BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka dapat diartikan bahwa bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. atau gulung tikar, sehingga mengakibatkan meningkatnya tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB II LANDASAN TEORI. Baitulmal Mall Wa At-Tamwil ( BMT ), atau disebut juga dengan Koperasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Konsep Mudharabah dalam Perbankan Syariah. 1. Pengertian Mudharabah dan Implementasinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang berada dibidang keuangan. terutama dalam memberikan biaya investasi pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Bank Syariah Pengertian Bank Syariah Muhammad (2005;13)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. syariah diragukan system operasionalnya, tetapi tidak demikian adanya bank syariah

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, terjadi pertumbuhan bank-bank yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. sebagai salah satu solusi terhadap krisis yang berkepanjangan. Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. diantara prinsip-prinsip tersebut yang paling utama adalah tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Kasmir, 2002; 23).

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), 32

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB II TINJAUAN UMUM AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN SYARIAH

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB II LANDASAN TEORI. tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang

BAB II LANDASAN TEORI. prinsip operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah Islamiah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah perekonomian. Allah SWT berfirman QS;17:9 Sesungguhnya Al Qur an ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kelahiran nya, perbankan syariah yang dilandasi dengan dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENELUSURI FATWA DSN-MUI TENTANG EKONOMI SYARI AH (Produk Penghimpunan Dana)

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan usahanya. Dengan memperhatikan pengertian perbankan yang diungkap diatas maka dapat diartikan bahwa bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (Taswan, 2006). Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang perbankan, sebagaimana telah digubah dengan Undang-Undang Nomer 6 Tahun 2009 menyebutkan pengertian bank dan bank umum sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 11

12 2.2. Bank Syariah Bank syariah terdiri dari dua kata, yaitu (a) bank, dan (b) syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak uang berkelebihan dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpangan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Penggunaan kedua kata dimaksud, menjadi Bank Syariah. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam (Zainudin Ali,2008) Bank Syariah merupakan bank yang beroprasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang beroprasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur an dan Hadits Nabi SAW. Untuk menghindari pengoprasian bank dengan system bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Bank Islam lahir di Indonesia, yang gencarnya pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dalam bentuk sebuah bank yang beroprasinya dengan system bagi hasil atau bank syari ah (Muhammad, 2004). 12

13 2.2.1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil. Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islami dan Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh pihak ketiga kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada pihak ketiga. Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil Hal Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil Penentuan besarnya hasil Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya Yang ditentukan sebelumnya Jika terjadi kerugian Bunga, besarnya nilai rupiah Ditanggung nasabah saja Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40:60, 35:65, dst Ditanggung kedua pihak, Nasabah dan Lembaga Dihitung dari mana? Dari mana yang dipinjamkan, fixed, tetap Dari untung yang bakal diperoleh, belum tentu besarnya Titik perhatian proyek/usaha Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah/pasti diterima bank Keberhasilan proyek/usaha jadi perhatian bersama: Nasabah dan Lembaga 13

14 Berapa besarnya? Pasti: (%) kali jumlah pinjaman yang telah pasti diketahui Proporsi (%) kali jumlah untung yang belum diketahui=belum diketahui Status Hukum Berlawanan dengan QS. Luqman: 34 Melaksanakan QS. Luqman: 34 Sumber: Muhammad, 2004. Dalam buku Manajemen Dana Bank Syariah. 2.2.2. Dasar Hukum Bank Syariah Bank syariah secara yuridis normative dan yuridis empiris diakui keberadaannya dinegara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normative tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, di antaranya, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang perbankan, Undang-Undang Nomer 6 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undangundang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perbankan. Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya diseluruh Ibukota provinsi dan Kabupaten di Indonesia, bahkan beberapa bank konvensional dan lembaga keuangan lainnya membuka unit usaha syariah (bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan semacamnya). 2.2.3. Pembiayaan Bank Syariah. Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah adalah pembiayaan produktif dan konsumtif. 14

