FAIRNESS OF THE FINANCIAL REPORT IN PT BENTOEL TBK (STUDY CONVERSION HISTORICAL COST ACCOUNTING INTO GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING) Dorlan Patiaraja Silalahi Accounting Major, Economic Faculty, Gunadarma University. 2010 Margonda Raya Street 100, Depok 16424 Abstract Financial report is important information for the management, the owner, the analysis, the banker, the creditor and the public. Information that give an activities about financial condition in period of time. For the developed country such as Indonesia has some problems related to the inflation. So, in making financial report that always use historical cost will be uncertainly or the condition of financial report become no longer relevance for the real market condition. In order to solve that problem we need some solution that can explain the real financial report that match with the condition market and evaluate it. So, we know that financial statement is fair and the different between historical and general price is not material. There are several concepts on accounting for this effect of changing prices, such as constant accounting, current cost accounting, and the combination of two methods between constant and current cost accounting. General price level accounting will do restatement of the financial report in inflation period that represent financial report historical cost and make it to be match with the purchasing power then will create financial report that relevant in inflation condition. Based on analysis result, using general price level method for financial report (balance sheet and income statement), we have the differences between financial report before converted and after converted that saying, the differences that happen still fair because the value is not material. Keywords: Historical Cost Accounting, General Price Level Accounting, Purchasing Power, Consumer Price Index, Financial Statement PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pengukuran atau measurement menurut ((Ijiri, 1967) dalam buku Teori Akuntansi, 2007) adalah suatu bahasa khusus yang menyajikan fenomena dunia nyata dengan alat angka dan hubungan antar angka yang ditemukan melalui sistem angka. Akuntansi merupakan sistem informasi yang menggunakan angka sebagai medianya. Pengukuran yang selama ini dipakai dalam akuntansi keuangan adalah metode historical cost, yang menjadi dasar penilaian adalah monetary unit, dan nilainya dianggap stabil. Kemudian, menggunakan konsep conservatisme artinya akuntansi mengutamakan nilai yang mencatat kerugian lebih dahulu daripada keuntungan. Historical cost atau harga yang terjadi dari pertukaran
perusahaan pada masa yang lalu, yang merupakan dasar utama dalam melakukan pengukuran dalam laporan keuangan dan biasanya digunakan dalam mengukur persediaan, aktiva tetap, dan asset lainnya. Dalam akuntansi inflasi dapat digunakan dua alternatif pengukuran, yaitu dapat dengan metode akuntansi saat ini atau dengan metoda tingkat harga umum. Metode akuntansi nilai saat ini mencerminkan perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat harga khusus; tingkat harga umum mencerminkan perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat harga umum. metode tingkat harga umum dinyatakan pada postulat satuan moneter yang stabil. Metode ini menyesuaikan laporan keuangan di masa inflasi dengan penyajian kembali laporan keuangan biaya historis yang dibuat sesuai dengan tingkat daya beli umum. Dengan menyajikan kembali laporan keuangan (akuntansi biaya historis) yang dibuat sesuai dengan tingkat daya beli umum, maka akan tersusun laporan keuangan yang dapat relevan dan sesuai dengan kenyataan di lapangan, khususnya pada masa inflasi. Karenanya peneliti tertarik untuk meneliti tentang kewajaran laporan keuangan Historical Cost Accounting setelah dikonversi ke dalam General Price Level Accounting (GPLA) pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk. 2. Rumusan Masalah Bagaimana kewajaran laporan keuangan PT Bentoel Internasional Investama Tbk periode 31 Desember 2009 setelah disesuaikan dengan menggunakan metode General pricelevel-accounting (GPLA)? 3. Batasan Masalah Pada penulisan ini penulis membatasi masalah analisis yaitu hanya menganalisis pengaruh akuntansi inflasi metode tingkat harga umum pada laporan keuangan PT Bentoel Internasional Investama Tbk yaitu Laporan Keuangan Neraca dan Laba Rugi periode Desember 2009 serta untuk asset tetap peneliti akan mengambil data 5 tahun kebelakang. 4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah menilai kewajaran laporan keuangan PT Bentoel Internasional Investama Tbk periode 31 Desember 2009 yang telah disesuaikan dengan menggunakan metode General price-level-accounting (GPLA). 5. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian digolongkan menjadi 2, yaitu : 1. Manfaat akademis, yaitu: sebagai referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan akuntansi inflasi ataupun memperdalam penelitian serupa. 2. Manfaat praktis, yaitu untuk sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan non-konvensional dan mengetahui kinerja keuangan yang lebih akurat.
6. Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka pemikiran Laporan Keuangan Historical cost accounting General price level accounting (GPLA) Analisa perbedaan Penilaian LANDASAN TEORI Akuntansi inflasi merupakan suatu proses akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan tingkat perubahaan harga, sehingga informasi yang dihasilkan menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Ada 2 persoalan yang dihadapi oleh akuntansi yang mendasarkan pada historical cost pada saat terjadi inflasi, yaitu : 1. Persoalan Penilaian (Valuation problem) Nilai aktiva individual (aktiva spesifik) akan berubah jika dibandingkan dengan dengan aktiva lain, meskipun daya beli uang tidak berubah. Dapat juga perubahan itu disebabkan oleh perubahan persepsi orang terhadap manfaat barang tertentu akan berubah, sehingga akan mempengaruhi nilai barang tersebut. 2. Persoalan Unit Pengukur (Measurement unit problem) Karena adanya inflasi, daya beli uang berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai tidak bersifat homogen lagi jika dikaitkan dengan waktu. Dalam penyusunan berdasarkan tingkat harga umum perlu diperhatikan pos-pos yang akan terpengaruh dengan adanya penurunan daya beli rupiah, yaitu: 1. Monetery Asset, seperti kas ditangan, surat-surat berharga, piutang dan lain-lain yang sifatnya sebagai dormant account akan mengalami penurunan daya beli secara berarti karena rekening-rekening tersebut tidak dapat lagi dinilai (di-apprisial)
2. Non monetery assets secara riil tidak mengalami penurunan daya beli, tetapi dari sudut akuntansi merupakan pos yang terkena pengaruh penurunan harga beli. 3. Assets dalam bentuk valuta asing tidak dipengaruhi oleh penurunan daya beli rupiah karena dapat dinilai dengan kurs yang terakhir. Menurut Cahyono, Yuli Tri. 2003 kemampuan untuk membedakan pos-pos moneter dan nonmoneter adalah merupakan suatu hal yang penting, karena terdapat perbedaan perlakuan yang diterapkan bagi kedua jenis pos tersebut. Monetery Items adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, utang atau kewajiban lainnya yang jumlah nilai uangnya tetap. Non Monetery Items nilai di mana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Misalnya Aktiva Tetap, bangunan, peralatan dan persediaan. Akuntansi Nilai Dolar Konstan dari Draf Eksposur FSAB menetapkan Indeks Harga Konsumen untuk seluruh Konsumen Kota (Consumer Price Index for All Urban Consumers- CPI-U), bukannya Deflator Harga Implisit PNB, sebagai indeks tingkat daya beli umum. Penetapan ini memiliki dua alasan. Pertama, CPI-U memiliki dua keunggulan praktis, dihitung lebih sering (bulanan daripada triwulan), dan tidak direvisi setelah penerbitan awalnya, dan tingkat perubahan dalam CPI-U dan deflator Harga Implisit PNB cenderung mirip dan, oleh karenanya, penggunaan CPI-U juga cenderung menghasilkan hasil yang sebanding atau fair. METODE PENELITIAN 1. Objek penelitian Objek penelitian dalam penulisan ini adalah akuntansi inflasi dengan menggunakan metode General Price Level Accounting (GPLA) dikenal sebagai Akuntansi tingkat harga umum. Unit penelitian yang digunakan berupa Laporan keuangan PT Bentoel Internasional Investama Tbk periode 2009 yang telah diaudit oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. 2. Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah Laporan keuangan perusahaan periode 31 Desember 2009 antara lain Neraca, Laporan Laba Rugi dan Catatan atas Laporan Keuangan. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data yang dipelukan, penulis menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu : 1. Penelitian Kepustakaan Penelitian dilakukan untuk mencari data sekunder atau informasi-informasi dengan mempelajari buku-buku dan artikel-artikel lain baik dari koran maupun internet yang berhubungan dengan masalah-masalah dibahas. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam hal ini studi lapangan yang dilakukan antara lain : a. Pengamatan ( Observation )
