BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan yang memiliki peran dalam peningkatan derajat kesehatan kepada masyarakat (Sumijatun, 2009). Salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada individu, kelompok dan masyarakat yang memiliki masalah fisik, mental maupun sosial diberbagai tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan diberikan melalui asuhan keperawatan untuk individu, keluarga, masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks (PPNI, 2005). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat berpedoman pada standar asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mengukur kualitas asuhan kinerja perawat. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien (PPNI, 2013). Pelayanan asuhan keperawatan salah satunya adalah memberikan pendidikan kepada pasien yang merupakan salah satu peran penting bagi perawat (Potter & Perry, 2010). Pendidikan diberikan kepada pasien, keluarga serta masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan membentuk perilaku yang sehat (Asmadi, 2008). Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah (KARS, 2012). 1
2 PPK didalam KARS versi 2012 memiliki enam standar yaitu pada standar pertama tentang pendidikan dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan, pada standar kedua tentang pengkajian kebutuhan pendidikan pasien, standar ketiga pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan dari pasien, standar keempat tentang pendidikan pasien dan keluarga tentang penggunaan obat, peralatan medis, interaksi obat, makanan dan nutrisi, manajemen nyeri, teknik rehabilitasi, standar kelima mengenai metode pendidikan pasien dan keluarga untuk mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien serta interaksi pasien dan keluarga dan standar keenam yaitu pemberian pendidikan secara kolaborasi oleh tenaga profesional (KARS, 2012). Perawat memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan enam standar PPK didalam KARS 2012. Standar pertama menjelaskan bahwa pendidikan diberikan kepada pasien dan keluarga untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan sehingga pasien dan keluarga mendapatkan pengetahuan dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan pengambilan keputusan asuhan pasien (KARS, 2012). Indrayani dan Santoso (2012) mengatakan bahwa pendidikan akan sangat baik jika diberikan secara lengkap pada setiap pasien karena kebutuhan informasi adalah hak bagi pasien dalam pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak hanya kepada pasien tetapi juga keluarga. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Indrayani dan Santoso tentang hubungan pendidikan kesehatan dengan tingkat kecemasan orang tua pada anak hospitalisasi
3 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan kecemasan orang tua dimana nilai p-value = 0, 028. Nilai p-value < 0, 05 yaitu stres tidak hanya dialami oleh anak yang dirawat tetapi juga orang tua dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua yang memicu timbulnya stressor baru pada orang tua, yang dapat menimbulkan kecemasan. Standar ke dua PPK yaitu perawat melakukan pengkajian kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga untuk merencanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan hingga standar keenam. Pendidikan yang diberikan merupakan bagian dari proses memperoleh informed concent. Salah satu pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pendidikan pasien adalah tingkat pendidikan (KARS, 2012). Trivel (2013) dengan penelitiannya tentang kepuasan pasien terhadap pemberian informed concent sebelum tindakan operasi di RSUD Dr. Moewardi menunjukkan hasil pemberian informed concent sebelum tindakan operasi sebagian besar dalam kategori baik, tingkat pendidikan yang paling banyak dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan SD yaitu berjumlah 24 dari 49 responden dimana tingkat pendidikan mencerminkan tingkat intelektualitas dari seseorang yang seringkali mencerminkan pemilihan lokasi untuk pemeriksaan kesehatan. PPK pada standar ketiga dijelaskan bahwa pasien membutuhkan pelayanan tindak lanjut untuk mencapai sasaran kesehatan berupa informasi kesehatan yang dapat dimasukkan kedalam resume kegiatan harian setelah pasien pulang. Pada standar keempat, pasien diberi pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang efektif dan
4 aman, bagaimana cara mengontrol nyeri, makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan sesuai dengan kondisi kesehatan dan teknik rehabilitasi (KARS, 2012). PPK pada standar ke lima menekankan pada peningkatan pemahaman pasien dan keluarga tentang pendidikan yang diberikan dengan memilih metode pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien. Metode pendidikan dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan (KARS, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Haryati dan Surnayo (2007) bahwa pendidikan kesehatan dengan metode pemecahan masalah secara statistik dapat lebih meningkatkan rerata nilai pengetahuan pasien DM tipe-2 di RSUD Swadana Pekalongan, dibanding metode diskusi, walaupun secara klinik peningkatannya tidak bermakna karena hanya meningkat 1,42. Metode diskusi maupun pemecahan masalah dapat meningkatkan rerata nilai sikap dan menurunkan rerata nilai kadar glukosa darah DM tipe-2 di RSUD Swadana Pekalongan, namun penurunannya secara statistik tidak bermakna. Pada standar keenam dikatakan bahwa PPK bukan hanya diberikan oleh satu tenaga kesehatan tapi bisa dilakukan secara bersama seperti perawat dengan dokter, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya. Masing-masing tenaga kesehatan memahami kontribusinya dalam kolaborasi (KARS, 2012). Penelitan kualitatif mengenai Improving Patient Care Thought Patient- Family Education Programs menunjukkan hasil yaitu pasien jantung memiliki akses yang lebih besar untuk memperoleh informasi dibandingkan pasien umum, secara keseluruhan pasien menerima informasi secara verbal dari dokter dan
5 perawat tentang kondisi pasien, semua pasien mengandalkan pengobatan farmakologi untuk mengendalikan nyeri namun untuk perawatan setelah pasien pulang belum dipahami oleh pasien sehingga perlu dikembangkan kurikulum pendidikan pasien secara tertulis, termasuk informasi mengenai cara mengontrol nyeri dan perawatan pasien dirumah (Horenstein, L. S. B et al., 2005). Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan adalah rumah sakit TNI kelas B. Rumah sakit ini menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit Kabupaten. Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan di bidang preventif, kuratif dan rehabilitatif medis terbatas kepada anggota TNI dan PNS beserta keluarga. Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan ini dipilih sebagai lokasi penelitian pada beberapa penelitian sebelumnya. Namun, belum ada yang meneliti tentang PPK di rumah sakit ini dimana standar PPK tersebut merupakan unsur yang terdapat di Akreditasi Rumah Sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. 1.2 Rumusan Masalah Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) sangat berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien jika dilakukan dengan baik dan benar oleh tenaga kesehatan salah satunya adalah perawat. Namun dari hasil penelitian Horenstein (2005) menunjukkan bahwa PPK belum dilakukan secara optimal oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian
6 ini adalah: Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan mengenai penyediaan pendidikan dalam pengambilan keputusan dan proes pelayanan, pengkajian kebutuhan pendidikan pasien, pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan, pendidikan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi, metode pendidikan pasien dan keluarga untuk mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien serta interaksi pasien dan keluarga dan pemberian pendidikan dilakukan secara kolaborasi oleh tenaga kesehatan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) sehingga perawat diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Manfaaat lain dari
7 penelitian ini yaitu dapat menjadi bahan untuk memodifikasi tindakan perawat dalam pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK). 1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, menambah informasi dan studi literatur mahasiswa keperawatan khususnya tentang pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) yang dilakukan oleh perawat. Manfaat lain dari penelitian yaitu dapat menjadi bahan penelitian lanjutan. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya khususnya terkait dengan pelaksanaan Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) yang dilakukan oleh perawat. Manfaat lain dari penelitian ini yaitu sebagai wujud penerapan evaluasi asuhan keperawatan melalui riset keperawatan.