PERAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM PENGEMBANGAN CULTURAL TOURISM BERKESINAMBUNGAN. Raymond Eka Putra Santoso. Universitas Ma Chung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

KETERPADUAN KOMPONEN PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian penelitian ini membahas tentang Pengelolaan Pulau Penyu oleh

POTENSI DESA MELALUI PARIWISATA PEDESAAN

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

Untuk menjadikan suatu kawasan menjadi objek wisata yang berhasil haruslah memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Laporan Tugas Akhir Periode Ganjil 2012/2013

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan rumusan masalah yaitu penelitain yang dilakukan oleh Eriantari (2013)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) Kota Cimahi

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA. Chafid Fandeli *)

Conventional vs Sustainable Tourisms WISATA KONVENSIONAL 1. Satu tujuan: Keuntungan 2. Tak terencana 3. Berorientasi pada wisatawan 4. Kontrol oleh pi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem CBT (Community Based Tourism) terhadap kondisi berdaya

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

ABSTRAK STRATEGI PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA GUNA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

PERAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN OBJEK WISATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

PERUBAHAN NILAI RUANG KAWASAN WISATA BOROBUDUR

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Namun demikian tonggak-tonggak sejarah dalam pariwisata sebagai fenomena

Nilai Ruang Kawasan Wisata Borobudur

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMBERDAYA ALAM PARIWIASTA

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan

KONSEP DASAR EKOWISATA PWK-UIGM

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara dan daerah tersebut. Pengembangan pariwisata mulai di

8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

6 PERENCANAAN INTERPRETASI BERBASIS KONSERVASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

LAPORAN HASIL PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara yang sedang berkembang adalah pariwisata 1. termasuk salah satu negara berkembang yang berprospek cerah dan patut

BAB I PENDAHULUAN. andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai Negara. Indonesia

SOSIALISASI SUBAK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA KEPADA SISWA SMU DI KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

Darsiharjo dan Ghoitsa Rohmah Nurazizah : Konsep Resort yang Berkelanjutan (Kasus Resort di Indonesia)

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

Transkripsi:

PERAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM PENGEMBANGAN CULTURAL TOURISM BERKESINAMBUNGAN Raymond Eka Putra Santoso Universitas Ma Chung Abstract : Community based cultural tourism is one of the efforts of local cultural development through the tourism sector, which not only presents the beauty, but also to contribute to the conservation of the environment, and society as a main controller in its development. Still has many problems, both from the environmental aspects, aspects of management, to aspects of human resources, so undeveloped tourist activity. Therefore, we need a study to analyze the potential of community-based ecotourism development to achieve these objectives, an analysis on all aspects, namely the analysis of the object aspects and attractions, social aspects, aspects of management, to aspects of the implementation of community empowerment. Required the cooperation of the various parties rather activities of local cultural development through tourism sector can work well and be sustainable for the future. Keyword : Community Based Tourism, Cultural Tourism, Community Development. Abstrak: Wisata budaya berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan budaya lokal melalui sektor pariwisata, yang tidak hanya menyajikan keindahan, tetapi juga untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam perkembangannya. Masih memiliki banyak masalah, baik dari aspek lingkungan, aspek manajemen, aspek sumber daya manusia, aktivitas wisata sehingga berkembang. Oleh karena itu, kita perlu studi untuk menganalisis potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut, analisis pada semua aspek, yaitu analisis aspek objek dan atraksi, aspek sosial, aspek manajemen, aspek pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak dan bukan kegiatan pengembangan budaya lokal melalui sektor pariwisata dapat bekerja dengan baik dan berkelanjutan untuk masa depan. Kata Kunci : Pariwisata Berbasis Komunitas, Wisata Budaya, Pengembangan Komunitas.

PENDAHULUAN Community Based Tourism ( CBT ) yaitu konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal, dimana masyarakat turut andil dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemberian suara berupa keputusan dalam pembangunannya. Ada 3 kegiatan pariwisata yang dapat mendukung konsep CBT yaitu penjelajahan ( adventure travel ), wisata budaya (cultural tourism ), dan ekowisata ( ecotourism ). Pariwisata mulai dilirik sebagai salah satu sektor yang sangat menjanjikan bagi per-kembangan wilayah di skala global. Seiring dengan perkembangannya, muncul konsep pariwisata berbasis masyarakat, yaitu wisata yang menyuguhkan segala sumber daya wilayah yang masih alami, yang tidak hanya mengembangkan aspek lingkungan dalam hal konservasi saja, namun juga memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar, sebagai salah satu upaya pengembangan pedesaan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, dimana masyarakat di kawasan tersebut merupakan pemegang kendali utama.tantangan yang dihadapi umat manusia dewasa ini adalah perubahan peradaban yang terjadi dalam waktu cepat, dengan skala besar dan secara substansi mendasar, kepariwisataan sebagai salah satu kegiatan pembangunan diupayakan dapat sejalan dengan konsep dan prinsip pembangunan berkelanjutan, perlu menerapkan kaidah-kaidah sebagai berikut: Pengembangan pariwisata berorientasi jangka panjang dan menyeluruh tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek dan daya tarik wisata yang memberikan manfaat secara adil bagi semua kalangan. Pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Pemanfaatan sumber daya pariwisata yang memperhitungkan proses pelestariannya. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Community Based Tourism Menurut Garrod ( 2001: 4 ), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip- prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencaan yang partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara

pembangunan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan ekowisata. Salah satu bentuk perencaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism ( CBT ) sebagai pendekatan pembangunan. Nicole Hausler ( 2000 ), mengemukakan gagasan tentang definisi dari Community Based Tourism ( CBT ) yaitu: Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha- usaha pariwisata juga mendapat keuntungan. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada communitas yang kurang beruntung di pedesaan. Community Based Tourism bukan hanya sebagai sebuah harapan bagi negaranegara di Dunia melainkan juga sebagai sebuah peluang, terdapat ciri- ciri unik yang dikemukakan oleh Nasikun ( 2001 ) yaitu: Oleh karena karakternya yang lebih mudah diorganisasi di dalam skala yang kecil, jenis pariwisata ini pada dasarnya merupakan suatu jenis pariwisata yang bersahabat dengan lingkungan, secara ekologis aman dan tidak menimbulkan banyak dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional yang berskala massif. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan obyek- obyek dan atraksi- atraksi wisata berskala kecil, oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas- komunitas dan pengusaha- pengusaha lokal, menimbulkan dampak sosial- kultural yang minimal, dan dengan demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima oleh masyarakat. Berkaitan sangat erat dan sebagai konsekuensi dari keduanya, lebih dari pariwisata konvensional yang bersifat massif, pariwisata alternatif yang berbasis komunitas memberikan peluang yang lebih besar bagi partisipasi komunitas lokal untuk melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan dan di dalam menikmati keuntungan perkembangan industri pariwisata, maka dari itu lebih memberdayakan masyarakat.

Last but not least, pariwisata alternatif berbasis komunitas tidak hanya memberikan tekanan pada pentingnya keberlanjutan kultural (cultural sustainability), akan tetapi secara aktif bahkan berupaya membangkitkan penghormatan para wisatawan pada kebudayaan lokal, antara lain melalui pendidikan dan pengembangan organisasi wisatawan. Terdapat beberapa prinsip dasar CBT yang disampaikan Suansri (20003: 12) dalam gagasannya yaitu: Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri pariwisata. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek. Mengembangkan kebanggaan komunitas. Mengembangkan kualitas hidup komunitas. Menjamin keberlanjutan lingkungan. Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal. Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas. Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia. Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas. Berperan dalam menentukan presentase pendapatan ( pendistribusian pendapatan ) dalam proyek yang ada di komunitas. Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin. Meski dalam prinsip yang disampaikan secara eksplisit, Suansri lebih memfokuskan pada kepentingan masyarakat lokal, tetapi ide utama yang disampaikan Suansri dalam prinsip dasar tersebut adalah hubungan yang seimbang antara wisatawan dan masyarakat lokal dalam industri pariwisata. Keseimbangan yang dimaksud antara lain dalam hal status kepemilikan komunitas, pembagian keuntungan yang adil, hubungan sosial budaya yang didasari sikap saling menghargai, dan upaya bersama untuk menjaga lingkungan. Cultural Tourism Pengertian pariwisata budaya menurut Geriya (1995 : 103) adalah salah satu jenis pariwisata yang mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya tarik yang paling dominan serta sekaligus memberikan identitas bagi pengembangan pariwisata tersebut. Dalam kegiatan pariwisata terdapat 10 elemen budaya yang menjadi daya tarik

wisata yakni : kerajinan, tradisi, sejarah dari suatu tempat, arsitektur, makanan tradisional, seni dan music, cara hidup masyarakat, agama, bahasa, pakaian tradisional. Pariwisata budaya merupakan aktivitas yang memungkinkan wisatawan untuk mengetahui dan memperoleh pengalaman tentang perbedaan cara hidup orang lain, merefleksikan adat dan isitadatnya, tradisi religiusnya dan ide-ide intelektual yang terkandung dalam warisan budaya yang belum dikenalnya (Bornley, 1996 : 181). Mengacu pada daya tariksumberdaya budaya, peluang keberhasilan kesenian tradisional dimungkinkan menjadi salahsatu atraksi wisata budaya (Fridgen, 1991; Gunn, 1998) dengan mempertimbangkan: Interpretasi makna dan simbol yang terkandung dalam kesenian tradisional denganmempertahankan otentisitas yang menjadi dasar suatu atraksi menjadi unik. Pengemasan ( packaging ) yang didesain sedemikian rupa mengacu pada upayapelestarian norma dan nilai kesenian tradisional di masyarakat setempat. Diversivikasi produk kesenian tradisional dimungkinkan untuk dikemas denganpengemasan komponen budaya lainnya atau dengan produk wisata budaya lainnya. METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti caracara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. (Sugiyino, 2012: 3) Wardiyanta, (2010: 1) menyampaikan hal serupa mengenai metodologi, yakni kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis, mengerjakan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian metodologi penelitian adalah cara

