STUDI RENTAN INFEKSI CACING PARASIT (Fasciola hepatica) PADA HATI SAPI. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

ABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) ANTARA PEMBERIAN PAKAN CACING SUTRA DENGAN PAKAN PELET SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

Revenue Analysis Of Cattle Farmer In Sub District Patebon Kendal Regency

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

TINGKAT INFESTASI CACING HATI PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

SKRIPSI ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN KUANTAN TENGAH UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam

HUBUNGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI CACING TREMATODA PADA TERNAK SAPI DI PETANG KECAMATAN PETANG, BADUNG SKRIPSI.

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

Kata kunci: Albumin, Cross sectional studies, Fasciolosis, Fasciola gigantica, Sapi Bali.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

nanas madu (cayenne), nanas queen, panduan praktikum

4 POTENSI PEMANFAATAN SUSU KUDA SUMBA

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

Profil Ternak Ruminansia Potong di Kabupaten Barito Selatan

USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

UJI KETAHANAN BEBERAPA NOMER KENTANG (Solanum tuberosum Linn.) TERHADAP SERANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis Woll.

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

Transkripsi:

STUDI RENTAN INFEKSI CACING PARASIT (Fasciola hepatica) PADA HATI SAPI Muhammad Firdaus 1, Agus Sujarwanta 2, Agil Lepiyanto 3 1 Universitas MuhammadiyahMetro, Lampung 2 Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung 3 Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung Jln. Ki Hajar Dewantara No. 116 Iringmulyo Metro/Fax. (0725) 42445-42454 E-mail: 1 daus.rasya22@gmail.com, 2 sujarwanta18@gmail.com, 3 lepi22evolusi@gmail.com Abstrak Sapi merupakan hewan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bidang peternakan. Peternak pada saat ini masih mengalami hambatan atau gangguan, dimana gangguan ini berupa penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan cacing. Secara khusus penyakit karena infeksi cacing yang menyerang tubuh sapi, baik yang mengakibatkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor penyebabnya adalah para peternak kurang berhatihati dalam menyediakan makanan dan minuman serta penggembalaannya. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui rentan infeksi cacing parasit (Fasciola hepatica) pada hati sapi antara sapi yang berasal dari daerah sawah irigasi dengan sapi asal daerah sawah tadah hujan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan metode ex post facto. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Hadimulyo Timur, pada tanggal 4 Oktober 2016 sampai dengan tanggal 28 Oktober 2016. Sampel yang digunakan ialah 20 sapi yang terbagi atas 10 sapi asal daerah sawah irigasi dan 10 sapi asal daerah sawah tadah hujan. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rentan infeksi cacing parasit antara sapi asal daerah sawah irigasi dengan sapi asal daerah sawah tadah hujan digunakan uji statistik Mann- Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sapi yang berasal dari daerah sawah irigasi dijumpai cacing parasit Fasciola hepatica 80%, sedangkan pada sapi asal daerah sawah tadah hujan dijumpai cacing parasit Fasciola hepatica 20%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan rentan infeksi cacing parasit antara sapi asal daerah sawah irigasi dengan sapi asal daerah sawah tadah hujan. Kata Kunci: rentan infeksi, hati sapi Abstract Cow is an animal that is often encountered in everday life, particularly in the field of animal husbandry. Breeders currenly still experiencing delays or disruptions, in which the disorder is in the form of diseases caused by viruses, bacteria, and worm. Particularly diseases due to a worm infection that attacks the cow s body, both of which resulted in deaths were directly or indirectly. One contributing factor is the farmers are less careful in providing food and drink, as well as grazing. The purpose of this study was (1) to determine vulnerable parasitic worm infections (Fasciola hepatica) in cattle liver of cattle from areas irrigated fields with cows origin rainfed areas. (2) to determine whether the results of the research potential as a source of design study biology. This research used experimental method, by using the method of direct observation. This research was conducted in villages east Hadimulyo, dated October 4, 2016 until 224

