Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Muhammad Lingga Primananda 1, Masrul Syafri 2, Malinda Meinapuri 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

Gambaran Kadar Troponin T dan Creatinin Kinase Myocardial Band pada Infark Miokard Akut

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

Hubungan antara Kadar Troponin T dengan Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RS Al Islam Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

HUBUNGAN ANTARA LUAS INFARK MIOKARD BERDASARKAN HASIL EKG DENGAN KADAR TROPONIN T PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT STEMI DAN NON STEMI DI RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Informed Consent Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

Insidens Riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS. Dr. M. Djamil Padang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

PREVALENSI PASIEN INFARK MIOKARD AKUT YANG MENJADI CARDIAC ARREST DI ICU/HCU RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA ANGKA LEUKOSIT DENGAN ANGKA KEMATIAN PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT DI RSUD DR. MOEWARDI PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

HUBUNGAN JENIS SINDROM KORONER AKUT DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK FISIK PASIEN PASCA SERANGAN JANTUNG YANG DIRAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

Gambaran Profil Lipid pada Pasien Infark Miokard Akut di RSUP M. Djamil Padang Periode 1 Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN JUMLAH LEUKOSIT TERHADAP KADAR TROPONIN I PADA PASIEN INFARK MIOKARD

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

Hubungan antara Kadar Creatine Kinase-MB dengan Mortalitas Pasien Infark Miokard Akut Selama Perawatan di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar

Transkripsi:

486 Artikel Penelitian Hubungan antara Kadar Troponin T dengan Miokard yang Diukur dengan Menggunakan Metode Skoring QRS Selvester pada Pasien Infark Miokard Akut Muhammad Lingga Primananda 1, Masrul Syafri 2, Malinda Meinapuri 3 Abstrak Dalam kriteria diagnosis IMA oleh WHO salah satunya apabila ditemukan peningkatan kadar enzim jantung. Troponin T merupakan salah satu enzim jantung yang akan meningkat apabila terjadi kerusakan sel miokardium. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara kadar Troponin T dan luas infark miokard yang diukur dengan metode skoring QRS Selvester. Ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilaksanakan dari Oktober 213 sampai September 214 di Subbagian Rekam Medis RS Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat. Analisis data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan p, jika bermakna. Sampel penelitian adalah data rekam medis semua pasien dengan diagnosis IMA di RS Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat periode Juli 213 Juni 214 yang diambil dengan teknik total sampling. Penyeleksian data menghasilkan 81 data pasien dengan diagnosis IMA dan 37 data yang memiliki hasil pemeriksaan troponin T dan EKG. EKG digunakan untuk menentukan luas infark dengan menggunakan metode skoring QRS Selvester dengan hasil luas infark rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Troponin T dengan luas infark pada pasien IMA dengan nilai p =,97 (p >,). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara kadar Troponin T dan luas infark miokard. Kata kunci: troponin T, luas infark miokard, infark miokard akut, skoring QRS Selvester Abstract The one of WHO criteria for the diagnosis of AMI is the elevated levels of cardiac enzymes. Troponin T is one of cardiac enzyme that will increase if there is a myocardial cells damage. The objective of this study was to determine the correlation between troponin T level and myocardial infarction size that measured by using Selvester QRS scoring method. This research was an analytic research with cross sectional design that conducted in October 213 to September 214 in the sub-section of Medical Record of Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat hospital. Analysis of the data was using the Kolmogorov-Smirnov test to determine the correlation with p. was significant. Samples of the research were medical record data of all patients with diagnosis of AMI in the Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat hospital period July 213 - June 214 that were selected with a total sampling technique. The result of data selection was 81 patients with diagnosis of AMI and 37 data with the results of Troponin T and ECG Examination. ECG results were used to determine infarction size by using Selvester QRS scoring method with results low, medium, and high of infarction size. The results shown that there was no significant correlation between Troponin T level and myocardial infarction size with p value was.97 (p>.). The conclusion of this research is there is no correlation between Troponin T level and myocardial infarction size. Keywords: troponin T, myocardial infarction size, acute myocardial infarction, Selvester QRS scoring Affiliasi penulis: 1. Prodi Profesi Dokter 211 FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Kardiologi FK UNAND, 3. Bagian Histologi FK UNAND Korespondensi: Muhammad Lingga Primananda, Email: mlinggap@gmail.com, Telp: 83-749-149 PENDAHULUAN Infark Miokard Akut (IMA) merupakan penyebab kematian utama di dunia. Sebanyak 7.2. (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Penyakit ini adalah penyebab utama

