BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PEKERJA DENGAN GEJALA ISPA DI PABRIK ASAM FOSFAT DEPT. PRODUKSI III PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. terkontaminasinya udara, baik dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Infeksi saluran pernafasan akut sampai saat ini masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang paling umum diderita pada setiap individu. Frekuensi ISPA secara umum terjadi dua kali lebih sering dibandingkan penyakit akut lain (Matu et al., 2014). Orang dewasa dapat mengalami ISPA dua hingga empat kali per tahun (Hart, 2007). Infeksi saluran pernapasan akut masih menjadi masalah kesehatan dunia baik di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran pernapasan akut juga masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia (Depkes RI, 2013c). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2013c), prevalensi ISPA di Indonesia pada saat itu adalah 25,0%. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007, yaitu sebesar 25,5% (Depkes RI, 2007b). Kondisi lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA (WHO, 2008). Kondisi lingkungan yang berkaitan dengan penyebaran ISPA diantaranya pencemaran udara (Mukono, 2008). Bruce (2002) menyatakan bahwa pencemaran udara sering terjadi pada lingkungan kerja akibat kontaminasi udara oleh partikel-partikel yang ditimbulkan selama bekerja. Salah satu bidang pekerjaan yang dapat menjadi faktor risiko ISPA diantaranya pekerja industri kuku palsu (Estill et al., 2000; Spencer et al., 1

2 1997; Lee et al., 2000). Kandungan utama kuku palsu yaitu methyl methacrylate monomer (MMA) diketahui dapat mengiritasi saluran pernapasan. Penggunaan MMA sudah dilarang di beberapa wilayah Amerika Serikat sejak lebih dari 10 tahun terakhir, namun negara lain masih melegalkan penggunaan bahan tersebut. Beberapa negara mengganti penggunaan MMA dengan ethyl methacrylate (EMA), namun bahan tersebut juga dapat mengiritasi saluran pernapasan (Roberts et al., 2011b). Iritasi saluran pernapasan dapat mempermudah terjadinya ISPA (Alsagaff dan Mukty, 2008). Salah satu perusahaan yang memproduksi kuku palsu terletak di Purbalingga (Biro Humas Provinsi Jawa Tengah, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Oktober 2015 di perusahaan tersebut, didapatkan informasi dari petugas klinik perusahaan bahwa petugas klinik perusahaan tersebut sering mendapat keluhan pernapasan salah satunya ISPA dari pekerja perusahaan. Peneliti juga mendapatkan informasi dari bagian personalia perusahaan bahwa pekerja perusahaan masih belum patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker sehingga memperbesar risiko terjadinya ISPA. Sormin (2012) dan beberapa peneliti lain (Basti, 2014; Noer dan Martiana, 2013) menyatakan bahwa terjadinya ISPA pada pekerja yang terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerjanya dipengaruhi oleh karakteristik pekerja dan perilaku pekerja. Karakteristik pekerja adalah ciri-ciri khusus yang membedakan pekerja satu dengan yang lain, yang meliputi jenis kelamin,

3 umur, bagian kerja, masa kerja, serta lama bekerja. Perilaku pekerja meliputi penggunaan APD berupa masker dan perilaku merokok. Infeksi saluran pernapasan akut dapat ditandai dengan adanya gejala dengan onset yang tiba-tiba. Gejala ISPA diantaranya demam (suhu tubuh lebih dari 38 o C), batuk, nyeri tenggorokan, pilek, hidung tersumbat, sesak, nyeri otot, sakit kepala, muntah, diare, serta menggigil (Maryland Department of Health and Mental Hygiene, 2014). Penelitian mengenai hubungan karakteristik pekerja dan perilaku pekerja yang terpapar bahan kimia selama bekerja dengan gejala ISPA sebelumnya pernah dilakukan oleh Noer dan Martiana (2013), namun penelitian tersebut dilakukan di pabrik asam fosfat. Sepengetahuan peneliti di Indonesia penilitian serupa belum pernah dilakukan pada pekerja industri kuku palsu. Telah ada beberapa penelitian yang meneliti hubungan antara pekerjaan teknisi perawatan kuku yang terpapar bahan kimia dalam proses perawatan kuku salah satunya kuku palsu dengan berbagai aspek kesehatan khususnya sistem pernapasan (CDC, 2015). Penelitian serupa pada pekerja industri kuku palsu yang menurut Nail Manufactures Council (2007) dinilai lebih banyak terpapar bahan kimia belum banyak dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud meneliti mengenai hubungan karakteristik pekerja dan perilaku pekerja terpapar bahan kimia dengan gejala ISPA di industri kuku palsu Purbalingga. Sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai hubungan karakteristik pekerja dan perilaku

4 pekerja terpapar bahan kimia dengan gejala ISPA di industri kuku palsu Purbalingga belum pernah dilakukan. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan karakteristik pekerja dan perilaku pekerja terpapar bahan kimia dengan gejala ISPA di industri kuku palsu Purbalingga? C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan karakteristik pekerja dan perilaku pekerja terpapar bahan kimia dengan gejala ISPA di industri kuku palsu Purbalingga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Meningkatkan pengetahuan mengenai faktor risiko terjadinya ISPA pada pekerja industri kuku palsu. b. Dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis a. Bagi perusahaan 1) Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan evaluasi program kesehatan pekerja di industri kuku palsu Purbalingga. 2) Mengetahui sebaran pekerja yang memiliki gejala ISPA pada bulan November-Desember 2015.

5 b. Bagi karyawan perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan evaluasi program kesehatan pekerja di industri kuku palsu Purbalingga.