BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermunculnya kasus perusahaan yang jatuh dan kegagalan bisnis sering dikaitkan dengan kegagalan auditor. Hal ini mengancam kredibilitas auditor sebagai pihak yang ditugasi untuk menambah kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit. Kualitas audit ini penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. De Angelo (1981) dalam Kurnia et al. (2014) mendefinisikan kualitas audit merupakan segala kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas auditor menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara melaporkan salah saji tergantung independensi auditor. Kualitas audit merupakan suatu konstruk laten yang sulit untuk diukur sehingga banyak variabel atau cara yang digunakan untuk mengukurnya. Untuk melihat kredibilitas seorang auditor dalam menentukan kualitas auditnya yaitu, dengan memeriksa laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana untuk menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. 1
2 Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Maraknya skandal keuangan yang terjadi di luar negeri maupun di dalam negeri telah memberikan dampak besar terhadap kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen seharusnya memberikan jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan (Saripudin dkk, 2012). Kasus yang terjadi yang dilakukan oleh kantor akuntan publik seperti kantor akuntan publik mitra Ernst & Young s (EY) di Indonesia yakni KAP Purwantono, Suherman dan Surja sepakat membayar denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal melakukan audit laporan keuangan kliennya. Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB) pada hari kamis tgl. 9 Februari 2017 waktu Washington. Kasus itu merupakan insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik, sehingga menimbulkan keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek usahanya di negara berkembang sesuai kode etik. Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas perusahaan telekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak memadai, demikian disampaikan pernyataan tertulis PCAOB, seperti dilansir Kantor Berita Reuters, dikutip Sabtu, 11 Februari 2017. Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit
3 kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih dari 4 ribu unit tower seluler. Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit dengan status wajar tanpa pengecualian, demikian disampaikan PCAOB. PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada 2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang tidak benar sehingga menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta juga memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada 2011. Dalam ketergesaan mereka untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan dua mitranya lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit yang cukup, ujar Claudius B. Modesti, Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Investigasi. Manajemen EY dalam pernyataan tertulisnya menyatakan telah memperkuat proses pengawasan internal sejak isu ini mencuat. Sejak kasus ini mengemuka, kami terus melanjutkan penguatan kebijakan dan pemeriksaan audit global kami, ungkap Manajemen EY dalam pernyataannya (Tempo.Co). Adapun kasus lain seperti pemecatan sepihak oleh PT Bank Panin Tbk terhadap seorang internal auditnya menarik perhatian anggota komisi XI DPR Kamarudin Sjam, Yus Rusyana menemukan indikasi terjadinya rekayasa kredit Rp 30 Milyar di KCU Banjarmasin. Menurut Sjam, sebelum menilai kasus PHK perlu mengetahui bagaimana standar dan kompetensi internal audit di perbankan nasional, apakah sudah mengikuti aturan yang berlaku atau tidak. Perlu penjelasan
4 prosedur audit yang dilakukan tim audit internal PT. Bank Panin Tbk karena ada standar umum dalam melakukan audit termasuk persyaratan Akuntan Publik (AP) yang melakukan pemeriksaan, apakah akuntan publik tersebut memenuhi syarat sebagai pemeriksa mulai dari ilmu, integritas dan kredibilitasnya sebagai pemeriksa (Kamarudin Sjam). Ketua BPK Hadi Purnomo mengatakan bahwa pemahaman Akuntan Publik (AP) akan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) ternyata masih perlu ditingkatkan. Penilaian tersebut terlihat dari hasil evaluasi BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan BUMN pada tahun 2012. Dari evaluasi tersebut Hadi Purnomo mengatakan bahwa satu pelaksanaan pemeriksaan telah sesuai dengan SPKN sedangkan 22 lainnya belum sepenuhnya sesuai dengan SPKN. Enam pelaksanaan pemeriksaan hasil evaluasinya berpengaruh pada opini. Adapula Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) akuntan publik belum memadai dan tidak mendukung opini hasil pemeriksaan karena terdapat usulan jurnal koreksi dari auditor tanpa didukung KKP. Akuntan Publik tidak cermat dalam menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan kejadian setelah tanggal neraca dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian tentang penawaran saham perdana. Akuntan publik tidak membuat perencanaan audit secara memadai, akuntan publik tidak melaksanakan prosedur audit yang memadai atas beberapa saldo akun dan tidak cermat dalam melakukan audit (Hadi Purnomo). Dari kasus tersebut diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit agar tidak terjadi kesalahan. Menurut Arens et al. (2012:289) mengatakan bahwa keterlibatan audit memerlukan staf yang lebih berpengalaman. Semua staf Kantor Akuntan Publik (KAP) harus berkualitas. Untuk hukum yang dapat
