25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan yang mempresentasikan beragam cara yang dilakukan peneliti dalam memahami realitas. Paradigma interpretif adalah suatu paradigma yang menganggap bahwa ilmu bukanlah didasarkan pada hukum dan prosedur yang baku;, setiap gejala/peristiwa bias jadi memiliki makna yang berbeda; ilmu bersifat induktif, berjalan dari yang spesifik menuju ke yang umum dan abstrak. Penelitian yang bersifat interpretif tidak hanya berasumsi bahwa realitas bersifat eksternal terhadap manusia, tetapi juga berasumsi bahwa manusia mengkonstruksikan realitas. Tujuan penelitian interpretif bukan untuk melakukan prediksi, tetapi memahami dan menerangkan perilaku manusia. Bila peneliti ilmu sosial cenderung melihat komunikasi dipengaruhi oleh budaya, maka peneliti interpretif melihat budaya sebagai diciptakan dan dipelihara melalui komunikasi. 23 Menurut Bogdan dan Taylor bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 24 Penelitian interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Secara umum pendekatan interpretatif 23 Rahardjo, Dalam Interaksi, Jurnal Ilmu Komunikasi, 2007, vol.1 hal 29 24 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal.3 25
26 merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. 25 Interpretif melihat fakta sebagai suatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat makna sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara. Tujuannya tidak lain adalah menganalisa realitas sosial dan bagaimana realitas sosial itu terbentuk. Pendekatan interpretif pada akhirnya melahirkan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebuah pendekatan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan memahami suatu fenomena secara mendalam dengan instrumen utama. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsipprinsip umum atau pola-pola yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada hasil. 25 Newman, 1997:68
27 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis framing, untuk melihat bagaimana kritik sosial dibingkai kedalam sebuah film. Analisis framing pertama merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. 26 Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. 3.3 Unit Analisis Objek penelitian ini adalah film Alangkah Lucunya (negeri ini). Sedangkan unit analisis pada penelitian ini adalah teks, gambar dan narasi yang ditimbulkan dari film Alangkah Lucunya (negeri ini). Film Alangkah Lucunya (negeri ini) ditayangkan di bioskop pada tanggal 15 April 2010. 26 Alex Sobur. Op.cit, hal.162
28 3.4 Perangkat Framing Perangkat framing model Gamson dan Modigliani berikut ini dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 3.1 ANALISIS FRAMING MODEL GAMSON DAN MODIGLIANI 27 MEDIA PACKAGE CORE FRAME CONDENSING SYMBOL Framing devices 1. Metaphors 2. Exemplaar 3. Catchphrases Reasoning Devices 1. Roots 2. Appeal to Priciples 3. Consequences 4. Depictions 5. Visual Image 27 William A. Gamson dan Andre Modigliani, Media Discourse and Public Opinion on Nuclear Power A Construction Approach. American Journal of sociology, Vol.95, No 1, July 1989
29 Keterangan: 1. Frame : Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. 2. Media Packages : Gugusan ide-ide yang mengidentifikasikan tentang suatu isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan dengan wacana tersebut. 3. Framing Devices : Proses berfikir tentang suatu isu. 4. Metaphors : Perumpamaan atau pengandaian. 5. Catchpharases : Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana 6. Exemplaar : Mengaitkan bingkai dengan contoh, teori atau pengalaman masa lalu. 7. Depiction : Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif 8. Visual Image : Gambar-gambar yang mendukung secara keseluruhan 9. Reasoning devices : untuk memberikan pertimbangan tentang apa yang harus dilakukan berkaitan dengan isu tersebut 10. Roots : Analisis kausal atau sebab akibat 11. Appeals to principle : klaim moral 12. Consequences : efek yang didapat dari bingkai tersebut
30 3.5 Definisi Konsep 1. Kritik Sosial adalah sindiran, tanggapan, yang ditujukan pada suatu hal yang terjadi dalam masyarakat manakala terdapat sebuah konfrontasi dengan realitas berupa kepincangan atau kebobrokan. Kritik sosial diangkat ketika kehidupan dinilai tidak selaras dan tidak harmonis, ketika masalah-masalah sosial tidak dapat diatasi dan perubahan sosial mengarah kepada dampak-dampak disosiatif dalam masyarakat 2. Sedangkan menurut UU 8/1992 film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Film juga dianggap bisa mewakili citra/identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunitas sendiri, karena sifatnya yang universal. Film juga mampu menjadi agen sosialisasi yang melewati atau mendahului sosialisasi tradisional dalam masyarakat seperti keluarga, sekolah, masjid atau ajaran agama dan membangun hubungan langsung dengan individual. 3. Film Drama adalah film yang diangkat merupakan aspek-aspek human interest sehingga sasarannya adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokohnya. Tema ini dikaitkan dengan latar belakang maka disebut sebagai drama keluarga. Film menampilkan wacana yang dapat dijadikan pintu untuk memahami kondisi suatu masyarakat. Krishna Sen (1987) yang melakukan kajian kritis atas film-film tahun 1965 sampai 1982, menemukan benang merah
31 antara struktur kekuasaan orde baru dengan film produk kultural. Film dipandang sebagai proses ideologi, sehingga konstruksi sosial yang membentuk masyarakat dapat dilihat melalui film. 4. Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis media. Dimana melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat dan metafora. Dengan melihat struktur kebahasaan tersebut analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dalam suatu teks. Didalam hal ini, metode analisa framing yang digunakan dalam penelitian ini membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik dan kultural yang melingkupinya, termasuk didalamnya media. Dalam hal ini analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara dan ideologi media saat mengkonstruksi fakta. 3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Data Primer a. Data peneliti yang diperoleh dari film Alangkah Lucunya (negeri ini) yaitu yang sudah ditayangkan dibioskop pada bulan April 2010 dengan menganalisis teks atau wacana dalam film tersebut. 3.6.2 Data Sekunder Peneliti juga memperoleh data penelitian melalui studi kepustakaan untuk melengkapi dan memperlancar proses penelitian, serta mendapatkan informasi dari literatur-literatur yang berhubungan dengan judul, dokumendokumen berupa buku-buku, informasi dari internet, serta karya tulis lain yang memungkinkan data-data dalam penulisan dan sebagainya.
32 3.7 Teknik Analisis Data Setelah peneliti memperoleh data dari film yang telah ditonton, kemudian diteliti berdasarkan kategori-kategori yang telah dibuat. Kemudian data yang dihasilkan dibuat tabulasi. Secara teknik peneliti menggunakan analisis framing, untuk membingkai seluruh adegan dalam film Alangkah Lucunya (negeri ini) yang banyak mengandung kritik sosial.