PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

dokumen-dokumen yang mirip
BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Priyontika,et al., Early Warning Alert And Response System (EWARS) Sebagai Upaya Deteksi Dini...

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 56

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

BAB II PEMBAHASAN. Tujuan Surveilans Epidemiologi 2 Tujuan surveilans epidemiologi yaitu:

SURVEILANS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PASKA BENCANA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI FAKTOR YANG Memengaruhi KUALITAS DATA EWARS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

IND P PROFIL KEMENTERIAN KESEHATAN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2012

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

PENGUATAN PERAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DALAM MANAJEMEN KESEHATAN

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Berikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Jumat

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

MODUL PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI (IRS 454)

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

Penyakit Endemis di Kalbar

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Pedoman dan Panduan kerja penyelenggaraan upaya puskesmas

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

EARLY WARNING ALERT AND RESPONSE SYSTEM (EWARS) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI PUSKESMAS KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 03 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

MAKALAH INDIV ADMINISTRASI PUSKESMAS

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN. PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No.1 Telp (0511) Banjarmasin

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

PENGEMBANGAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERBASIS KOMPUTER DI PUSKESMAS BEJI KOTA DEPOK TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Oleh Direktur Jenderal PP-PL Depkes

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP )

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi.

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PUSKESMAS JURANGOMBO KOTA MAGELANG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

Kerangka Acuan Kerja ( KAK )Kegiatan survailance epidemiologi kesehatan. Puskesmas Kijang Tahun Anggaran : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%

PERCEPATAN PENCAPAIAN SASARAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat


KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencegahan dan pemberantasan penyakit merupakan prioritas pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

Juknis Operasional SPM

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

A. Gambaran Berdasarkan Survei dan Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS KESEHATAN Komplek Gelanggang Pemuda Cisaat Tel-Fax (0266) SUKABUMI

Transkripsi:

BULLETIN KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Subdit Kejadian Luar Biasa Direktorat Imunisasi dan Karantina, Ditjen PP dan PL Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 156 Telp. (21)42665974, Fax. (21)4282669 e-mail: ewars.pusat@yahoo.com PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21 Tahun 21 Bulletin Kewaspadaan Dini dan Respons edisi minggu ke-21 ini merupakan edisi khusus. Data yang akan ditampilkan merupakan gambaran kinerja SKD dan Respons Propinsi Lampung (Kelengkapan dan ketepatan laporan) sejak penguatan laporan SKD dan Respons dimulai yaitu minggu ke 27 tahun 29 sampai dengan minggu ke-21 tahun 21 dan untuk kelengkapan laporan menurut kabupaten/kota berasal dari minggu ke-1 s/d 21 Tahun 21. Selain itu analisa data penyakit juga sejak minggu 1-21 tahun 21. Bulletin ini merupakan sarana yang digunakan oleh pusat untuk memberikan umpan balik terhadap kinerja maupun data yang disampaikan oleh Propinsi Lampung. Diharapkan dengan adanya umpan balik ini Dinas Kesehatan Propinsi maupun Kabupaten dapat lebih meningkatkan kinerjanya di minggu mendatang, serta dapat mengidentifikasi puskesmas-puskesmas yang bermasalah terhadap SKD dan Respons ini dan dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Ketepatan dan Kelengkapan Laporan Kelengkapan laporan SKD dan Respons sejak awal penguatan yaitu pada minggu ke-27 tahun 29 sampai minggu ke-21 tahun 21 menunjukan trend menurun. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi puskesmas di Propinsi Lampung terhadap Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons KLB penyakit potensial wabah juga semakin menurun. Tren kelengkapan yang semakin menurun ini merupakan indikator adanya masalah terhadap sistem surveilans khususnya SKD dan Respons. Bila masalah ini terus-menerus dibiarkan dan tidak dicari jalan keluar maka tidak tertutup kemungkinan SKD dan Respons Propinsi Lampung yang telah dibangun dan diperkuat, di masa datang akan mati. Sehingga dampaknya Kejadian Luar Biasa juga tidak dapat diantisipasi karena tidak dapat terdeteksi lagi. Grafik 1. Ketepatan, Kelengkapan Laporan SKD dan Respons Minggu 27 thn 29 s.d Minggu 21 th 21 Propinsi Lampung hal. 1

