata mencapai 263,41 kpm, termasuk kategori sedang, dan pada siklus II mencapai rata-rata 300,77 kpm, termasuk kategori cepat. Peningkatan kecepatan membaca ini terjadi karena para siswa sudah dapat mengatasi kelemahan-kelemahan siswa dalam membaca, terutama karena mereka sudah dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam membaca. Pada siklus II ini siswa sudah semakin terbiasa untuk membaca cepat karena mereka sudah sering latihan membaca cepat sehingga mereka lebih cepat daripada pada kondisi awal maupun pada siklus I. Dalam hal pemahaman isi bacaan, pada siklus I rata-rata siswa mencapai 71,82, termasuk kategori baik, sedangkan pada siklus II mencapai rata-rata 82,42. Dalam aspek pemahaman para siswa mengalami peningkatan sebesar 10,6 kpm atau sebesar 14,75. Hal ini disebabkan karena bacaan yang diberikan kepada siswa tidak terlalu sulit. Perubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran membaca cepat tampak jelas ketika siswa mendapat tugas membaca. Sebelum diadakan pengukuran kecepatan efektif membaca dengan latihan membaca cepat secara kontinyu para siswa bersikap enggan bila ditugasi membaca. Sekarang minat siswa tampak terhadap pembelajaran membaca. Begitu siswa diminta untuk membaca, mereka langsung membaca dengan sungguh-sungguh. Meskipun masih ada dua siswa yang masih enggan membaca karena belum tumbuh motivasi membaca pada diri mereka. Kebiasaan yang salah dalam membaca dari siklus I ke siklus II sedikit demi sedikit hilang. Semua siswa sudah membaca dengan jarak mata kurang dari 30cm, sikap badan tegak, dan semua siswa sudah membaca bacaan di depan. Membaca dengan vokalisasi pada saat siklus I ada 12 siswa atau sebesar 36,36. Pada siklus I menjadi 9,09. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan dari siklus I ke siklus II. Membaca dengan subvokalisasi pada siklus I sebesar 72,73, kemudian pada siklus II 30,30. Membaca dengan gerakan bibir pada siklus I sebesar pada siklus I sebesar 33,33, pada siklus II menjadi 15, Dinamika Vol. 5. No. 4. (2015)

7 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran pendekatan latihan persepsi dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat. Kebiasaan membaca siswa setelah mengikuti pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran latihan persepsi mengalami perubahan. Perubahan kebiasaan siswa dapat dilihat secara jelas saat proses pembelajaran. Para siswa kelihatan lebih serius dalam melaksanakan kegiatan membaca, dan lebih berusaha untuk mengurangi kebiasaan buruk dalam membaca. Mereka melakukan kegiatan membaca dengan baik. selalu bekerja sama dengan teman sebangkunya untuk lebih meningkatkan kemampuan membaca cepatnya. Dalam mengikuti pelajaran, siswa terlihat aktif. selalu bertanya dengan guru tentang hal yang tidak diketahuinya. DAFTAR PUSTAKA Nurhadi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Y. Budi Artati Terampil Membaca.Klaten: Intan Pariwara. Apriyanti, Tri Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Teknik Membaca Super Gaya Accelerated Learning pada Kelas II A SMP N 1 Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Semarang: Jurusan Sastra Indonesia. Soedarso Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 19