KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

SKRIPSI KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

PERUBAHAN TRADISI KUBUR BATU MASYARAKAT ADAT MARAPU PADA ERA MODERNISASI DI KAMPUNG RAJA KECAMATAN KAMBERA KOTA WAINGAPU

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

ABSTRAK. Kata kunci: sarkofagus, bentuk perubahan fungsi, penyebab perubahan fungsi, makna perubahannya.

KEARIFAN EKOLOGIS KAMPUNG MEGALITIK RINDI PRAIYAWANG, SUMBA TIMUR Ecological Wisdom of The Megalithic Village Rindi Praiyawang, East Sumba

PERUBAHAN FUNGSI TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BEDULU, KECAMATAN BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

MEGALITIK DI MALUKU. Marlyn Salhuteru*

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

ARTIKEL Judul. Oleh Ni Komang Sukasih NIM

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BUKU UPACARA ADAT NGABEN UMAT HINDU BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

PENGGUNAAN TINGGALAN BATU PAMALI SEBAGAI MEDIA PELANTIKAN RAJA DI DESA LIANG KEC. TELUK ELPAPUTIH KABUPATEN MALUKU TENGAH

Oleh: SINTA KARLINA NIM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR

ABSTRACT Effect of Employee Competence And Physical Work Environment On Employee Performance at Green House Property.

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

SISTEM PENAMAAN TOKO DI PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

PENELITIAN ASPEK MEGALITIK PADA BATU MEJA DI SITUS DESA WAEYASEL, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR

PEMANFAATAN SITUS SEPUTIH DI DESA SEPUTIH KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy

UNSUR BIROKRASI KEMASYARAKATAN DESA SUKAWANA PADA MASA BALI KUNO: KAJIAN BERDASARKAN DATA PRASASTI SUKAWANA D

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

PRASEJARAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

UCAPAN TRIMA KASIH. Wasa karena atas segala berkat dan rahmat-nya lah, penulis dapat menyelesaikan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG

MENENGOK KEMBALI BUDAYA DAN MASYARAKAT MEGALITIK BONDOWOSO. Muhammad Hidayat (Balai Arkeologi Yogyakarta)

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

Kata kunci : Sistem keyakinan, sistem ritus, pendidikan nonformal. Dosen Pembimbing Artikel

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

ISSN : /Akred/P2MI-LIPI/07/2014 Volume 28, Nomor 3, November 2015 SERI PENERBITAN FORUM ARKEOLOGI

FUNGSI BUDAYA MEGALITIK DI ORAHILI-GOMO KABUPATEN NIAS SELATAN. ( Supsiloani, S.Sos dan Sulian Ekomila, S.Sos)

TRADISI DOA SOR O PADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA ROMPO KECAMATAN LANGGUDU KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT. Heni Anggrianingsih.

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

Keywords: Cost of Promotion, income level. Universitas Kristen Maranatha

Pendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1

MEGALITIK DAN CERITA RAKYAT SUKU BAHAM DI GUA SOSOSRAWERU FAK-FAK (Megalithic and Folklore of Baham Tribe in the Sosoraweru Cave Fak-Fak)

Journal of Mechanical Engineering Learning

MENGENAL NIAS SEBELUM KEKRISTENAN

RENDY EKO ARDIANTO

KEMAMPUAN MENDENGARKAN LAGU BERBAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS X SMA ISLAMIC CENTRE DEMAK PADA TAHUN AJARAN 2006/2007

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR

Aplikasi Motif Hias Tinggalan ArkeologiMasa Hindu-Budha Menjadi Motif Hias Batik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trowulan

ARKENAS HUMANISME DALAM TRADISI KUBUR BATU MEGALITIK DI SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR 1. Mikka Wildha Nurrochsyam

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

UPACARA MANGOKAL HOLI PADA MASYARAKAT BATAK DI HUTA TORUAN, KECAMATAN BANUAREA, KOTA TARUTUNG SUMATERA UTARA

MEREPOSISI FUNGSI MENHIR DALAM TRADISI MEGALITIK BATAK TOBA REPOSITIONING OF THE MENHIRS FUNCTIONS IN MEGALITHIC OF BATAK TOBA TRADITION