October 28, 2016. The sample used is 20 cows, 10 cows divided into irrigated rice area of origin and 10 cows origin rainfed areas. Statistical tests were used to determine differences susceptible parasitic worm infections among cow origin irrigated rice areas with cow origin rainfed areas used statistical test of Mann-Whitney. The results showed that, cows derived from irrigated rice area is found parasitic worm Fasciola hepatica 80%, whereas in cows the rainfed areas of origin common parasitic worm Fasciola hepatica 20%. Based on the results of this study concluded that (1) there is a difference vulnerable to infection parasitic worms between cow origin irrigated field area with cow origin rainfed area. (2) The results of the study can be used as a learning resource draft ten high school biology class on invertebrates material. Keywords: vulnerable to infectio,liver cow 1. PENDAHULUAN Sapi merupakan hewan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bidang peternakan. Ternak ruminansia (pemamah biak) yang meliputi sapi, kerbau, domba, dan kambing, mempunyai peran sangat strategis bagi kehidupan ekonomi petani dipedesaan. Ternak sapi merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting di dalam kehidupan masyarakat. Secara historis, konsumsi produk daging dan susu dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang nyata. Proyeksi produksi (suplai) daging di Indonesia pada tahun 2005 diharapkan mencapai 2,5 ton dan susu sebanyak 0,56 juta ton [1]. Seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, di samping hasil lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya [2]. Daging sangat banyak manfaatnya bagi pemenuhan gizi khususnya berupa protein hewani. Ternak sapi khususnya dalam berternak sering mengalami hambatan atau gangguan yang menghantui para peternak sapi, dimana gangguan ini berupa penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan cacing yang menyerang sapi. Penyakit yang sering menyerang hewan ternak salah satunya ialah Fasciolisis. Fasciolisis menyebabkan penyakit hepatitis parenkimatosa pada hewan ternak khususnya hewan yang ditumpanginya. Fasciolisis menyerang hewan ternak ruminansia, penyakit ini mengganggu fungsional saluran empedu dan hati serta merugikan karena selain merusak hati juga menyebabkan penurunan bobot badan serta menyebabkan kematian. Infeksi cacing parasit menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan dan berat badan ternak, penurunan efesiensi pakan, kematian pada derajat infeksi yang tinggi terutama pada pedet maupun sapi usia produktif, daya tahan tubuh akibat anemia yang ditimbulkan, serta kerusakan jaringan terutama hati dan saluran empedu. Penyebaran Fasciola hepatica dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim dan faktorfaktor lain yang ada kaitannya dengan cara-cara pengelolaan ternak sehingga dalam hal ini termasuk juga manusia. Keadaan alam Indonesia dengan curah hujan yang tinggi, dan ditunjang pula oleh sifatnya yang hemaprodit akan mempercepat perkembangbiakan cacing parasit [3]. Pengelolaan ternak tidak dapat lepas dari masalah ketersediaan pakan, mengingat hambatan utama peternak untuk meningkatkan produksi ternak adalah keterbatasan pakan (makanan). Peningkatan produksi dan produktivitas ternak sangat tergantung pada ketersediaan hijauan makanan ternak. Pakan hijauan merupakan bahan makanan utama bagi ternak ruminansia [1]. Pakan merupakan hal yang sangat menentukan terhadap pertumbuhan ternak sapi, maka dalam rangka meningkatkan produksi ternak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perlu adanya pendidikan yang berkaitan dengan 225

penyediaan pakan serta pemeliharaannya. Usaha yang dapat ditempuh pemerintah untuk meningkatkan pendidikan para peternak dan petugas lapangan adalah berupa kursus-kursus, penataran-penataran serta pertemuan-pertemuan dengan tujuan untuk membekali peternak-peternak dalam penguasaan tata laksana yang baik agar mereka mampu mencapai produktivitas sapi yang tinggi. Cacing parasit dapat dihindari atau dicegah dengan cara memutus siklus hidup cacing parasit. Keong merupakan hospes perantara cacing parasit pada hati sapi, tanpa adanya hospes maka siklus hidup cacing akan terputus. Keong dapat berkembang dengan baik pada daerah yang berlembab dan berair, terutama pada daerah sawah irigasi.siklus hidup cacing parasit akan berjalan dengan baik disebabkan adanya hospes perantara keong. Larva yang telah keluar dari tubuh keong maka akan masuk ke dalam tubuh sapi lewat makanan atau minumannya. Berbeda dengan daerah kering yaitu sawah tadah hujan, jarang ditemukan adanya keong, dimungkinkan siklus hidup cacing parasit pada hati sapi akan terputus. 1.1 Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang akan diteliti ialah rentan infeksi Infeksi cacing parasit (Fasciola hepatica) pada hati sapi, yang menyerang sapi-sapi di masyarakat luas khususnya daerah sawah irigasi dan sawah tadah hujan. 1.2 Tujuan penelitian Adapun tujuan khusus adalah untuk mengetahui rentan infeksi cacing parasit (Fasciola hepatica) pada hati sapi. 1.3 Urgensi Banyaknya sapi-sapi yang terinfeksi cacing parasit (Fasciola hepatica). 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode ex post facto, yang dilakukan di rumah potong hewan Kelurahan Hadimulyo Timur. Parameter dalam penelitian ialah jumlah sapi yang mengalami infeksi cacing parasit Fasciola hepatica. Upaya mengetahui asalusul sapi diperoleh dari petugas rumah potong hewan (dokter hewan), karena setiap sapi yang akan dipotong telah diketahui identitasnya yaitu meliputi; nama pemilik, daerah asal sapi, dan kebiasaan makanannya. Identitas tersebut digunakan sebagai dokumentasi awal penelitian. 2.1 Alat dan Bahan 1. Alat a. Pisau b. Asahan c. Loupe d. Baskom kecil e. Lap tangan f. Alat tulis 2. Bahan a. Ternak sapi (hati sapi) b. Cacing hati (Fasciola hepatica) 2.2 Langkah-langkah Penelitian 1. Persiapan 226