Bila dilihat lebih jauh perkabupaten ternyata partisipasi pelaporan SKD dan Respons dari puskesmas yaitu berasal dari Lampung Utara, Tulang Bawang, Lampung Tengah, Way Kanan, Tanggamus. Sedangkan Lampung Timur juga perlu ditingkatkan kembali agar mencapai >8%. Tabel 1. Kelengkapan Laporan SKD dan Respons Menurut Kabupaten di Propinsi Lampung Minggu ke-1 s/d 21 Tahun 21 Sejak minggu pertama hingga minggu ke-21 tahun 21, ada penyakit yang nilai ambang batasnya 1 merupakan indikasi KLB seperti supsek kolera, suspek anthrax, AFP, suspek difteri, suspek flu burung pada manusia dan, suspek TN. Namun ada beberapa penyakit tersebut yang tidak dilaporkan segera (1x24 jam) sampai ke pusat (Depkes). Misalnya tidak ada laporan W1 dari propinsi ke pusat untuk suspek difteri, suspek anthrax, suspek kolera, suspek flu burung pada manusia dan suspek TN. Selain itu belum tentu semua kasus tersebut kasus tersebut ditindaklanjuti dengan pengambilan spesimen untuk penegakan diagnosis. Bila dilihat proporsi kasus terhadap total kunjungan, maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya probabilitas untuk terjadinya KLB untuk penyakit potensial di Propinsi Lampung adalah sebesar lebih kurang 8,42%. Tabel 2. Distribusi Kasus Menurut Jenis Penyakit/ Gejala Dalam SKD Dan Respons Propinsi Lampung Kumulatif Minggu ke-1 s/d 21 Tahun 21 Penyakit/ Gejala Jumlah Kasus Baru Insiden (per 1.) Proporsi (persen) 1. Diare Akut 5.983 678,5 4,3 2. yang tidak diketahui asalnya 22.567 3,2 1,9 3. Tifoid 13.516 179,9 1,14 4. Diare Berdarah 4.79 54,5,34 5. Pnemonia 2.766 36,9,23 6. Malaria Konfirmasi 2.295 3,5,19 7. Dengue 1.63 21,8,14 8. Berdarah Dengue 512 6,8,4 9. Campak 438 5,7,4 1. Kluster Penyakit yang tidak diketahui 43 5,7,4 11. Gigitan Hewan Penular Rabies 34 4,5,3 hal. 2

Penyakit/ Gejala 12. Sindrom Jaundice 13. Kolera 14. Antrax Jumlah Kasus Baru Akut 16 83 71 15. Acute Flacid Paralysis (AFP) 14 16. Difteri 11 17. Tetanus 11 18. Flu Burung Pada Manusia 6 Insiden (per 1.) 19. Pertussis 5 2. Meningitis/Encephalitis 2 21. Tetanus Neonatorum 2 Catatan: Proporsi adalah jumlah kasus baru per total kunjungan di pelayanan Total kunjungan di pelayanan kumulatif minggu 1-21 adalah 1.186.32 Proporsi ke 21 jenis penyakit/sindrom minggu 1-21 di Propinsi Lampung sebesar 8,42% Proporsi (persen) 2,1,1 1,1 1,1 Grafik 2. Rekapitulasi Sinyal Kewaspadaan Propinsi Lampung Minggu ke-1 s.d 21 Tahun 21 14 12 1 Jumlah Sinyal 8 6 4 2 Minggu ke Grafik 2 merupakan rekapitulasi sinyal kewaspadaan yang muncul di Propinsi Lampung pada tingkat puskesmas. Misalnya pada minggu ke-2 terdapat 12 sinyal di puskesmas. Pada minggu ke-19 terjadi adalah sinyal yang terendah. hal. 3

3 25 2 15 1 5 Grafik 3, Rekapitulasi Sinyal Kewaspadaan Dini Propinsi Lampung Minggu ke-1 s/d 21 Tahun 21 Sedangkan pada grafik 3 merupakan rekapitulasi sinyal kewaspadaan selama minggu 1-21 tahun 21. Terlihat sinyal yang sering muncul adalah suspek campak. Sedangkan sinyal yang jarang terjadi adalah suspek TN. Grafik 4 Tren yg tidak diketahui, Pneumonia dan Flu Burung Pada Manusia sampai dengan Minggu ke-21 Propinsi Lampung 18 16 14 12 1 8 6 4 2 yang tidak diketahui asalnya Berdarah Dengue Tifoid Dengue 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 Minggu ke-1 telah terjadi peningkatan kasus yang signifikan pada suspek dengue. Setelah dikonfirmasi ke Dinas Kesehatan Propinsi ternyata pada minggu tersebut telah terjadi suspek KLB Chikungunya. Karena Chikungunya tidak masuk dalam penyakit yang diamati dalam EWARS maka mereka memasukan demam chikungunya ke hal. 4

dalam suspek dengue. Kalau Chikungunya dianggap penting dan perlu diamati maka akan dimasukan kedalam sistem EWARS. Grafik 5. Distribusi Kasus Diare, Diare Berdarah dan Tifoid Propinsi Lampung Minggu ke- 1 s/d 21 Tahun 21 4 Jumlah Kasus 35 3 25 2 15 Diare Akut Diare Berdarah 1 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 Minggu Tifoid Peta 1. Insidens Kumulatif Malaria Propinsi Lampung Menurut Kabupaten Minggu ke-1 s/d 21 Tahun 21 hal. 5

Rekomendasi dan Tindak Lanjut: 1. Kinerja SKD dan Respons di Propinsi Lampung cenderung menurun. Bila masalah tersebut tidak diatasi dengan baik maka SKD dan Respons di Propinsi Lampung akan mati suri dan KLB tidak akan terdeteksi dengan baik. Oleh karena itu perlu dicari akar masalah tersebut secara berjenjang dan dicari jalan keluarnya. Kabupaten yang bermasalah tersebut adalah Lampung Utara, Tulang Bawang, Lampung Tengah, Way Kanan, dan Tanggamus. 2. Untuk kasus dengan nilai ambang batas 1 kasus seperti suspek kolera, suspek difteri, suspek antrax, AFP, suspek TN, suspek flu burung pada manusia maka segera turun ke lapangan dan ambil spesimen untuk penegakkan diagnosis. Dan lakukan tatalaksana kasus sesuai dengan SOP. 3. Bila ada sinyal diharapkan segera direspons oleh propinsi, kabupaten dan puskesmas. hal. 6