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP ANAK AUTIS SKRIPSI

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA MORFEM SUB DIALEK BAHASA MELAYU MASYARAKAT SEKANAH KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

PEMANFAATAN OBJEK WISATA MAKAM RAJA SIDABUTAR SEBAGAI WISATA BUDAYA DI SAMOSIR, SUMATERA UTARA. Victricia Simorangkir

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN FRONT OFFICE TERHADAP KEPUASAN TAMU DI HOTEL GRAND INNA KUTA

SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah

Transkripsi:

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana 1 [vidyaprilyandani@yahoo.com] 2 [ardika52@yahoo.co.id] 3 [anjunary@yahoo.com] * Corresponding Author Abstract Tradition is an activity carried for generations. The remains of the megalithic tradition in Kawangu village, District Pandawai, East Sumba in the form of stone tomb (reti) with a decorative menhirs (penji). This research was conducted to determine the type of form by classification based on size. Burial systems in reti in Kawangu village are unique because burial placed on the stone above the ground level. Reti has significance for society of Kawangu. This research uses multiple methods of data collection, data analysis, and theory to answer the problem of research The method used in this study includes data collection phase and data processing. The data collection phase in the form of observation, interview, and literature study, while the data processing stage performance by using the typology analysis and ethnography. The theory is used to help answer the problem of this research is the theory of structural functionalism and semiotics. Results of the analysis of the data obtained in the form of reti in Kawangu Village form consists of 2 larges size which can be classified according ornament of menhirs (penji), 18 mediums size that can be classified based on the material are limestone and cement, and 19 smalls size. Burial system made on the ground symbolizing the great king and meaning of power and serve as a place of worship, and a tribute to the ancestor. Kawangu megalithic tradition in the village can be called as a living megalithic tradition because it still continues to this day. Keyword: megalithic tradition, stone tomb, form, burial system, meaning. 1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang dapat dikelompokan dalam beberapa masa yaitu masa berburu dan meramu makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Pada masa bercocok tanam muncul suatu budaya yang dikarenakan kebutuhan masyarakat dan disebut dengan tradisi megalitik 189

(Sukendar, 2003: 13). Tradisi megalitik tersebar hampir di seluruh Kepulauan Indonesia salah satunya terdapat di Kabupaten Sumba Timur. Bangunan-bangunan megalitik dibuat untuk sarana pemujaan dan penghormatan kepada arwah nenek moyang yang sampai saat ini masih diterapkan oleh masyarakat pendukungnya dan menjadi tradisi megalitik berlanjut (living megalithic tradition). Tradisi megalitik yang terdapat di Sumba Timur salah satunya adalah berupa bangunan kubur batu, masyarakat Sumba menyebutnya dengan istilah reti dan terkait dengan upacara merapu yang dilakukan untuk pemujaan kepada roh leluhur (Tunggul, 2003: 3). Reti di Kampung Kawangu berjumlah 39 buah dengan ukuran besar berjumlah 2 buah, ukuran sedang 18 buah dan ukuran kecil 19 buah. Penelitian ini dilakukan karena adanya keunikan yang terdapat pada reti terkait sistem penguburan. Sistem kubur di desa ini berbeda, dimana penguburan dilakukan pada papan batu di atas permukaan tanah. Jenis penguburan seperti ini hanya dapat ditemukan di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Reti di kampung lain, memiliki sistem penguburan yang umum yaitu dilakukan di tanah atau tidak dikubur pada papan batu, selain itu terdapat perbedaan ukuran pada kubur batu yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur yaitu ukuran besar, sedang, dan kecil. Reti di Kampung Kawangu, Pandawai memiliki keunikan tersendiri karena bukan hanya bentuk material yang besar dan megah, tetapi menampilkan bentuk yang khas berdasarkan hiasan berupa penji pada reti, sistem penguburan dan kemungkinan merupakan simbol tersendiri yang memiliki arti kehidupan bagi masyarakat penganutnya. 2. Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini. Adapun permasalahan yang akan diajukan yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk kubur batu (reti) yang ada di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur? 2. Bagaimana sistem penguburan pada kubur batu (reti) yang ada di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur? 190

