BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Bank merupakan sektor penting dan berpengaruh dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

Indikator Perkembangan Sektor Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sistem perbankan di Indonesia terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sistem

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. a. Korelasi (hubungan) antar variabel independen : signifikansi sebesar < Artinya setiap kenaikan inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang begitu pesat perkembangannya menyebabkan dampak terhadap muncul

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

PENGARUH EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP KINERJA PROFITABILITAS PADA SEKTOR PERBANKAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis moneter (tahun 1997 tahun 1998),

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi Husnan (2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian itu sendiri. Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Langkah awal perkembangan transaksi saham syariah pada pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank adalah suatu lembaga keuangan yang mempunyai peranan sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit(abdullah, 2004;17). Di Indonesia sistem perbankan yang digunakan adalah dual banking system dimana beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan bank konvensional. Bank konvensional mengenal sistem bunga, sehingga profit yang didapat bersumber dari bunga tersebut. Sedangkan pada bank syariah tidak mengenal sistem bunga, sehingga profit yang di dapat bersumber dari bagi hasil dengan pelaku usaha yang menggunakan dana dari bank syariah serta investasi dari bank syariah sendiri (Antonio, 2001). Sebagai lembaga mediasi sektor keuangan, bank memiliki peran penting dalam perekonomian. Mediasi keuangan pada sektor perbankan tentu sangat penting bagi setiap negara termasuk Indonesia. Mediasi sektor keuangan tentu juga terkait dengan efisiensi pada perekonomian. Penelitian Levine menunjukkan bahwa efisiensi pada sektor keuangan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian apabila perekonomian suatu negara berkembang lebih cepat maka semakin baik tingkat mediasi suatu perbankan dalam pengumpulan serta penyaluran dananya. Struktur perbankan yang sehat dan operasional yang efisien merupakan inti dari semua permasalahan perbankan, karena baik buruknya industri perbankan akan banyak ditentukan oleh baik tidaknya struktur yang dibuat dan kebijakan yang efisien, disamping perlu adanya fungsi pendukung yang lain, seperti pengawasan dan pengaturan yang efektif. Munculnya perbankan syariah, dapat mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan

kegiatan perbankan (financial), komersial, dan investasi sesuai dengan prinsip Islam. Perkembangan bank syariah di Indonesia juga telah mendapatkan perhatian tersendiri, dengan dikeluarkannya cetak biru pengembangan bank syariah di Indonesia oleh Bank Indonesia. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan arah peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan. PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dapat diketahui bahwa ROA pada tahun2007 sebesar 1,31%. ROA tersebut meningkat signifikan dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 1,00%. Bahkan apabila dibandingkan 2010, mencapai 1,73%, ROA tersebut meningkat 0,73 % selama 5 tahun (http://www.syariahmandiri.co.id) Mencermati perkembangan perbankan syariah di Indonesia, tidaklah lengkap apabila tidak disertakan kondisi perbankan di Indonesia pada masa krisis moneter dan finansial yang melanda banyak negara pada 1998 dan 2008 lalu. Krisis yang melanda bangsa Indonesia, menjadi awal terpuruknya sebuah negara dengan kekayaan alam yang melimpah ini. Dari awal 1998, Indonesia terus mengalami kemerosotan, terutama dalam bidang ekonomi. Nilai tukar semakin melemah, inflasi tak terkendali, juga pertumbuhan ekonomi yang kurang berkembang di negara ini. Pada masa krisis moneter perbankan mengalami goncangan yang hebat baik dalam aspek pendanaan, likuiditas maupun penyaluran kredit. Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah

terhadap valuta asing, khususnya dollar AS, dan membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistem managedfloating yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978. Dengan demikian Bank Indonesia tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata. Nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir Januari 1998, namun kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp 8.000 awal Mei 1999. Merosot nilai tukar dari fenomena tersebut memicu bank untuk menaikkan suku bunga simpanan dan suku bunga kreditnya. Akibatnya bank-bank konvensional mengalami negative spread, yaitu bunga kredit lebih kecil dibandingkan dengan bunga simpanan, dan juga mengalami kesulitan likuiditas untuk membayar bunga deposito sedangkan pinjaman yang tersalurkan sangat sedikit karena para pengusaha tidak sanggup membayar tingginya suku bunga kredit dan kalaupun pinjaman dapat tersalurkan maka potensi timbulnya kredit bermasalah sangat besar (Abdullah, 2004). Salah satu variable makro ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah adalah inflasi. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi dalam kondisi tertentu dibutuhkan dalam perekonomian dan dalam kondisi tertentu justru berbahaya bagi sebuah perekonomian terutama jika tingkat inflasi itu tidak stabil. Inflasi merupakan cerminan kenaikan harga-harga. Kenaikan harga barang dan jasa berarti

