BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buruknya derajat kesehatan perempuan di Indonesia di tunjukan dengan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) yang meningkat. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu. Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni, pendarahan (38%), hipertensi saat hamil atau preeklampsia (24%) dan infeksi (11%). Dimana preeklampsia dan eklampsia adalah komplikasi utama yang sering dijumpai selain pendarahan dan infeksi (Heilmann L, Rath W, Pollow K 2004). Preeklampsia pada kehamilan adalah penyakit hipertensi yang biasanya muncul setelah 20 minggu dari umur kehamilan. Bila tidak diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklampsia (Titaley CR, Dibley MJ, Roberts CL 2011). Pada preeklampsia, terdapat hipertensi dan 1
2 proteinuria dan bila terdapat tambahan kejang didalam gejala maka sudah menjadi eklampsia (Qomariyah SN, Anggondowati T. 2010). Dimana penyakit hipertensif mempersulit 5-10% kehamilan (Cunningham 2005). Dinegara maju 16% kematian ibu disebabkan oleh penyakit hipertensif. Presentase ini lebih besar dari tiga penyebab utama lain: pendarahan 13%, aborsi 8%, sepsis 2%, di Amerika Serikat sejak tahun 1991 hingga 1997,(Berg dkk.,2003) Penyebab terbesar kematian dan kesakitan ibu pada preeklampsia adalah abrasio plasenta, edema pulmonary, kegagalan ginjal dan hepar, miokardial infark, disseminated intravascular coagulation (DIC), pedarahan serebral (Gilbert & Harmon, 2005). Perubahan pada hepar perempuan yang mengalami eklampsia fatal digambarkan oleh Virchow pada tahun 1856. Dalam sebuah penelitian autopsi yang didesign dengan baik, Sheehan dan Lynch (1973) menggabarkan adanya infark hepar dalam derajat yang berbeda-beda, disertai pendarahan pada hampir separuh perempuan yang meninggal akibat eklampsia. Temuan ini sesuai dengan laporan yang telah ada pada tahun 1960-an, yang mengambarkan peningkatan kadar transaminase
3 hepar. Bersama temuan terdahulu dari Pritchard dkk., (1954), yang menguraikan tentang adanya hemolisis dan thrombositopenia pada kasus eklampsia, rangkaian hemolisis, nekrosis heptoseluler dan trombositopenia ini kemudian dinamakan Sindroma HELLP. Weinstein pada tahun 1982 menyebutnya sebagai varian preeklampsia berat yang unik dan untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari haemolysis (H), elevated liver enzymes (EL) dan low platelet counts (LP). Dimana Sindroma HELLP berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang buruk (Sibai BM 1990) Nekrosis hepatocelluler dapat di uji dengan uji fungsi hepar pada darah yang terdapat beberapa enzim hepar yang sensitif menandakan adanya abnormalitas hepar yaitu aminotransferase. Pada literatur, di jelaskan bahwa wanita dengan kehamilan preeklampsia memiliki kadar SGPT dan SGOT yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya di jelaskan bahwa wanita dengan preeklampsia memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap outcome. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melihat apakah ada hubungan yang kuat antara
4 tingginya tekanan darah pada preeklampsia berat dengan kualitas fungsi hati yang memburuk di tunjukan dengan peningkatkan kadar alanin aminotransferase (ALT atau SGPT) dan aspartat aminotransferase (AST atau SGOT) pada pasien. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan tekanan darah tinggi terhadap peningkatan kadar SGPT dan SGOT pada ibu hamil dengan Preeklampsia Berat Di RSUP Dr. Sardjito? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui adanya hubungan antara tingginya tekanan darah dengan peningkatan kadar SGPT dan SGOT pada ibu hamil dengan preeklampsia berat Di RSUP Dr. Sardjito D. Keaslian Penelitian Belum ada penelitian yang meneliti tentang hubungan tekanan darah tinggi terhadap peningkatan kadar SGPT dan SGOT pada ibu hamil dengan
5 preeklampsia berat. Peneliti hanya menemukan beberapa penelitian yang mengidentifikasi penyakit hati yang muncul pada kehamilan yang berbasis diagnosis bukan hubuungan yang berbasis hasil lab dan hasil pemeriksaan tekanan darah. Penelitian berkaitan dengan hubungan antara tekanan darah tinggi dengan kadar SGPT SGOT pada ibu preeklampsia berat perlu digali untuk membuktikan hubungan antara kedua hal tersebut. Sehingga peneliti ingin mencari hubungan tekanan darah tinggi terhadap peningkatan kadar SGPT dan SGOT pada ibu hamil dengan preeklampsia berat Di RSUP Dr. Sardjito. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat tentang hubungan antara tingginya tekanan darah pada ibu preeklampsia berat dengan peningkatan kadar SGPT dan SGOT. Penelitian ini menekankan perlunya pemeriksaan tekanan darah untuk mendeteksi peningkatan kadar SGPT SGOT darah apabila terdapat korelasi antara keduanya.
6 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi program- program kesehatan terutama yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu dengan hipertensi kehamilan (preeklampsia). Peneliti mendapatkan informasi dan wawasan tentang hipertensi saat kehamilan dan hubungannya dengan fungsi liver.