3. Apa makna kubur batu (reti) bagi masyarakat pendukungnya yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur? 3. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian yaitu merekontruksi sejarah kebudayaan masa lalu dan merekontruksi cara-cara hidup manusia masa lalu untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada reti di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. Sedangkan tujuan khusus pada penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jawaban dari beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui tipologi reti yang terdapat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 2. Untuk mengetahui sistem penguburan di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 3. Untuk mengetahui makna reti bagi masyarakat di Kampung Kawangu, Pandawai, Sumba Timur. 4. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berupa data deskriptif. Lagkah awal yang dilakukan berupa studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari hasil penelitian sebelumnya berupa buku, laporan penelitian, artikel, dan lain-lain terkait dengan penelitian yang dilakukan. Tahap pengumpulan data dilapangan dimulai dengan observasi guna mendapatkan data awal dari pengamatan langsung pada objek secara teliti, pencatatan berupa deskripsi objek, dan melakukan pemotretan. Kegiatan selanjutnya berupa wawancara kepada informan yang merupakan masyarakat Kampung Kawangu yang mengetahui sejarah dari kubur batu (reti). Wawancara yang digunakan merupakan wawancara tidak terstruktur untuk memudahkan peneliti mengembangkan pertanyaan dilapangan sehingga mendapatkan hasil wawancara yang luas dan beragam. Tahap selanjutnya dilakukan tahap pengolahan dara dengan menggunakan analisis tipologi dan analisis etnografi. 191

5. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan bentuk, ukuran, dan bahan pada reti maka dapat dikasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu tipe besar, tipe sedang, dan tipe kecil. Reti tipe besar di klasifikasikan menjadi 2 berdasarkan hiasan berupa penji pada masing-masing reti yaitu reti tipe A1 dengan menggunakan 6 buah penji dan reti tipe A2 dengan menggunakan 2 buah penji. Reti tipe sedang diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan bahan yaitu reti tipe B1 merupakan reti dengan menggunakan bahan dasar batuan gamping, sedangkan reti tipe B2 merupakan reti dengan bahan dasar semen dan beton. Reti tipe kecil diklasifikasi berdasarkan bentuknya, yaitu reti tipe C1 memiliki bentuk bulat tidak beraturan dan reti tipe C2 memiliki bentuk persegi empat tanpa kaki. Berdasarkan bentuk dan ukuran dari reti dapat diketahui status sosial orang yang dikuburkan di dalamnya. Semakin besar ukuran kubur batu (reti) maka semakin tinggi status sosial orang tersebut di masyarakat semasa hidupnya. Sistem penguburan pada reti di Kampung Kawangu merupakan sistem penguburan primer dengan sikap mayat yang terlipat. Terdapat keunikan sistem penguburan pada reti tipe A1 dan reti tipe A2 karena mayat dikuburkan pada bagian batu di atas permukaan tanah, sedangkan penguburan di tempat lain dilakukan dalam tanah. Hal ini dilakukan sesuai perintah raja, karena raja merasa dirinya berbeda dan lebih daripada raja lainnya pada masa itu. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Kawangu penguburan ini dilakukan pada bagian badan bumi yaitu di atas permukaan tanah dan menyebabkan tidak adanya keturunan karena sesuatu yang berasal dari perut bumi atau tanah harus kembali ke tanah. Reti memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kampung Kawangu berupa makna religi dan makna kekuasaan. Makna religi pada reti dapat berupa kepercayaan adanya roh leluhur yang disebut kepercayaan marapu, upacara terkait kepercayaan marapu, dan masyarakat pendukung tradisi megalitik di Kampung Kawangu. Makna kekuasaan dapat dilihat pada besar dan megahnya suatu kubur batu, karena status sosial seseorang dapat dilihat dari ukuran dan hiasan yang terdapat pada reti. Adanya reti dengan ukuran besar di suatu perkampungan melambangkan bahwa pada kampugn tersebut terdapat raja atau bangsawan dengan pengaruh besar pada masa lalu. 192