yaitu dengan cara mendatangi langsung perusahaan yang menjadi objek penelitian. b. Wawancara ( Interview ) yaitu dengan cara berdiskusi dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang yang kompeten di bidangnya.khususnya yang menjadi objek penelitian. 4. Metode Analisis Alat analisis yang digunakan, yaitu tabel yang merupakan penyajian pos pos moneter sebelum dan sesudah konversi dengan menggunakan metode tingkat harga umum (General price-level-accounting). Kolom laporan keuangan berisikan pos-pos dalam laporan keuangan yang dalam hal ini adalah pos-pos dalam Neraca dan Laporan laba rugi. Kolom sebelum penyesuaian berisikan nilai dari masing-masing pos laporan keuangan sebelum dilakukan konversi dengan indeks tingkat harga umum. Kolom faktor konversi berisikan indeks tingkat harga umum sebagai pembanding untuk menyajikan laporan keuangan yang relevan terhadap adanya perubahan nilai uang. Kolom setelah penyesuaian berisikan nilai dari masing-masing pos laporan keuangan yang telah dihitung ulang menggunakan kolom faktor konversi. PEMBAHASAN Berdasarkan keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) tanggal 13 maret 2000 tentang perubahan peraturan No. VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan, menyatakan bahwa pengertian material adalah 5% dari jumlah seluruh aktiva untuk akun-akun aktiva, 5% dari jumlah seluruh kewajiban untuk akun-akun kewajiban, 5% dari julah seluruh ekuitas untuk akun-akun ekuitas, 10% dari pendapatan untuk akun-akun laba rugi, dan 10% dari laba sebelum pajak untuk pengaruh suatu peristiwa atau transaksi seperti perubahan estimasi akuntansi. Dari perhitungan yang dilakukan terhadap laporan neraca didapat perbedaan antara besarnya asset, kewajiban dan ekuitas sebelum dilakukan konversi yaitu masing-masing sebesar Rp 4,302,659,178,165 ; Rp 2,547,293,492,353 ; Rp 1,755,365,685,812 dan setelah dilakukan konversi menjadi sebesar Rp 4,400,482,689,950 ; Rp 2,547,293,492,353 ; Rp 1,779,306,018,216. Dengan selisih masing-masing sebesar Rp 97,823,511,785 atau mengalami perubahan sebesar 2.27% untuk asset, Rp 0 untuk kewajiban, 23,940,332,404 atau mengalami perubahan sebesar 1.36% yang mengartikan tidak ada pengaruh perubahan yang material dari akun-akun di neraca. Sedangkan laporan laba rugi untuk laba sebelum pajak terdapat perbedaan sebesar 89,116,815,652 menjadi 93,874,311,910 setelah dilakukan konversi atau mengalami perubahan 5.34% yang mengartikan bahwa perubahan yang terjadi pada laba sebelum pajak tidak material terhadap nilainya.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari analisa hasil penelitian ada perbedaan antara laporan keuangan perusahaan sebelum dan sesudah dilakukan konversi akuntansi inflasi, yaitu perbedaan yang terjadi baik dari asset, kewajiban, dan ekuitas, tetapi perbedaan tersebut masih dinilai wajar karena perubahannya tidak dianggap material karena masih dibawah 5%. Begitu juga untuk laba sebelum pajak dengan selisih yang masih dibawah 10% menandakan perubahan tersebut masih dianggap wajar pula. 2. Saran Beberapa hal yang dapat disimpulkan dan masih harus mendapat perhatian adalah bahwa meskipun tingkat harga umum mempunyai arti penting secara umum untuk dimasukkan dalam kerangka akuntansi pokok, namun masih banyak kontroversi yang menyangkut relevensi penggunaan tingkat harga umum. Meskipun demikian untuk mempertimbangkan pihak ketiga penambahan keterangan pada laporan keuangan yang disesuaikan menjadi tingkat harga umum guna perbaikan penilaian kinerja manajemen perlu dipertimbangkan atau perusahaan disarankan menggunakan laporan keuangan General Price Level Accounting (setelah dikonversi), disamping laporan keuangna konvensional serta penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik.2009. Monthly Indonesia s Consumers Price Indices and Inflations. www.bps.go.id Cahyono, Yuli Tri. 2003. Pengaruh Inflasi Terhadap Pelaporan Keuangan, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.2 : 141-150 Harahap, Sofyan Safri.2007. Teori Akuntansi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Leng, Pwee. 2002. Analisis terhadap perlunya Penyesuaian Laporan Keuangan Historis, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.4, No.2 : 141 155. PT Bentoel Internasional Investama.. Hubungan Investor-Laporan Keuangan 2005-2009. www.bentoel.com Sari, Dian Indah.. 2008. Akuntansi Inflasi Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan Perusahaan. Sumatera: Universitas Sumatera Utara. Soetjipto, Kery. 2000 Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum terhadap Neraca, Laporan Laba Rugi, Laba Ditahan, dan Rasio Keuangan, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol 1, Edisi Khusus Penelitian. Susanto, Iven dan Putri, Ivonne Moniaga F. (2002), Analisa Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum Terhadap Laporan Keuangan Dan Rasio Keuangan Perusahan-Perusahaan Go Publik Yang Bergerak di Bidang Tekstil Periode Tahun 1997-1999, Universitas Kristen Petra.