487 kematian pada orang dewasa. Laju mortalitas 3 hari pertama pada IMA adalah 3% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai Rumah Sakit. Laju mortalitas telah menurun sebesar 3% dalam 2 dekade terakhir, 1 diantara 2 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal meninggal dalam tahun pertama setelah IMA. 1 Statistik rumah sakit di Indonesia tahun 22 dan 23 menunjukkan penyakit jantung iskemia merupakan kasus terbanyak di rawat inap maupun rawat jalan dibanding penyakitpenyakit jantung lain. Angka fatalitas kasus (Case Fatality Rate) IMA adalah yang tertinggi dibandingkan dengan penyakit jantung lain yaitu 16,6% dan 14,1% pada tahun 22 dan 23. Pada tahun 2 terdapat 16 orang meninggal dari 4.23.1 penduduk Sumatera Barat akibat penyakit jantung dan pembuluh darah setiap tahun. Sebanyak 4 orang diantaranya meninggal sebelum mendapat perawatan medis. 2 IMA adalah infark yang terjadi bila sirkulasi ke daerah jantung tersumbat dan timbul nekrosis, biasanya ditandai dengan nyeri hebat, seringkali disertai pucat, berkeringat, perubahan gelombang Q, segmen ST dan gelombang T. 3 IMA diklasifikasikan berdasar hasil rekaman elektrokardiogram menjadi dua jenis yaitu: IMA tanpa elevasi ST (Non ST Elevation Myocardial Infarction/NSTEMI) dan IMA dengan elevasi ST (ST Elevation Myocardial Infarction/STEMI) yang merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut. 1 IMA terjadi bila sirkulasi ke daerah jantung tersumbat dan timbul nekrosis. Penyakit merupakan hasil dari pecahnya plak yang diikuti dengan pembentukan sebuah trombus yang besar yang dapat menyumbat lumen arteri koroner secara parsial atau komplit sehingga menyebabkan iskemia miokardium, kerusakan dan nekrosis sel miokardium. Nekrosis terjadi karena iskemia atau kekurangan oksigen yang dalam waktu lama. Secara klinis, nekrosis miokardium dikenal dengan nama infark miokard. Nekrosis ini menghasilkan pelepasan enzm jantung (cardiac markers) yang merupakan aspek penting untuk diagnosis IMA. 4, Menurut World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Antman (2), diagnosis IMA dapat di tegakkan jika memenuhi dua dari tiga kelainan, diantaranya: 1) nyeri dada tipikal (angina) 2 menit, 2) abnormalitas EKG yang spesifik (segmen ST elevasi, gelombang Q patologis, segmen ST depresi, atau inversi gelombang T), dan 3) peningkatan kadar enzim jantung. 6 Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana pasien IMA. Enzim jantung yang merupakan petanda kerusakan jantung (cardiac markers) sebagai penunjang diagnosis yang dianjurkan adalah CKMB dan cardiac specific troponin, yaitu troponin T atau troponin I. 1 Pada 2% episode Infark Miokard Akut (IMA), kematian terjadi mendadak dalam beberapa menit setelah serangan, karena itu banyak yang tidak sampai ke rumah sakit. Mortalitas keseluruhan adalah 1-3%. Risiko kematian tergantung pada banyak faktor termasuk usia penderita, riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya, adanya penyakit lain dan luasnya infark. 7 Luas infark miokard dapat diukur dengan beberapa metode. Pemakaian metode yang paling sering digunakan sekarang adalah metode skoring QRS yang dikembangkan oleh Selvester. Metode ini menggunakan kompleks QRS yang didapat dari gambar hasil rekaman 12-lead EKG standar dengan melihat perubahan progresif komplek QRS. 8,9 Peningkatan kadar enzim troponin T sebagai parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis IMA merupakan hasil dari adanya infark pada miokarium. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kadar troponin T dengan luas infark miokard yang diukur dengan menggunakan metode skoring QRS Selvester pada pasien Infark Miokard Akut. METODE Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar troponin T dengan luas infark miokard yang diukur dengan menggunakan metode skoring QRS Selvester. Populasi penelitian ini adalah data rekam medis semua pasien dengan diagnosis IMA di RS Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat periode Juli 213 Juni 214. Sampel berjumlah 81 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Kriteria inklusi adalah data rekam medis pasien IMA yang memiliki gambar hasil rekaman EKG, data kadar troponin T, dan data diri