6. Simpulan Bentuk dari tinggalan tradisi megalitik yang terdapat di Kampung Kawangu, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur dapat diklaifikasikan berdasarkan tipe besar, sedang, dan kecil. Reti di Kampung Kawangu berjumlah 39 buah dengan klasifikasi reti tipe besar berjumlah 2 buah yaitu A1 dan A2, reti tipe sedang B1 berjumlah 7 buah dan B2 berjumlah 11 buah, dan reti tipe kecil C1 berjumlah 18 buah dan reti tipe kecil C2 berjumlah 1 buah. Reti berukuran besar berbahan batu gamping dan pada bagian luar dilapisi dengan semen. Selain itu, reti ini disertai dengan penji berbentuk manusia dan ayam jantan pada bagian kepala pahatan manusia, namun ayam jantan tersebut telah hilang. Penji yang terdapat pada reti A1 berjumlah 6 buah, 3 buah patah dan 3 buah utuh, sedangkan pada reti A2 terdapat 2 buah penji. Reti ukuran sedang dapat diklasifikasikan menurut bahan yaitu bahan batu gamping dan bahan campuran semen dan beton. Reti ukuran kecil C1 terbuat dari batu gamping berbentuk bulat tidak beraturan dan reti tipe C2 berbentuk persegi empat tanpa kaki. Sistem penguburan yang terdapat pada reti di Kampung Kawangu memiliki keunikan karena penguburan dilakukan di atas permukaan tanah, sesuai dengan kepercayaan masyarakat. Masyarakat Kampung Kawangu, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur menganut suatu kepercayaan yang disebut dengan marapu. Kepercayaan ini berorientasi terhadap pemujaan roh leluhur yang menyebabkan tradisi megalitik di Kampung Kawangu masih berlangsung sampai saat ini (living megalithics tradition). Penguburan pada masyarakat dengan kepercayaan marapu diletakan dalam papan batu yang berada di atas tanah. Penguburan jenazah dalam reti dilakukan dengan sikap jongkok dan tangan menopang dagu, selain itu terdapat bekal kubur berupa mamuli, kanatar, gong, songkok, keramik cina, emas, dan beberapa peralatan yang terbuat dari gerabah. Reti berukuran besar diperuntukan raja atau maramba, sedangkan kuburan berukuran sedang dan kecil atau datar diperuntukan untuk kaum kabihu. Penguburan kaum ata di Kampung Kawangu hanya terdapat dibawah kuburan kaum maramba, kaum ata yang dikuburkan merupakan hamba setia raja semasa hidupnya. Reti di Kampung Kawangu memiliki makna tersendiri bagi masyarakat. Masyarakat di Kampung Kawangu percaya bahwa dengan mendirikan bangunan megalitik berupa reti dapat membawa orang yang sudah meninggal ke dunia arwah atau parai marapu dan 193

adanya hubungan yaitu perlindungan dari para leluhur terhadap orang yang masih hidup. Sikap penguburan jongkok memiliki makna bahwa orang yang sudah meninggal tersebut akan kembali ke pangkuan ibu, bisa dilahirkan kembali dan pada saat dilahirkan ia akan tetap berstatus sosial sama seperti kehidupannya yang terdahulu. Penempatan penji di atas reti melambangkan bahwa pernah adanya raja di Kampung Kawangu. Penji dengan wujud manusia menggambarkan pengawal dari para raja untuk mengantarkannya ke parai marapu, sedangkan ayam jantan melambangkan raja yang gagah berani dimasa hidupnya dulu. 7. Daftar pustaka Sukendar, Haris. 2003. Masyarakat Sumba dengan Budaya Megalitiknya. Jakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Pusat Penelitian Arkeologi. Tunggul, Nggodu. 2003. Etika dan Moralitas dalam Budaya Sumba. Pemerintah Daerah Sumba Timur: Promilenio Centre 194