15 1. Pembiayaan produktif adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (Capital Goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 2. Biaya konsumtif adalah pembiayaan untuk pemenuhan barang tertentu yang yang disertai dengan bukti kepemilikan yang sah dan digunakan sebagai barang jaminan utama (Main Collateral). Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara ah, dan al-musaqoh. Namun prinsip yang sering dipakai pada pembiayaan produktif adalah almusyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara ah dan almusaqoh dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). 1. Al-Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). a. Landasan Syariah 1) Al-Qur an 15

16 Pada surat An-Nisaa ayat 12 menyebutkan, maka mereka berserikat pada sepertiga. Dan pada surat Shaad ayat 24 menyebutkan, Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orangorang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Kedua ayat diatas menunjukan perkenaan dan pengakuan Allah akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat an-nisaa :12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena waris, sedangkan dalam surat Shaad: 24 terjadi atas akad (ikhtiyari). 2) Al-Hadits Dalam hadits al-buyu HR Abu Dawud no. 2936 dan Hakim. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw.bersabda, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya. 3) Ijma Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-mughni berkata, Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya. (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). 16

17 b. Jenis-jenis al-musyarakah Terdapat dua jenis al-musyarakah, yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal Musyarakah (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). c. Aplikasi dalam Perbankan 1) Pembiayaan Proyek Al-musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. 2) Modal Ventura Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan al-musyarakah diterapkan dalam sekema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik 17

18 secara singkat maupun bertahap (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). d. Manfaat al-musyarakah Terdapat banyak pembiayaan secara musyarakah ini, diataranya sebagai berikut: 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan mengalami negative spread. 3) Pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. 4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang real dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah berbeda dengan prinsip bungan tetap dimana bank akan menagih penerimaan, pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan 18

19 sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). e. Risiko al-musyarakah Risiko yang terdapat dalam al-musyarakah terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi, yaitu sebagai berikut: 1) Side streaming, nasabah menggunakan dana bukan seperti dalam kontrak. 2) Lalai dan kesalahan yang disengaja 3) Penyembuntian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). Secara umum, aplikasi perbankan dari al-musyarakah dapat digambarkan dalam skema berikut ini: Gambar 2.1 Skema al-musyarakah Nasabah Parsial: Asset Value Bank Syariah Parsial Pembiayaan PROYEK USAHA KEUNTUNGAN Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah) Sumber: Muhammad Syafi I Antonio, 2001. Dalam buku Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. 19

20 2. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment) Mudharabah berasal dari kata Dharb yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (Shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). a. Landasan Syariah 1) Al-Qur an Pada surat al-muzzammil ayat 20 menyebutkan, dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT. Yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari surat al- Muzammil: 20 adalah adanya kata yudhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. 20

21 Pada surat al-jumu ah ayat 10 menyebutkan, Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT. Dan surat al-baqarah ayat 198 menyebutkan, Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu. Surat al-jumu ah:10 dan al-baqarah:198 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha. 2) Al-Hadits Pada hadits HR Thabrani menyebutkan, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitranya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang bahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw dan Rasulullah pun membolehkannya. Pada hadits HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-tijarah. Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur 21

22 gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). 3) Ijma Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). b. Jenis-jenis al-mudharabah Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Mudharabah Muthlaqah Transaksi Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis 2) Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlaqah. Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). 22

23 c. Aplikasi dalam Perbankan Al-Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana al- Mudharabah diterapkan pada: 1) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya (deposito biasa). 2) Deposito special (Special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah atau ijarah saja. Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk: Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. Investasi khusus, disebut mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syaratsyarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal (Muhammad Syafi I Antonio, 2001).. d. Manfaat al-mudharabah 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan 23

24 pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang real dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah berbeda dengan prinsip bungan tetap dimana bank akan menagih penerimaan, pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi (Muhammad Syafi I Antonio, 2001).. e. Risiko al-mudharabah Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi, yaitu sebagai berikut: 1) Side streaming, nasabah menggunakan dana bukan seperti dalam kontrak. 2) Lalai dan kesalahan yang disengaja. 24

