BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis uraikan pada bab IV, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perjanjian sewa guna usaha (leasing) pesawat udara A330-202 antara PT. Metro Batavia dengan International Lease Finance Corporation tertanggal 20 Desember 2009 merupakan perjanjian innominat, karena perjanjian sewa guna usaha tidak diatur secara khusus didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, akan tetapi adanya perjanjian ini didasarkan pada asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menerangkan bahwa: Segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Berdasarkan klasifikasi perjanjian sewa guna usaha (leasing) maka perjanjian sewa guna usaha (leasing) pesawat udara A330-202 antara PT. Metro Batavia dengan International Lease Finance Corporation termasuk kedalam operating lease, karena didalam perjanjian tidak adanya hak opsi diakhir masa kontrak bagi PT. Metro Batavia sebagai lessee untuk membeli pesawat udara A330-202 dari lessor yaitu International Lease Finance Corporation. 2. Wanprestasi terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya padahal hal tersebut sudah disepakati didalam perjanjian. Dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa pesawat udara A330-202 antara PT. Metro Batavia 85
86 dengan International Lease Finance Corporation telah terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Metro Batavia sebagai penyewa yang gagal membayar hutangnya yang terdiri dari biaya sewa, cadangan (reserves), serta bunga keterlambatan, kepada International Lease Finance Corporation sebagai lessor. Pada awal pelaksanaan perjanjian, PT. Metro Batavia membayar biaya sewa serta cadangan atas sewa pesawat udara A330-202 kepada International Lease Finance Corporation, namun kemudian terhitung sejak bulan Agustus 2009 PT. Metro Batavia tidak membayar biaya sewa dan cadangan tersebut dengan alasan PT. Metro Batavia tidak memenangkan tender pelayanan ibadah haji dan umroh ke Mekkah-Madinah, dimana dari hasil pelayanan ibadah haji dan umroh tersebut PT. Metro Batavia dapat membayar biaya sewa pesawat udara A330-202 kepada International Lease Finance Corporation. Dalam Pasal 25.2 (b) perjanjian sewa guna usaha (leasing) pesawat udara A330-202 tertanggal 20 Desember 2009: Penyewa gagal melakukan pembayaran biaya sewa atau pembayaran lainnya yang jatuh tempo berdasarkan perjanjian ini dengan cara dan pada tanggal yang diatur dalam sewa ini dan gagal melakukan pembayaran tersebut dalam waktu tiga hari kerja setelah pembayaran tersebut jatuh tempo. Sesuai dengan bunyi pasal diatas terbukti bahwa PT. Metro Batavia telah melakukan wanprestasi dengan tidak membayar kewajiban membayar biaya sewa dan biaya cadangan (reserves) yang harus dibayarkan setiap bulan kepada International Lease Finance Corporation. Sebagai akibat dari kegagalan pembayaran, PT. Metro Batavia wajib membayar bunga. Atas hutang yang dimiliki oleh PT. Metro Batavia, International Lease Finance Corporation mengirimkan surat peringatan sebanyak 2 kali, karena PT. Metro Batavia tidak juga membayar
87 hutangnya. Lalu International Lease Finance Corporation melalui kuasanya mengirimkan somasi sebanyak dua kali, namun tidak ada tanggapan dari PT. Metro Batavia. Kemudian International Lease Finance Corporation kembali mengingatkan PT. Metro Batavia untuk membayar hutangnya melalui korespodensi surat elektronik, dimana PT. Metro Batavia mengkonfrimasi bahwa akan segera membayar hutangnya sesuai dengan jadwal yang diminta oleh International Lease Finance Corporation. Akan tetapi PT. Metro Batavia tidak juga membayar hutangnya. Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis lakukan, dalam perjanjian sewa guna usaha (leasing) pesawat udara A330-202 antara PT. Metro Batavia dengan International Lease Finance Corporation, maka dapat disimpulkan telah terjadi wanprestasi. Dan penyelesaian masalah wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian sewa guna usaha (leasing) pesawat udara A330-202 antara PT. Metro Batavia dengan International Lease Finance Corporation diselesaikan melalui Pengadilan Niaga dimana International Lease Finance Corporation mengajukan permohonan pailit terhadap PT. Metro Batavia. International Lease Finance Corporation menganggap PT. Metro Batavia tidak sanggup membayar hutangnya, PT. Metro batavia tidak menanggapi peringatan-peringatan serta somasi-somasi yang dikirim oleh International Lease Finance Corporation agar segera membayar hutangnya, kemudian PT. Metro Batavia mengkonfimasi bahwa akan membayar hutangnya sesuai jadwal yang diminta oleh International Lease Finance Corporation, namun PT. Metro Batavia tidak juga membayar hutangnya. PT. Metro Batavia telah memenuhi syarat-syarat pailit yaitu:
88 a. PT. Metro Batavia terbukti telah mempunyai hutang kepada lebih dari satu kreditur, yaitu kepada International Lease Finance Corporation dan Sierra Leasing Limited. b. PT. Metro Batavia terbukti tidak membayar hutang-hutangnya baik kepada International Lease Finance Corporation maupun kepada Sierra Leasing Limited. c. Telah terbukti bahwa hutang-hutang PT. Metro Batavia telah jatuh waktu dan dapat ditagih oleh International Lease Finance Corporation, bahkan oleh pihak Sierra Leasing Limited. Maka atas pertimbangan diatas International Lease Finance Corporation mengajukan permohonan pailit yang dirasa jalan yang terbaik karena PT. Metro Batavia tidak sanggup membayar hutanghutangnya, dimana PT. Metro Batavia memang sedang mengalami kesulitan keuangan dan kekalahan tender yang menyebabkan PT. Metro Batavia tidak bisa membayar hutangnya. Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis lakukan, bahwa penyelesaian masalah wanprestasi yang dilakukan oleh pihak PT. Metro Batavia dengan International Lease Finance Corporation dirasa adalah penyelesaian yang tepat dan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Saran Saran yang penulis berikan yaitu: Dalam membuat perjanjian di kemudian hari sebaiknya para pihak yang akan membuat perjanjian harus memperhatikan dan memahami isi dari perjanjian, terlebih jika perjanjian yang dibuat adalah perjanjian dengan pihak asing, agar lebih teliti dalam membuat perjanjian. Serta harus mentaati apa yang telah disepakati dalam perjanjian, agar tidak terjadi wanprestasi dalam pelaksanaannya.
89 Sebaiknya dikemudian hari dalam pelaksanaan perjanjian, pihak penyewa tidak boleh bergantung pada tender atau suatu pekerjaan yang belum tentu akan didapatkan untuk membayar biaya sewa kepada pemberi sewa, seperti PT. Metro Batavia yang bergantung pada tender pelayanan ibadah haji dan umroh yang pada akhirnya gagal dimenangkan, yang kemudian menyebabkan terjadinya wanprestasi.