peningkatan pemasukan bagi produsen. Ketika beban akibat kenaikan harga bahan produksi lebih kecil dari harga penjualan hasil produksi, maka perusahaan mengalami peningkatan profitabilitas. Akan tetapi, ketika kenaikan harga barang dan jasa direspon dengan penurunan konsumsi, maka akan menurunkan penjualan barang dan jasa yang kemungkinannya berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan. Bagi produsen yang melakukan pinjaman kredit ke bank, hal ini akan berdampak pada kesulitan pengembalian pokok pinjaman maupun bunga pinjaman terhadap bank. Maka hal tersebut akan berdampak pula terhadap profitabilitas bank. Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter, seperti uang beredar atau suku bunga, dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk mengatasi kesulitan likuiditas perbankan nasional, Bank Indonesia dan pemerintah melakukan dua pendekatan yakni melikuidasi atau menutup bank-bank kecil dan menyita asset yang dimilikinya sebagai kompensasi dari hutang-hutang yang mereka miliki, dan bagi bank-bank yang memiliki kapitalisasi besar, Bank Indonesia dan pemerintah memberikan bantuan berupa Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Pada perkembangan selanjutnya, semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia ditandai dengan perubahan indikator makro yang relatif tidak seburuk masa krisis, bank konvensional pun mengalami dampak positif dengan membaiknya beberapa kinerja rasio keuangannya. Demikian pula bank syariah, walaupun belum terlalu

membooming tetapi prospek bank syariah akan mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Sebagai pelaku dalam perekonomian di Indonesia, bank syariah dan bank konvensional dalam praktiknya tetap menghadapi risiko sistematis akibat fluktuasi variabel makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja bank tersebut. Salah satu variabel makro tersebut adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Samuelson (2004:112) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. Produk Domestik Bruto (PDB) mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Pendapatan per kapita/tahun biasanya digunakan sebagai salah satu indikator akhir dalam melihat kemajuan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pendapatan per kapita ini diperoleh dengan membagi pendapatan nasional (GNP atau GDP) dengan jumlah penduduk di suatu negara. Perubahan variabel ekonomi makro ini disamping dapat berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian juga dapat berdampak terhadap kinerja perbankan syariah tersendiri. Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup dipertimbangkan oleh perekonomian dunia. Pada tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000. Dan pada tahun 2009, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia ditetapkan di atas angka 5.000 triliun Rupiah atau setara dengan US$ 555 milyar. Angka-angka ini cukup mendukung estimasi bahwa pada tahun 2015 Indonesia sudah menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) di atas US$ 1 triliun. Namun masih banyak hambatan yang dihadapi oleh

perekonomian Indonesia untuk menuju kesana, misalnya; tingginya inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga energi dunia (sudah menyentuh 11,,%), belum optimalnya kedatangan FDI ke Indonesia, dan belum optimalnya peranan APBN sebagai stimulus ekonomi (belum ekspansif). Berdasarkan penjelasan diatas muncul pertanyaan apakah variabel makro ekonomi diatas memang cukup signifikan mempengaruhi kinerja perbankan syariah? Serta sejauhmana pengaruh tersebut? Efisiensi perbankan syariah lintas negara menunjukkan gambaran menarik, yaitu besarnya inflasi dan pendapatan nasional suatu negara dapat meningkatkan efisiensi praktik operasional bank syariah yang cukup baik dan membawa pengaruh positif bagi upaya menggerakkan perekonomian. Selain itu, kinerja perbankan syariah menarik untuk diteliti lebih dalam, terlebih penelitian-penelitian tersebut masih sedikit dilakukan. Berdasarkan parameter kinerja yaitu efisiensi perbankan syariah tersebut, penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Kinerja Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2010 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis akan membatasi pembahasan pada 4 pokok masalah permasalahan terkait saja, yaitu: 1. Bagaimana kinerja PT. Bank Mandiri Syariah periode 2008-2010? 2. Apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap kinerja PT.Bank Mandiri Syariah periode 2008-2010? 3. ApakahProduk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia berpengaruh terhadap kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode 2008-2010?

4. Apakah tingkat inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja PT.Bank Mandiri Syariah periode 2008-2010? 1.2.2 Batasan masalah Untuk menghindari terlalu luasnya penelitian yang dilakukan, maka penulis memfokuskan dan membatasi permasalahan yaitu sebagai berkut: 1. Indikator perekonomian makro Indonesia yang digunakan adalah data inflasi bulanan yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan tingkat Produk Domestik Bruto (PDB). 2. Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA) yang menunjukkan rasio profitabilitas. 3. Penelian ini dilakukan pada PT. Bank Mandiri Syariah. 4. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik, serta data bulanan laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri periode Januari 2008 hingga Desember 2010. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode 2008-2010, 2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi di Indonesia terhadap kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode 2008-2010, 3. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia terhadap kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode 2008-2010,

4. Untuk mengetahui tingkat inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap kinerja PT.Bank Mandiri Syariah periode 2008-2010 secara bersama-sama. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis pribadi, penelitian ini sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana sains terapan pada jurusan Akuntansi, program studi Keuangan Syariah, dan juga menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di program studi Keuangan Syariah perguruan tinggi Politeknik Negeri Bandung. 2. Bagi bank syariah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam rangka memperhatikan dan mengantisipasi berbagai faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan bank syariah, khususnya kinerja PT. Bank Syariah Mandiri dan dunia perbankan syariah pada umumnya. 3. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan bermanfaat bagi akademisi lain sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya