BAB I PENDAHULUAN. Petir merupakan gejala listrik alami dalam atmosfer bumi yang terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Letak Indonesia secara astronomis berada antara 6º LU 11º LS dan 95º BT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan sangat menarik untuk diteliti. Sebuah petir untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam kejadian petir setiap tahunnya. Hal ini karena kota Padang secara

BAB I PENDAHULUAN. dibanding daerah lain yang berada jauh dari garis khatulistiwa.

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat

BAB I PENDAHULUAN. maka akan semakin rendah tekanan dan suhunya. Uap air tersebut akan

KARAKTERISTIK PRELIMINARY BREAKDOWN PETIR DOWNWARD LEADER SEBELUM SAMBARAN NEGATIF PERTAMA

KARAKTERISTIK PETIR POSITIF PADA MUSIM DINGIN DI JEPANG TUGAS AKHIR

1 ANALISIS MEDAN LISTRIK YANG DIPRODUKSI OLEH PRELIMINARY BREAKDOWN PADA PETIR NEGATIF AWAN KE BUMI

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

APLIKASI ALGORITMA PEMILAHAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PETIR PADA PC DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN C

1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang

1. BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1. Perubahan nilai kandungan elektron di atmosfer sebelum terjadi Gempabumi Yogyakarta 26 Mei 2006 ( I Made Kris Adi Astra, 2009)

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tenaga listrik. Dimana transformator dilengkapi dengan pengaman pengaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Pada saat sistem isolasi menahan electrical stresses, isolasi

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU?

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Petir adalah fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat

KARAKTERISTIK MEDAN LISTRIK ATMOSFER KOTA PADANG DAN HUBUNGANNYA DENGAN SAMBARAN PETIR AWAN KE TANAH

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. konsumen yang letaknya saling berjauhan. Karena dengan menaikkan tegangan maka

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa.

TUGAS AKHIR PENGARUH IMPEDANSI SURJA PEMBUMIAN MENARA TRANSMISI TERHADAP TEGANGAN LENGAN MENARA WINDY ROLAND TOBING NIM :

BAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi

PROTEKSI PESAWAT TERBANG BOEING TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR KERJA PERCOBAAN 01 MATERI PELAJARAN : KELAS/SEMESTER : NAMA KELOMPOK : NAMA ANGGOTA KELOMPOK : KEGIATAN PERCOBAAN A.

BAB I PENDAHULUAN. lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching. ketahanan peralatan dalam memikul tegangan lebih impuls.

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BMG SELAMAT DATANG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN GEOFISIKA GOWA

I. PENDAHULUAN. Sebagai contoh adalah musim hujan di Indonesia yang kedatangannya selalu

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA. TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

Politeknik Negeri Sriwijaya

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

Frekuensi Sebaran Petir pada Kejadian Hujan Ekstrem di Stasiun Meteorologi Citeko... (Masruri dan Rahmadini)

DISTRIBUSI FASA PULSA-PULSA PD MINYAK SILIKON DENGAN TEGANGAN TINGGI AC

1. Sebuah benda dikatakan bermuatan negatif. Artinya adalah : a. Jumlah proton lebih banyak daripada elektron.

1 BAB I PENDAHULUAN. elektronik, komunikasi, maupun mesin. Setiap peralatan tersebut membutuhkan

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN:

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

TEGANGAN INDUKSI PADA KABEL INSTALASI LISTRIK AKIBAT ARUS PETIR PADA KAWAT PEMBUMIAN PENANGKAL PETIR OLEH BONAR S BANJARNAHOR NIM :

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya di Bumi, cuaca juga terjadi di Antariksa. Namun, cuaca di

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Frekuensi identik dengan banyaknya jumlah gelombang per satu perioda waktu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

SIMBOL DAN STRUKTUR DIODA

KINERJA RANGKAIAN R-C DAN R-L-C DALAM PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA EFEK TEGANGAN INDUKSI KARENA SAMBARAN PETIR PADA AREA OPERASIONAL PT. X SKRIPSI JEFANYA GINTING

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan bangunan yang menggunakan energi listrik yang memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir merupakan gejala listrik alami dalam atmosfer bumi yang terjadi akibat lepasnya muatan listrik baik positif maupun negatif yang terdapat di dalam awan [1]. Pada dasarnya petir memiliki tipe-tipe untuk mencapai sambaran nya, sambaran tersebut meliputi sambaran yang terjadi antara awan dan bumi (cloud to ground), awan dengan awan lainnya (cloud to cloud), di dalam pusat awan itu sendiri (intra cloud) atau awan dengan udara (cloud to air) [2]. Petir merupakan salah satu fenomena alam yang berbahaya, baik bagi makhluk hidup maupun bagi lingkungan disekitar daerah sambaran petir tersebut. Salah satu jenis petir yang berbahaya yaitu jenis petir positif awan ke bumi (cloud to ground positive). Petir jenis ini sangat jarang terjadi, dengan persentase kurang dari 10% dari suatu siklus badai. Selain itu, petir positif ini memiliki arus puncak yang sangat besar (jauh lebih besar dibanding dari petir negatif) [3]. Petir positif memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan petir negatif. Salah satu keunikan dari petir positif adalah memiliki enam konsep konfigurasi muatan awan dan skenario menuju produksi petir positif ke tanah. Hal ini dapat dilihat dari deretan pulsa awal atau preliminary breakdown-nya, dimana tidak selalu menunjukan polaritas yang sama antara polaritas awal pulsanya dengan 1