Jumlah Pasien Jumlah Pasien Jumlah Pasien http://jurnal.fk.unand.ac.id 488 (umur dan jenis kelamin). Kriteria eksklusi adalah pasien IMA dengan onset >12 jam, gangguan konduksi (LBBB, RBBB, LAFB), LVH, riwayat infark miokard sebelumnya, blok AV total dan data tidak lengkap. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah luas infark miokard sedangkan variabel terikat adalah kadar troponin T. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan data rekam medis di sub bagian rekam medis yang didahului dengan permohonan izin kepada rumah sakit yang bersangkutan lalu melakukan seleksi data sesuai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pengolahan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dan kejelasan data, pemberian kode pada setiap variabel, memasukkan data ke dalam program komputer dan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan. Data kemudian diolah menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan masingmasing variabel. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan derajat kemaknaan,. Bila nilai p, berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan). HASIL Sampel penelitian ini berjumlah 81 yang terbagi atas 37 yang memenuhi kriteria inklusi dan 44 sampel adalah eksklusi.kriteria inklusi terdiri dari 2 (67,7%) adalah laki-laki dan 12 (32,43%) adalah perempuan. Tabel 1. Karakteristik sampel Karakteristik Laki-laki Perempuan Rerata Usia Median Maksimum Minimum Pasien diagnosis IMA 2 (67,7) 12 (32,43) 8,49 + 11,4 6, 78, 33, Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pasien dengan diagnosis IMA lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Usia terbanyak yang mengalami IMA adalah pada usia 6 tahun atau dekade keenam dan usia rata-rata yang mengalami IMA adalah 8,49. 2 1 1 Gambar 1. Hubungan jumlah pasien dan luas infark. Gambar 1 memperlihatkan jumlah pasien diagnosis IMA paling banyak sudah mengalami infark sampai tingkat luas infark sedang dan paling sedikit adalah pada luas infark rendah. 3 2 1 Normal Meningkat Troponin T Gambar 2. Hubungan jumlah pasien dan troponin T Gambar 2 memperlihatkan jumlah pasien diagnosis IMA dengan kadar Troponin T meningkat lebih banyak daripada jumlah pasien diagnosis IMA dengan kadar Troponin T normal. 1 Gambar 3. Hubungan jumlah pasien dengan luas infark pada troponin T normal

Jumlah Pasien http://jurnal.fk.unand.ac.id 489 Gambar 4. Hubungan jumlah pasien dengan luas infark pada troponin T meningkat. Gambar 3 dan 4 memperlihatkan jumlah pasien dengan kadar troponin T normal paling banyak pada luas infark sedang dan paling sedikit pada luas infark tinggi. Sedangkan jumlah pasien dengan kadar Troponin T meningkat paling banyak pada luas infark tinggi dan paling sedikit pada luas infark rendah. Tabel 2. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Kadar Troponin T Normal Meningka Total 1 1 n % n % n % p 6 1 7 4, 4, 18,9 7 9 16 46,7 4,9 43,2 2 12 14 13,3 4, 37,8,97 Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan antara kadar Troponin T dan luas infark pada pasien IMA di RS Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat periode Juli 213 Juni 214. PEMBAHASAN Pada karakteristik sampel didapatkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak daripada penderita perempuan. Menurut sebaran umur jumlah penderita cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dengan puncak pada dekade keenam. Ada tiga faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah pada aterosklerosis koroner, yaitu: usia, jenis kelamin lakilaki dan riwayat keluarga. Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner sebagai penyebab infark mio- kard meningkat seiring bertambahnya usia. Jarang timbul penyakit serius sebelum usia 4 tahun, sedangkan dari usia 4 hingga 6 tahun, insiden infark miokard meningkat lima kali lipat. Secara keseluruhan, risiko aterosklerosis koroner lebih besar pada laki-laki daripada perempuan. Perempuan relatif lebih kebal terhadap penyakit ini sampai usia setelah menopause dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pada laki-laki. Efek hormon estrogen menjelaskan kenapa perempuan sebelum menopause lebih kebal daripada laki-laki terhadap penyakit ini. 1 Dalam penelitian ditemukan pasien diagnosis IMA dengan pemeriksaan kadar Troponin T menunjukkan terjadinya peningkatan kadar Troponin T baik yang dengan luas infark tinggi sampai yang luas infark rendah sekali pun. Hal ini berhubungan dengan pendapat Wesley (211) dalam bukunya yang menyatakan bahwa nekrosis sel-sel miokard (infark miokard) menghasilkan pelepasan enzim-enzim jantung (cardiac markers) yang merupakan aspek penting untuk diagnosis IMA. Terdeteksinya infark miokard dengan luas infark rendah juga sesuai dengan Hasan dan Tarigan (2) yang menyatakan bahwa troponin T dapat mendeteksi kerusakan sel miosit jantung yang sangat minimal (mikro infark), yang mana oleh penanda jantung yang lain, hal ini tidak ditemukan. 11 Dari penelitian diperoleh hasil tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan antara kadar Troponin T dan luas infark pada pasien IMA di RS. Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat periode Juli 213 Juni 214. Hanya saja pada kadar kadar Troponin T yang meningkat ditemukan peningkatan jumlah penderita dengan luas infark yang meningkat pula. Tidak signifikannya hasil penelitian mungkin dikarenakan adanya variasi dan rentang waktu peningkatan Troponin T saat terjadi kerusakan miokardium. Menurut Hasan dan Tarigan (2) pada sindrom koroner akut dijumpai hubungan yang bermakna antara troponin T >,1 ng/ml dengan terjadinya kerusakan otot jantung pada penderita. 11 Troponin T diperiksa dengan menggunakan reagensia Boehringer Mannheim dan meningkat bila hasil >,1 ng/ml pada data rekam medis yang didapatkan

