I. PENDAHULUAN. Izin sebagai bukti legalitas untuk menjalankan usaha khususnya perdagangan

dokumen-dokumen yang mirip
Bahaya Minuman Keras. Khutbah Pertama:

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas merupakan salah satu masalah publik yang sulit diatasi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN SIDOARJO

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. melainkan hanya bisa dikurangi atau sedikit dicegah. Antisipasi atas kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB IV. pembuatan peraturan walikota ini adalah dalam rangka memberikan pelayanan. di bidang perdagangan dan perindustrian.1

BAB I PENDAHULUAN. seseorang telah layak untuk membawa kendaraan mereka dengan ketentuan yang. melakukan pembuatan SIM di Polresta Bandar Lampung.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor,

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 13TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sekarang ini di Indonesia banyak ditemukan kasus kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Dampak positif dari pembangunan nasional itu adalah terwujudnya

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

TINJAUAN PERILAKU MINUM MINUMAN BERALKOHOL DAN GANGGUAN KONDISI KESEHATAN PADA PEMUDA DI DESA KIRINGAN BOYOLALI

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENGEDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

P E R A T U R A N D A E R A H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 6

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan angkutan barang wajib memiliki izin, sesuai yang telah

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. xiii

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Berita Kriminal pada Surat Kabar Harian Vokal. menggambarkan dan menjelaskan permasalahan yang diteliti dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atika Permata Sari, 2015

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RechtsVinding Online

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 19 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Izin sebagai bukti legalitas untuk menjalankan usaha khususnya perdagangan barang yang dijual bebas ataupun barang yang perdagangannya dalam pengawasan pemerintah. Barang dagang yang perdagangannya diawasi oleh pemerintah salah satunya adalah minuman beralkohol. Minuman beralkohol termasuk dalam barang perdagangan dalam pengawasan karena efek dari mengkonsumsi minuman beralkohol ini dapat menurunkan atau menghilangkan kesadaran orang dan menyebabkan penyakit pada tubuh manusia. Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah/kadar alkohol yang dikonsumsi. Minuman beralkohol bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan, akan muncul efek, yaitu merasa lebih bebas mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan) muncul akibat ke fungsi fisik-motorik, seperti bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri, kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu.

2 Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkah lakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu, banyak ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otak. Kadangkadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar. Selain dari efek yang ditimbulkan di atas, mengonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat. Dampak negatif dari mengonsumsi minuman beralkohol ini seperti yang dijumpai dalam berbagai pemberitaan baik media cetak maupun media elektronik. Banyak pengguna alkohol yang mengonsumsi minuman beralkohol yang kemudian harus berurusan dengan pihak kepolisian ketika mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. Ketika mengonsumsi minuman beralkohol tanpa batas, maka pengonsumsi menjadi tak terkendali dan senantiasa berbuat semaunya saja. Dampak negatif yang terjadi setelah mengonsumsi minuman beralkohol ini antara lain kecelakaan lalu lintas atau tindakan melanggar hukum seperti penganiayaan, pencurian, tawuran dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah kasus penganiayaan yang terjadi setelah mengonsumsi minuman beralkohol yang mengakibatkan tewasnya Muhammad Irwan, sopir angkutan kota yang dilakukan

3 oleh dua orang pelaku yang berinisial D dan K pada tanggal 08 November 2011. (Lampung Post, Jumat 11 November 2011) Selain itu juga mengonsumsi minuman beralkohol menjadi salah satu faktor penyebab terjadi kecelakaan lalu lintas jalan darat. Contohnya kecelakaan kendaraan bermotor antara tiga buah sepada motor yang mengakibatkan dua korban meninggal dunia dan empat orang luka-luka di Kota Metro (Radar Lampung, Senin 02 November 2009). Pemerintahan mengatur dan mengawasi perdagangan minuman beralkohol karena dampak negatif dari mengonsumsi minuman beralkohol tersebut sangat membahayakan. Ini dilakukan pemerintahan dengan mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Peraturan tersebut salah satunya adalah Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 43/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Dalam Pasal 19 ayat (1) permen ini mengatur bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan pengedaran dan/atau penjualan minuman beralkohol golongan B dan/atau golongan C wajib memiliki SIUP-MB. Pada ayat (2) menyatakan bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pengedaran dan/atau penjualan minuman beralkohol golongan A wajib memilki SIUP. SIUP-MB merupakan surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan khusus minuman beralkohol golongan B dan/atau golongan C. SIUP-MB ini harus dimiliki oleh setiap perusahaan ataupun perorangan apabila ingin melakukan kegiatan perdagangan minuman beralkohol. Selain Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 43/M-DAG/PER/9/2009, terdapat pula peraturan