return stroke. Deretan pulsa medan listrik yang terjadi selama beberapa milisecond atau microsecond (μs) sebelum sambaran pertama dikenal dengan sebutan (pulse train) deretan pulsa preliminary breakdown [4]. Disamping itu jumlah pulse train pada petir positif juga tidak selalu terdiri atas satu pulse train saja, bisa terdiri lebih dari satu pulse train, dan juga terdapat pulsa lain antara polaritas awal pulsanya dengan return sroke. Dalam penelitian yang telah dilakukan, semua return stroke didahului oleh satu deretan pulsa [5]. Gomes dan Cooray menemukan bahwa sekitar 9% dari proses kegagalan awal memiliki lebih dari satu deretan kegagalan pulsa sebelum return stroke. Deretan pulsa yang mengawali terjadinya return stroke pada umumnya memiliki karekteristik bentuk gelombang yang sama dengan return stroke. Pada penelitian lainnya karakteristik petir dilihat berdasarkan PB/RS Rasio, preliminary breakdown-return stroke separation, pre return stroke duration, pulse train duration (durasi deretan pulsa preliminary breakdown), individual pulse duration (durasi satu pulsa), dan interpulse duration (durasi antar pulsa) tentang petir cloud-to-ground positif [6]. Sebuah penelitian yang dilakukan di Johor Baru, Malaysia dan Florida dimana membandingkan kejadian petir di Malaysia dan Florida, dengan memperhatikan pulsa preliminary breakdown dan yang dilakukan dari April hingga Juni tahun 2009 [4]. Pada tugas akhir ini dilakukan pengamatan terhadap karakteristik bentuk gelombang medan listrik petir positif awan ke bumi mulai dari pulsa bagian 2

preliminary breakdown hingga pulsa sebelum return stroke. Pengamatan dilakukan terhadap deretan pulsa sebelum return stroke memiliki bentuk gelombang yang sama setiap sambaran, menghitung jumlah deretan pulsa pada preliminary breakdown, mengamati pulsa lain diantara preliminary breakdown hingga return stroke dan bentuk gelombang masing-masingnya. Kemudian membandingkan petir positif itu dengan data kondisi curah hujan yang terjadi di Kota Padang dalam kurun waktu tertentu. Semua parameter yang diamati akan dihitung persentase kemunculan masing-masingnya untuk kemudian dianalisa dan dibuat kesimpulannya. 1.2 Rumusan Masalah Adapun perumusan masalahnya dapat ditulis sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik bentuk gelombang medan listrik petir positif awan ke bumi (CG+) dengan parameter tipe-tipe petir yang telah ditentukan. 2. Bagaimana hubungan sambaran petir positif awan ke bumi (CG+) dengan curah hujan di Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi serta menganalisa karakteristik bentuk gelombang medan listrik petir positif awan ke bumi sehingga menghasilkan persentase tipe-tipe petir sesuai parameter yang telah ditentukan. 3

2. Mengklarifikasi adanya hubungan sambaran petir positif awan ke bumi (CG+) dengan curah hujan di Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik bentuk gelombang medan listrik petir positif awan ke bumi. 2. Memberikan pengetahuan mengenai hubungan sambaran petir positif awan ke bumi (CG+) dengan curah hujan di Kota Padang. 3. Dapat berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran parameter petir. 1.5 Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada beberapa hal : 1. Penelitian ini dilakukan terhadap petir positif awan ke bumi yang terjadi di Kota Padang pada bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Juni 2016. 2. Penelitian terfokus pada data sambaran petir positif awan ke bumi berdasarkan karakteristik bentuk gelombang medan listrik petir positif awan ke bumi mulai dari pulsa preliminary breakdown hingga pulsa yang ada sebelum return stroke, kemudian membandingkan data petir positif dengan data curah hujan di Kota Padang. 4

3. Data petir diambil dari data yang sudah ada terekam di Jurusan Teknik Elektro Universitas Andalas. 4. Data kondisi curah hujan yang diperoleh dari situs AccuWeather Forecast for West Sumatra Indonesia pada tahun 2016 1.6 Sistematika Penulisan berikut: Adapun sistematika penulisan dari laporan penelitian ini adalah sebagai BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori-teori pendukung yang digunakan dalam perencanaan dan pembuatan tugas akhir. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Membahas perangkat komponen dan software yang digunakan dalam sistem pengukuran medan listrik petir, proses atau langkah-langkah pengukuran dan pengolahan data hasil pengukuran (akuisisi data). BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan mengidentifikasinya sesuai dengan variabel yang di bahas. 5

BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data dan pengidentifikasiannya pada tugas akhir ini, serta saran yang dapat digunakan untuk penyempurnaan tugas akhir ini. 6