EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PENERAPAN GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DENGAN TPS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN NHT

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA. Bahrudin 1, Rini Asnawati 2, Pentatito Gunowibowo 2

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

PEMBELAJARAN TPS BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Xaverius 2 Bandarlampung. Populasi dalam

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

: model pembelajaran, pemahaman konsep matematis, tutor sebaya

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN SELF CONCEPT

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CORE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PEER LESSON DAN TTW DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN TPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

EFEKTIVITAS DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA

EFEKTIVITAS PROBLEM-BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF CONFIDENCE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

PERBANDINGAN MODEL KOOPERATIF TIPE NHT DAN TPS DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII MTs Al-Hikmah Bandar

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI ABSTRACT

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Terbanggi Besar yang terletak di desa

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI SERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

PENGARUH METODE THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 25 Bandar Lampung semester genap

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

Transkripsi:

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Hani Ervina Pansa 1, Haninda Bharata 2, M.Coesamin 2 hani.pansa@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This research aimed to know the effectiveness of problem based learnimg model viewed by students' mathematical communication skill. This research design was posttest only control group. The population of this research was all students of grade VII st of SMPN 26 Bandar Lampung in academic year of 2014/2015 that was distributed into 10 classes. The samples of this research were students of VII-G and VII-H class who were taken by purposive sampling technique. This research data were data of mathematical communication skill. Based on the analysis of data, the proportion of students who have good mathematical communication skill in problem based learning model was over 0,5 and higher than conventional learning. Thus, viewed by students' mathematical communication skill, problem based learning model was effective and more effective than conventional model. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model problem based learning ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Desain penelitian ini adalah posttest only control group. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 26 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam sepuluh kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-G dan VII-H yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis data, proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis baik pada model problem based learning lebih dari 0,5 dan lebih tinggi daripada model konvensional. Dengan demikian, ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa, model problem based learning efektif dan lebih efektif daripada model konvensional. Kata kunci: komunikasi matematis, model konvensional, problem based learning

PENDAHULUAN Pengetahuan matematika sangatlah penting dalam proses berpikir siswa, karena dapat membantu ketajaman berpikir secara logis (masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar bagi perkembangan dan peradaban manusia. Matematika juga sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan seharihari. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menegah. Sebagaimana disebutkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, sistematis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika, namun kenyatanya matematika dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, salah satu aspek yang harus dikuasai adalah kemampuan komunikasi matematis. Menurut National Council of Teacher Mathematics (NCTM, 2000), tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis, penalaran matematis, pemecahan masalah matematis, koneksi matematis, dan representasi matematis siswa. Salah satu komunikasi dalam matematika adalah komunikasi tulisan (TEAMS, 1993) yang berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Hasil PISA (Programme of International Student Assesment) tahun 2012, rata-rata kemampuan membaca, matematika, dan sains untuk siswa Indonesia menduduki peringkat kedua terbawah dari 65 negara di dunia yang ikut serta (OECD, 2013:5). Literasi matematika pada PISA tersebut fokus kepada kemampuan siswa yang erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa di Indonesia masih harus mendapatkan banyak perhatian. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga terjadi di salah satu sekolah di Bandar Lampung, yaitu SMPN 26 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara terhadap guru

matematika di SMPN 26 Bandar Lampung, pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan pembelajaran konvensional. Cara yang dapat dilakukan oleh guru matematika untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan perbaikan proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model problem-based learning yang sering dikenal dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM), menurut Herman (2006:4) memiliki fokus utama yaitu memposisikan guru sebagai perancang dan organisator pembelajaran, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk memahami dan memakai matematika melalui aktivitas belajar. Selain itu siswa juga menjadi terbiasa untuk mengomunikasikan suatu masalah ke dalam bahasa matematika berdasarkan pengetahuan yang telah di dapat sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut, PBL diduga dapat melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara matematis sehingga menjadi lebih baik lagi. Dalam mengefektifkan model PBL, guru memonitor dan memotivasi keterlibatan siswa dalam diskusi agar selalu berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Dengan menerapkan model PBL diharapkan dapat menjadikan kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap model PBL yang dianggap efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung. Pembelajaran dikatakan efektif apabila proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis baik mencapai lebih dari 0,5. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 326 siswa yang terdistribusi dalam sepuluh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel atas dasar pertimbangan bahwa kelas yang dipilih adalah kelas yang diajar oleh guru yang sama. Terpilihlah kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VII- G sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen guru menerapkan model