4 daerah yang mengatur lebih lanjut tentang perdagangan minuman beralkohol. Untuk daerah Kota Bandar Lampung terdapat Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pengendalian Pengedaran Penjualan Minuman Beralkohol. Pasal 7 ayat(1) Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 ini menyatakan bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan minuman beralkohol golongan B dan atau golongan C wajib memiliki SIUP-MB. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan khusus minuman beralkohol golongan B dan/atau golongan C. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan pengadaan, pengedaran, dan/atau penjualan minuman beralkohol golongan B dan/atau C wajib memiliki SIUP-MB. Khusus mengenai penerbitan SIUP-MB di Kota Bandar Lampung, sejak tahun 2008 setelah dikeluarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 sampai tahun 2011 belum berjalan sebagaimana mestinya. Perusahaan yang melakukan perdagangan minuman beralkohol dengan hanya memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) tetap dinyatakan legal untuk melalukan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung. Baru pada tahun 2011 ada peraturan yang lebih khusus mengatur mengenai penerbitan SUIP-MB, yaitu dengan dibentuk dan disahkannya Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 81 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB). Peraturan ini dikeluarkan untuk menindaklanjuti Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 dan Peraturan

5 Menteri Perdagangan RI Nomor: 43/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2010. Walaupun telah diatur dengan jelas bahwa perdagangan minuman beralkohol harus memiliki izin terlebih dahulu, perdagangan minuman beralkohol masih dilakukan juga oleh pihak-pihak yang tidak memiliki izin. Akibatnya, saat ini juga bukan hanya orang dewasa saja yang mengonsumsi minuman beralkohol namun remaja yang rata-rata merupakan pelajar telah juga mengonsumsi minuman beralkohol. Ini karena banyak penjual yang tidak mempunyai izin menjual minuman beralkohol secara sembunyi-sembunyi. Minuman beralkohol sebenarnya hanya dapat dijual kepada orang dewasa dan di tempat tertentu yang dizinkan. Namun dalam kenyataannya perdagangan minuman beralkohol dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki izin dan dilakukan tidak pada tempat yang diizinkan. Perdagangan minuman beralkohol yang dilakukan tanpa izin dan tidak pada tempat yang diizinkan karena kurangnya pengawasan pemerintah. Pengawasan terhadap perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung dapat dirasakan masih kurang maksimal. Banyak jenisjenis atau merek-merek minuman beralkohol yang beredar di Kota Bandar Lampung baik terdaftar maupun tidak terdaftar dijual secara mudah walaupun penjualannnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kios atau warung di pinggir jalan di Kota Bandar Lampung terutama di dekat daerah keramaian misalnya terminal dan pasar menjadi tempat memperdagangkan minuman beralkohol.

6 Tentunya, kios dan warung ini tidak mempunyai izin untuk melakukan usaha perdagangan apalagi izin untuk memperdagangkan minuman beralkohol. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perizinan perdagangan minuman beralkohol dengan judul, Perizinan Perdagangan Minuman Beralkohol Di Kota Bandar Lampung. 1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. 2. 1 Permasalahan Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah tata cara perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung? b. Bagaimanakah pengawasan terhadap perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung? 1. 2. 2 Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian ini membahas tentang perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung. Hal-hal yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah tata cara perizinan perdagangan minuman beralkohol dan pengawasan terhadap perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung.

7 1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini, adalah: a. Mengetahui tata cara perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung. b. Mengetahui pengawasan perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung. 1. 3. 2 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini, yaitu: a. Kegunaan teoritis, yaitu berguna sebagai upaya memahami ilmu hukum di bidang Hukum Administrasi Negara, khususnya Hukum Perizinan yang berkaitan dengan perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung. b. Kegunaan praktis, yaitu menambah pengetahuan pemerintah, pelaku dunia usaha dan masyarakat mengenai perizinan perdagangan minuman beralkohol di Kota Bandar Lampung.