Mengidentifikasi sapi dan menyiapkan peralatan seperti; pisau untuk mengiris hati dalam pengamatan bila dimungkinkan, baskom kecil untuk wadah hati dalam pengamatan, loupe digunakan untuk memperjelas dalam pengamatan, peralatan tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. 2. Pelaksanaan Mengambil hati sapi yang telah dipotong dan telah dikuliti oleh Dinas Pemotongan Hewan. 3. Pengamatan Mengamati secara langsung terhadap objek penelitian dengan mengamati parameter penelitian yaitu; jumlah sapi yang mengalami infeksi cacing parasit Fasciola hepatica. Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati secara langsung hati sapi. 2.3 Teknik Pengumpul Data Untuk memperoleh data dari lapangan, penulis menggunakan metode pengamatan langsung disertai wawancara untuk mengetahui asal sapi dan kebiasaan makan yang dikonsumsi oleh sapi, yang dilakukan setiap hari dengan menunggu datangnya sapi yang akan dipotong di rumah potong hewan Kelurahan Hadimulyo Timur. Data yang diperoleh dari hasil infeksi cacing hati pada hati sapi maka data tersebut akan ditabulasikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tabulasi Data Rentan Infeksi Cacing Parasit (Fasciola hepatica) Pada Hati Sapi No Jumlah Infeksi Cacing Hati*) Daerah Sawah Irigasi Daerah Sawah Tadah Hujan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Keterangan *) = Pengisisan tabel sesuai dengan jumah cacing yang ditemukan dalam hati sapi. 2.4 Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan desain acak sempurna (rancangan acak lengkap). Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan pendekatan statistik non parametrik yaitu menggunakan uji Mann- Whitney, karena uji Mann-Whitney menggunakan dua sampel bebas. Data dalam penelitian ini sifatnya data normal dalam bentuk klasifikasi dikhotom ada tidak ada, maka dalam prosedur analisis aspek kenormalan dapat diabaikan. 227

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian menunjukkan bahwa, sapi yang berasal dari daerah sawah irigasi dijumpai cacing 8 ekor sapi dan 2 ekor sapi tidak dijumpai cacing, dengan demikian sapi yang berasal dari daerah sawah irigasi 80% dijumpai cacing parasit Fasciola hepatica. Sedangkan pada sapi daerah sawah tadah hujan dijumpai cacing 2 ekor sapi dan 8 ekor sapi tidak dijumpai cacing, dengan demikian sapi yang berasal dari daerah sawah tadah hujan 20% dijumpai cacing parasit Fasciola hepatica. Melihat hasil dari deskripsi data dapat disimpulkan bahwa lebih banyak dijumpai cacing pada sapi yang berasal dari daerah sawah irigasi, sebanyak 80% dan sawah tadah hujan 20%. Ringkasan dan persentase rentan infeksi cacing parasit Fasciola hepatica antara sapi asal daerah sawah irigasi dengan sapi asal dari daerah sawah tadah hujan digambarkan dengan grafik sebagai berikut: Gambar 1. Grafik Ringkasan Rentan Infeksi Cacing Parasit antara Sapi Asal Daerah Sawah Irigasi dengan Sapi Asal Daerah Sawah Tadah Hujan Gambar 2. Grafik Ringkasan Rentan Infeksi Cacing Parasit antara Sapi Asal Daerah Sawah Irigasi dengan Sapi Asal Daerah Sawah Tadah Hujan Sapi merupakan hewan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ternak sapi sering mengalami hambatan atau gangguan yang disebabkan oleh cacing 228