5 diterima risiko audit, perhatian khusus harus diberikan dalam memilih staf dan pentingnya skeptisisme profesional dalam mengaudit. Menurut Wiratama dan Ketut (2015) pengalaman seorang auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Pengalaman bagi seorang auditor dalam bidang audit berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian seorang auditor, karena pengetahuan dan keahlian auditor diperoleh dari pendidikan formalnya sehingga kualitas audit akan semakin baik seiring bertambahnya pengalaman dalam melakukan tugas audit dan dalam mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiratama dan Ketut (2015) menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang sejalan antara pengalaman kerja dengan pelaksanaan kualitas audit. Sebaliknya menurut Ayuningtyas dan Sugeng (2012) pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dikarenakan auditor yang menjawab survey masih kategori auditor muda yang belum cukup berpengalaman dalam melakukan audit. Kompetensi merupakan keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan. Setiap auditor wajib memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi auditor (Tuanakotta, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Purwanda dan Emmatrya (2015) menyatakan bahwa kompetensi mempengaruhi kualitas suatu audit. Sebaliknya Samsi et al. (2013) menyatakan bahwa kompetensi tidak mempengaruhi kualitas suatu audit. Hal tersebut berkaitan dengan pola rekruitmen pegawai yang bertugas sebagai auditor,
6 agar dalam penempatan pegawai memperhatikan persyaratan dan kriteria-kriteria seorang auditor. Misalnya latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang menunjang tugas audit, dengan demikian diharapkan semua auditor memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas. Hal tersebut ingin dibuktikan oleh peneliti apakah auditor yang mempunyai kompetensi akan berpengaruh terhadap kualitas suatu audit. Akuntabilitas merupakan wujud kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan atas kewenangan yang dipercayakan kepadanya guna pencapaian tujuan yang ditetapkan. Seorang akuntan publik wajib untuk menjaga perilaku etis mereka kepada profesi, masyarakat dan pribadi mereka sendiri agar senantiasa bertanggung jawab untuk menjadi kompeten dan berusaha objektif dan menjaga integritas sebagai akuntan publik (Singgih dan Icuk, 2010). Menurut Purwanda dan Emmatrya (2015) akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Semakin besar akuntabilitas seorang auditor maka semakin tinggi tingkat kualitas hasil kerja. Dalam hal ini peneliti ingin membuktikan secara empiris, apakah pengalaman kerja, kompetensi, dan akuntabilitas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Peneliti termotivasi untuk melakukan pengujian empiris dengan alasan: Pertama, dalam menjalankan tugasnya akuntan publik rentan menghadapi berbagai tekanan kepentingan dan ekonomi yang dapat berakibat menurunnya kualitas kerja yang dimilikinya. Kedua, berbagai penelitian sebelumnya mengenai pengalaman kerja, maupun kompetensi dan akuntabilitas auditor masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan uraian diatas penulis
7 merumuskan judul penelitian sebagai berikut : Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi Dan Akuntabilitas Auditor Terhadap Kualitas Audit. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 3. Apakah akuntabilitas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris dari : a. Pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit. b. Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit. c. Pengaruh akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit. 2. Kontribusi Penelitian Secara Teoritis : a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi dan referensi dalam penelitian dibidang auditing khususnya dalam peningkatan kualitas audit.
8 b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai literature dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di masa mendatang. c. Penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala akademisi sehingga mempersiapkan mahasiswa untuk dapat bekerja di Kantor Akuntan Publik yang memiliki keahlian sebagai seorang auditor. Secara Praktis : a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi organisasi terutama KAP khususnya auditor dalam mengelola sumber daya manusianya agar citra KAP di mata masyarakat semakin bagus dalam menjalankan pemeriksaan akuntansi (auditing). b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk para auditor agar mereka dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya meningkatkannya.