dan prosedur ilmiah yang diterapkan untuk melaksanakan penelitian, mulai dari menentukan variabel, menentukan populasi, menentukan sampel, mengumpulkan data, mengolah data, dan menyusunnya dalam laporan tertulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (Descriptive Research). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atau suatu fenomena sosial atau alam secara secara sistematis, faktual dan akurat (Wardiyanta, 2010: 5). Kemudian pendapat serupa menurut Zuriah, (2009: 47) mengenai penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kombinasi (mixed methods) dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filasafat pragmatisme (kombinasi positivisme dan postpositivisme) digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah maupun buatan seperti laboratorium dimana peneliti bisa sebagai instrumen dan menggunakan instrument untuk pengukuran, teknik pengumpulan data dapat menggunakan tes, kuesioner dan tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif (kualitatif), dan deduktif (kuantitatif) serta hasil penelitian kombinasi bisa untuk memahami makna dari dan membuat generalisasi. (Sugiyono, 2012: 17-18). Metode kombinasi model atau desain yang digunakan adalah sequential explanatory (urutan pembuktian) yang berarti metode kombinasi yang menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan, dimana pada tahap pertama penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan pada tahap kedua dilakukan dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif berperan untuk memperoleh data kuantitatif yang terukur dan bersifat deskriptif, komparatif, dan asosiatif sedangakan metode kualitatif berperan untuk membuktikan, memperdalam, memperluas memperlemah dan menggurkan data kuantitatif yang telah diperoleh pada tahap awal. (Sugiyono, 2012: 499) HASIL DAN PEMBAHASAN

Idealnya, keberhasilan pariwisata (Syamsu:2001) dimaknai oleh terpenuhinya: (1) Faktor kelangkaan (Scarcity) yakni sifat dari objek wisata tidak dapat dijumpai di tempat lain, baik secara alami maupun buatan. (2) Faktor kealamiahan (Naturalism) yakni sifat dari objek wisata yang belum tersentuh oleh perubahan akibat perilaku manusia, seperti warisan budaya. (3) Faktor Keunikan (Uniqueness) yakni sifat objek wisata yang memiliki keunggulan dibanding dengan objek lain di sekitarnya.(4) Faktor pemberdayaan masyarakat (Community empowerment), dimana masyarakat lokal diberdayakan untuk pengembangan objek wisata di daerahnya, sehingga memiliki rasa memiliki rasa bangga dan identitas diri yang kuat untuk menumbuhkan keramahtamahan kepada wisatawan.(5) Faktor Optimalisasi lahan (Area optimalsation) yakni memaksimalkan kawasan wisata sesuai dengan mekanisme pasar (permintaan dan penawaran) tanpa melupakan pertimbangan konservasi, preservasi, dan proteksi lingkungan.(6) Faktor Pemerataan (equality) dimana terdapat pembagian porsi manfaat terbesar bagi masyarakat yang kurang beruntung agar terciptnya pemerataan kesejahteraan juga ditunjang dengan adanya ketertiban dalam proses pemerataan tersebut. Dengan berjalannya pembangunan sektor kepariwisataan berbasis pemberdayaan masyarakat, berarti pariwisata berkelanjutan telah berjalan dan membantu meningkatkan pendapatan, pekerjaan, dan konservasi ekosistem setempat. Keberhasilan community based tourism dalam memberikan kesan khusus kepada wisatawan sekaligus meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sekitar hanya bisa dicapai dengan dukungan penuh dan kerjasama antara pemerintah, pihak luar baik investor maupun lembaga pendampingan masyarakat, dan komunitas lokal. KESIMPULAN DAN SARAN Pendekatan Community Based Tourism sangat berpengaruh dan membantu di dalam pengembangan komunitas kebudayaan lokal. Penerapan Community Based Tourism dapat dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Community Based Tourism membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah sekitar. DAFTAR PUSTAKA Adams, W.M. (2006), The Future of Sustainability Re-thinking

Environment and Development in the Twenty-first Century. Report of the IUCN Renowned Thinkers Meeting. The World Conservation Union. www.iucn.org Antariksa, Basuki.2011. Peluang dan Tantangan Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia. makalah Sosialisasi dan Gerakan Sadar Wisata. Solok: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata Hill, Jennifer dan Gale, Tim (Eds.). 2009. Ecotourism and Environmental Sustainability: Principles and Practice. Burlington: Ashgate. NASIKUN. 2001. Bahan Kuliah ; Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. Magister Administrasi Publik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Syamsu, Y. (2001), Penerapan Etika Perencanaan pada Kawasan Wisata, Studi Kasus di Kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ilmiah, Vol 5/ No. 3 Maret 2001, LP3M STP Tri Sakti, Jakarta.