parasit Fasciola hepatica. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daerah sawah irigasi diperoleh hasil sebesar 80%, sedangkan pada daerah sawah tadah hujan diperoleh hasil sebesar 20%. Adanya perbedaan tersebut, maka jelas terlihat bahwa, di daerah sawah irigasi sangat terkait dengan rentan infeksi cacing parasit. Melihat keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa, sapi yang berasal dari daerah sawah irigasi lebih banyak terinfeksi cacing parasit, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang lembab. Kondisi lingkungan yang lebab merupakan kondisi lingkungan yang berair atau berlumpur. Kelembapan lingkungan ini berkaitan dengan ditemukannya siput yang berasal dari saluran irigasi, sesuai dengan pendapatnurhidayati bahwa:keong mampu hidup selama tiga tahun dengan mengkonsumsi tumbuhan air di persawahan dan saluran irigasi. keong mas menyukai perairan jernih yang banyak tumbuhan airnya, disamping itu sangat menyukai tempat yang berlumpur karena pada saat terik siang hari keong bersembunyi di dalam lumpur [4]. Siput merupakan hewan perantara bagi siklus hidup cacing parasit, karena tanpa adanya siput maka cacing parasit tidak akan dapat hidup lama. Sapi terinfeksi oleh parasit cacing bila memakan rumput yang tercemar oleh metacercaria yang diproduksi oleh siput (Lymnea rubiginosa) [5]. Ternak sapi yang berada di daerah sawah irigasi memperoleh makanan yang berasal dari lokasi persawahan, sedangkan makanan/rumput ini sering tergenangi oleh aliran irigasi, sehingga mempermudah kontaminasi kista pada rumput, yang selanjutnya termakan oleh hewan ternak tersebut. Sesuai dengan pendapat Sugeng bahwa penyebarannya melalui pakan dan air minum, khususnya melalui dedaunan atau rerumputan yang telah ditulari larva (tempayak) [2]. Melihat hasil penelitian dapat diuraikan bahwa, keberhasilan peternak sapi tidak hanya terletak pada usaha pengembangan jumlah yang dipelihara, namun juga pada perawatan dan pengawasan yang meliputi dalam hal, makanannya, minumannya, pengembalaan serta pengelolaan dan pengobatan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Perawatan dan pengobatan pada ternak sapi memerlukan pertimbangan dari berbagai segi baik segi penyakit atau segi ekonomi. Segi penyakit (ringan, tidak menular, atau menular). Penyakit yang sulit ditanggulangi atau disembuhkan serta berbahaya bagi peternak yang lain karena bisa menular, sehingga harus dijauhi. Segi ekonomi, bila biaya pengobatan lebih tinggi dari pada nilai ternaknya, maka lebih baik sapi tersebut dijual sebagai ternak potong, dengan catatan penyakit tersebut tidak membahayakan konsumen. Lingkungan besar pengaruhnya terhadap kehidupan ternak karena bila suatu lingkungan tercemar suatu penyakit, maka penyakit tersebut akan mudah masuk dalam tubuh ternak yang antara lain melewati makanan dan minuman. Kondisi lingkungan terkait dengan iklim, perairan, tanah dan organisme lain yang biasanya digunakan sebagai perantara (hospes) bagi suatu penyakit pada ternak. Lingkungan erat kaitannya dengan kehidupan sapi, selain itu juga makanan sangat mempengaruhi terhadap kehidupan ternak sapi, karena apabila rumput atau makanan hijauan telah terinfeksi oleh larva cacing parasit, maka akan masuk ke dalam tubuh hewan tersebut. Penyakit yang diakibatkan oleh cacing parasit merupakan penyakit yang kronis atau menahun, dari hati dan kantung empedu tanda-tandanya berupa gangguan pencernaan yaitu adanya gejala kontipasi yang jelas, dan kadangkadang mencret, terjadi pula pengurusan yang cepat, lemah dan anemia. Bentuk kronis pada sapi berupa penurunan produktivitas dan pertumbuhan yang terhambat, bentuk akut pada ternak berupa kematian mendadak disertai darah yang merembes dari hidung dan anus. 4. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, Ada perbedaan rentan infeksi cacing parasit (Fasciola hepatica) pada hati sapi antara daerah sawah irigasi dengan daerah sawah tadah hujan, dimana daerah sawah irigasi lebih rentan terhadap infeksi cacing parasit Fasciola hepatica dibandingkan dengan daerah sawah tadah hujan. b. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi masyarakat, khususnya peternak sapi pada daerah sawah irigasi, diharapkan lebih berhati-hati dalam mencarikan rumput, minuman dan penggembalaan, dikarenakan berkaitan dengan adanya siput sebagai hospes cacing parasit (Fasciola hepatica) sehingga akan terjadi siklus dan mudah masuk dalam tubuh sapi. 2. Bagi peneliti, dapat melanjutkan hasil penelitian kependidikan dalam bentuk sumber belajar biologi berupa modul dan lembar kerja peserta didik untuk SMA kelas X pada materi Invertebrata. DAFTAR PUSTAKA [1] Rukmana, Rahmat. 2005. Budi Daya Rumput Unggul. Yogyakarta: Kanisius. [2] Sugeng, Bambang. 2006. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya. [3] Dermawan, Agus, Muhammad Hambal, dan Arman Sayuti. 2013. Ting Kerentanan Fasciola Gigantica pada Sapi dan Kerbau di Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Medika Veterinaria. 0853-1943. [4] Ryanto. 2003. Aspek-aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L). Forum MIPA. Vol. 8 No. 1 Januari 2003. [5] Darmono. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Yogyakarta: Kanisius.