49 memiliki nilai rujukan yang sedikit berbeda yaitu dikatakan positif bila >,3 ng/ml. Hal lain yang mungkin menjadi alasan hasil yang tidak signifikan adalah rentang waktu peningkatan troponin T yang berbeda-beda. Menurut Nawawi et al (26), kadar serum troponin T meningkat pada penderita IMA segera setelah 3 sampai 4 jam sejak serangan nyeri dada, mencapai puncak dalam 24 jam, dan menetap selama 1 sampai 2 minggu. 12 Menurut Brown (26), troponin T akan meningkat 4 sampai 6 jam setelah cidera miokardium, mencapai puncak dalam 18 sampai 24 jam dan akan menetap selama 1 hari. 1 Dari dua referensi tersebut dapat dilihat adanya perbedaan rentang waktu peningkatan dan pada referensi yang lain lagi kemungkinan dapat ditemukan patokan waktu juga, hal ini terkait adanya variasi biologis diantara setiap manusia dan perbedaan usia, jenis kelamin dan genetika yang sampai saat ini belum ada penelitian lebih lanjut mengenai faktor terhadap peningkatan kadar troponin T. KESIMPULAN Tidak terdapat hubungan antara kadar Troponin T dan luas infark pada pasien IMA di RS. Khusus Jantung YJI Cabang Utama Sumatera Barat periode Juli 213 Juni 214. DAFTAR PUSTAKA 1. Alwi I. Infark miokard akut dengan elevasi ST. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor (penyunting). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-. Jakarta: Interna Publishing; 29. hlm.1741-6. 2. Depkes RI. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 27: laporan nasional 27. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 28. 3. Dorland, Newman WA. Dorland s illustrated medical dictionary. Edisi ke-31. Elsevier Pte Ltd. Retna Neary Elseria (penterjemah). Kamus Kedokteran Dorland. Ed 31, Jakarta: EGC;21 4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit (terjemahan). Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 26.. Wesley K. Huszar s basic dysrhythmias and acute coronary syndromes. Edisi ke-4. USA: Elsevier; 211. 6. Antman E. Redefinition of myocardial infarction. Journal of the American College of Cardiology. 2;36(3):99-69. 7. Irmalita. Infark miokard. Dalam: Rilantono LI, Baraas F, Karo SK, Roebiono PS, editor (penyunting). Buku ajar kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 22. hlm.173-84. 8. Wagner GS. Evaluation of a QRS scoring system for estimating myocardial infarct size. Circulation Journal of American Health Association. 1982;6 (2):342-7. 9. Richardson K. Electrocardiographic damage scores and cardiovascular mortality. American Heart Journal. 2;149(3):48-63. 1. Brown CT. Penyakit aterosklerotik koroner. Dalam: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, editor (penyunting). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 26. hlm. 76-612. 11. Hasan H, Tarigan E. Hubungan kadar troponin-t dengan gambaran klinis penderita sindroma koroner akut. Majalah Kedokteran Nusantara. 2;38(4):286-9. 12. Nawawi RA, Fitriani, Rusli B, Hardjoeno. Nilai troponin T (Ctnt) penderita sindroma koroner akut (SKA). Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 26;12(3): 123-6.