25 3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). Secara umum, aplikasi perbankan dari al-mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut ini: Gambar 2.2 Skema al-mudharabah PERJANJIAN BAGI HASIL Nasabah (Mudharib) PROYEK USAHA Keahlian/ Modal Ketrampilan 100% PROYEK USAHA Nisbah X% Nisbah Y% KEUNTUNGAN MODAL Pengambilan Modal Pokok Sumber: Muhammad Syafi I Antonio, 2001. Dalam buku Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. 25

26 Secara umum prinsip jual beli dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam perbankan. Ada tiga jenis jual beli yang telah banyak berkembang sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu bai al-murabahah, bai as-salam, dan bai al-istishna. Jual beli yang sering digunakan dalam pembiayaan perbankan adalah bai al-murabahah. Bai al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai al-murabahah, penjual harus member tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (Muhammad Syafi I Antonio, 2001). 2.3 Tingkat Margin Rata-Rata Pembiayaan Sektor Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi (seperti system hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintah dan sebagainya). Salah satu faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah sektor ekonomi. Sektor-sektor ekonomi 26

27 tersebut yaitu sektor ekonomi pertanian, sektor ekonomi pertambangan, sektor ekonomi perindustrian, sektor ekonomi jasa sosial/masyarakat, sektor ekonomi listrik, gas, dan air, sektor ekonomi konstruksi, sektor ekonomi perdagangan, restoran, dan hotel, sektor ekonomi pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi, sektor ekonomi jasa dunia usaha, dan sektor ekonomi lain-lain (Irawan dan Suparmoko, 1992). Sektor-sektor ekonomi diatas merupakan pembiayaan untuk memajukan tingkat margin rata-rata yang di biayai perbankan syariah pada sektor ekonomi. 2.4 Penelitian Terdahulu Anik Malikah Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang (UNISMA) pada jurnal penelitiannya yang berjudul, Analisis Pembiayaan Dengan Sistem Syari ah Dan Pembinaan Hubungan Kerja Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha Kecil. Jurnal tersebut membahas tentang penyaluran pembiayaan dengan system perbankan syari ah dan pembinaan hubungan kerja untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama bagi kalangan pengusaha kecil dan UMKM (usaha menengah dan kecil menengah). Berdasarkan hasil analisis dan berdasarkan pembahasan pada jurnal maka hasil penelitian Anik Malik adalah Pembiayaan dengan sistem Syari ah dan pembinaan hubungan kerja (variable independent) berpengaruh secara positif sebesar 0,638 untuk pembiayaan dengan sistem Syari ah dan 0,456 untuk pembinaan hubungan kerja terhadap pendapatan pengusaha kecil. Sedangkan untuk nilai signifikannya peneliti menggunakan uji t. Hasil perhitungannya 27

28 adalah Bila signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen atau Bila signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini pada X1 dengan nilai t uji 0,638 < 0,050, X2 dengan nilai t uji 0,456 < 0,050 artinya bahwa Pembiayaan dengan sistem Syari ah dan pembinaan hubungan kerja berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan usaha kecil menengah. Pada jurnal penelitian Sri Widyastuti dan MB. Hendri Anto dengan judul Pengaruh Volume Embiayaan, Dana Pihak Ketiga Dan Biaya Intermediasi Terhadap Marjin Laba Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. Penelitian Akhmad, dkk (2005) Menyebutkan bahwa determinan yang mendasari Net Income Margin (NIM) pada dua bank syariah murni dan dua puluh unit usaha syariah bank konmersial di Malaysia pada periode 1996-2003. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan karakteristik dari bank syariah murni dan Bank Muamalat dengan unit usaha syariah bank konvensional komersial memainkan peranan penting dalam menentukan perbedaan dalam perolehan margin bersih. Hasil pengujian unbalance panel data dari 128 observasi menunjukan bahwa Loan Loss Provision (LLP) mempengaruhi Net Income Margins (NIM) secara positif. Semakin besar pembiayaan yang diberikan oleh bank semakin aman marjin dari tekanan eksternal. Walaupun biaya operasi tinggi, risiko yang dapat diperkirakan dan risiko pasar cenderung mengurangi margin. Dan penelitian Ismet (1998) meneliti factor-aktor yang mempengaruhi marjin laba pada kelompok bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional di 28