PBL dan pada kelas kontrol guru menerapkan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan suatu kuasi eksperimen. Desain yang digunakan adalah posttest only control group. Data dalam penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh siswa sesudah diberi perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah siswa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran PBL dan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi matematis Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba pada kelas VIII-A yang kemudian dilakukan analisis mengenai validitas isi, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas. Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Instrumen tes yang dikategorikan valid jika yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Setelah dinyatakan valid, langkah selanjutnya diadakan uji coba soal untuk mengetahui tingkat reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran pada tiap butir soal yang dilakukan di kelas VIII-A. Menurut Widoyoko (2012: 155) suatu instrumen tes dikatakan baik apabila memiliki koefisien reliabilitas lebih dari atau sama dengan 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan instrumen tes kemampuan komunikasi matematis yang dibuat ternyata layak digunakan dalam penelitian. Selanjutnya instrumen tersebut diberikan kepada siswa di kelas sampel. Terhadap data kemampuan komunikasi matematis siswa dari dua kelas sampel, dilakukan uji normalitas. Berikut adalah hasil uji normalitas. Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Kelas Keputusan Uji PBL 1,34 H 0 diterima 7,81 KONVENSIONAL 3,55 H 0 diterima Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa, maka data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model PBL dan model konvensional berdistribusi normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data dilakukan dengan uji proporsi dan uji kesamaan dua proporsi. Setelah dilakukan analisis data kemampuan komunikasi siswa diperoleh banyak siswa yang memiliki kemampuan komunikasi dengan baik pada kelas PBL adalah 26 siswa dari total 37 siswa dan kelas konvensional sebanyak 18 siswa dari total 39 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan uji proporsi data kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model PBL didapat maka H 0 ditolak. Artinya, proporsi siswa dengan kemampuan komunikasi matematis yang baik pada kelas PBL lebih dari 0,5, sehingga disimpulkan bahwa model PBL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Dari hasil perhitungan uji kesamaan dua proporsi untuk nilai kemampuan komunikasi matematis didapat Z hitung = 2,15. Dari daftar distribusi normal baku diperoleh dengan = 5%, sehingga > yang berarti H 0 ditolak. Jadi, dari hasil uji tersebut dapat diperoleh bahwa proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi dengan baik pada kelas yang menggunakan model PBL lebih tinggi dari kelas yang menggunakan model konvensional. Dari perhitungan kedua uji tersebut, dapat dikatakan bahwa ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa, penggunaan model PBL efektif dan lebih efektif daripada siswa yang menggunakan model konvensional. Penyebab siswa pada kelas yang menggunakan PBL mempunyai kemampuan komunikasi lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional disebabkan pada tahapantahapan pembelajaran PBL yang dimulai dengan orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbimbing pengalaman individual/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Pada tahap orientasi siswa pada masalah, ketika guru menyajikan masalah, siswa dituntut untuk berperan aktif sebagai pemecah masalah. Aktivitas tersebut menuntut siswa untuk tekun dan semangat dalam menemukan atau merumuskan masalah yang diberikan.

Kemudian dilanjutkan dengan tahap mengorganisasi siswa untuk belajar, pada tahap ini siswa yang sudah bekerja dalam kelompoknya masing-masing dituntut untuk dapat bekerja sama dengan teman sekelompoknya, juga mengumpulkan informasi untuk dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Dengan aktivitas tersebut siswa didorong untuk mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Selanjutnya tahap membimbing penyelidikan individual dan kelompok, pada tahap ini siswa bersama teman sekelompoknya sudah mulai melakukan penyelidikan berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari berbagai sumber belajar dan hasil diskusi kelompok. Siswa juga dituntut untuk memiliki ketekunan, semangat dan fleksibilitas dalam mencari solusi masalah. Tahap berikutnya yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setelah masing-masing kelompok selesai mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka kepada teman-temannya. kegiatan ini membuat siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat dan hasil karyanya. Kemudian tahap yang terakhir yaitu tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahap ini siswa melakukan sharing mengenai pendapat dan idenya melalui kegiatan tanya jawab untuk mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah yang mereka sajikan. Aktivitas tersebut menuntut siswa untuk merefleksi atau memonitor hasil pekerjaan mereka. Tahapan-tahapan PBL di atas mengakibatkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan PBL dapat berkembang dengan baik. Berbeda dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional dimulai dengan guru menjelaskan tujuan pembelajaran, kemudian mendemonstrasikan atau menyajikan informasi secara bertahap, lalu guru memberikan latihan terbimbing, mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik dan ditutup dengan pemberian tugas rumah. Pada proses pembelajaran konvensional siswa juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis yang mereka miliki, hanya saja kesempatan yang diberikan tidak sebanyak pada PBL, sehingga berdampak kemampuan komunikasi matematis

siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional tidak lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran PBL. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran PBL efektif dan lebih efektif daripada model konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 26 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini diketahui dari pencapaian proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis baik untuk model PBL mencapai lebih dari 0,5. Selain itu, pencapaian proporsi siswa model PBL yang memiliki kemampuan komunikasi matematis baik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa model konvensional. http://eprints.uny.ac.id. (diakses pada 23 November 2014). NCTM. 2000. Communication on Imperative for Change. Virgina: The NCTM. [Online]. Tersedia di http://www.nctm.org. (diakses pada 4 November 2014). OECD. 2013. What Students Know and Can Do Student Performance in Matehmatics, Reading, and Science. [Online]. Tersedia di www. oecd.org (diakses pada 20 Oktober 2014). TEAMS. 1993. Communication. [Online]. Tersedia di http://teams.lacoe.edu.(diakses pada 26 November 2014). Widoyoko, Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. DAFTAR PUSTAKA Herman, Tatang. 2006. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Perpustakaan UNY. [Online]. 1(1): 52. Tersedia di