29 Indonesia, 1992-1996 hasil penelitian menunjukan bahwa volume kredit yang diberikan, dana masyarakat dan biaya intermediasi secara serentak mempunyai pengaruh terhadap margin laba baik pada kelompok bank umum pemerintah, volume kredit dan dana masyarakat berpengaruh terhadap margin laba, sedangkan biaya intermediasi tidak. Sementara pada bank swasta nasional, ketiga variabel mempunyai pengaruh terhadap marjin. Dari penelitian yang ada pada jurnal tersebut setidaknya terdapat tiga variabel penting yang mempengaruhi margin laba, yaitu volume pembiayaan, dana pihak ketiga, serta biaya intermediasi. Meskipun sebagian dana pihak ketiga pada bank syariah adalah titipan yang tidak dimaksudkan untuk mencari pendapatan, tetapi semakin besarnya dana ini merupakan potensi untuk mendatangkan pendapatan yang akhirnya menaikan margin laba. Hasil Penelitian ini menyebutkan Volume pembiayaan tidak berpengaruh, sementara dana pihak ketiga dan biaya intermediasi berpengaruh terhadap margin laba. 2.5 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah kesimpulan yang bersifat sementara dari tinjauan pustaka yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti. Peranan bank syariah dalam segala aspeknya diharapkan akan berdampak langsung dalam peningkatan sektor riil seperti dalam sektor ekonomi. Untuk mewujudkan sektor riil dalam sektor ekonomi, bank syariah memberikan pembiayaan pada kreditor untuk pembiayaan produktif dan 29

30 pembiayaan konsumtif. Namun masih ada kreditor yang tidak menggunakan pembiayaan yang diberikan bank untuk hal-hal yang dapat mengembangkan usahanya agar tingkat margin rata-rata pembiayaan sektor ekonomi pada perbankan syariah meningkat. Banyaknya kreditor yang memilih pembiayaan konsumtif seperti pembiayaan Murabahah dibandingkan pembiayaan produktif seperti pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah membuat perbankan syariah lebih banyak menyalurkan dananya untuk pembiayaan konsumtif. Dari pembiayaanpembiayaan perbankan syariah tersebut apakah berpengaruh terhadap tingkat margin rata-rata pembiayaan sektor ekonomi. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka pengaruh pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah pada perbankan syariah terhadap tingkat margin rata-rata pembiayaan sektor ekonomi dapat dilihat dalam model penelitian berikut ini : Gambar 2.3 Bagan kerangka pemikiran Pembiayaan Perbankan Syariah Al-Mudharabah Al-Musyarakah Al-Murabahah (+) (+) (+) Tingkat Margin Rata-Rata Pembiayaan Sektor Ekonomi 30

31 2.1. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu ide untuk mencari fakta yang harus dikumpulkan. Hipotesis adalah suatu pertanyaan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Hubungan antara variable dalam penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut : H1: Terdapat pengaruh positif signifikan dari pembiayaan Mudharabah terhadap tingkat margin rata-rata pembiayaan sektor ekonomi. H2: Terdapat pengaruh positif signifikan dari pembiayaan Musyarakah terhadap tingkat margin rata-rata pembiayaan sektor ekonomi. H3: Terdapat pengaruh positif signifikan dari pembiayaan Murabahah terhadap tingkat margin rata-rata pembiayaan sektor ekonomi. 31