ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM. 0710 4830 0671 ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani untuk mengalokasikan faktor produksi yang dimilikinya sehingga pada akhirnya berpengaruh pada produksi dan pendapatan maka dirasa perlu untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan pendapatan usaha tani kelapa sawit yang menerapkan pemeliharaan secara intensif dan nonintensif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Harapan Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari, dari tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Juni 013. Data data yang diperoleh ditabulasi dan diambil nilai rata rata pada masing masing komponen yang dihitung, kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan pengalokasian usaha tani dalam berusaha tani kelapa sawit dalam satu tahun proses produksi. Untuk melihat seberapa besar sumbangan tiap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, maka analisa yang digunakan adalah uji statistik regresi linear berganda.hasil penelitian menunjukan pendapatan petani kelapa sawit dengan pola intensif dan petani kelapa sawit dengan pola non intensif ada perbedaan yang signifikan. Secara parsial hanya hanya variabel tenaga kerja, jumlah pohon,dan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif. Sedangkan pada petani dengan pola non intensif, variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi hanya pada variabel tenaga kerja dan pupuk. Keywords : petani kelapa sawit, pola intensif, non intensif PENDAHULUAN Sektor pertanian harus diakui sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Kekayaan sumber daya alam yang belum terkelola secara optimal dan banyaknya penduduk Indonesia yang menggantungkan mata pencahariannya pada sektor pertanian, menjadikan sektor ini sangat perlu ditangani secara serius ( Manuwoto, 010 ). Memasuki millennium ketiga, komoditas kelapa sawit masih tetap jadi komoditas perkebunan yang penting dan menjanjikan, mengingat hasilnya (minyak kelapa sawit dan inti sawit) merupakan bahan baku sistem sekaligus komoditas ekspor yang sangat penting karena kemanfaatannya yang sangat luas (Setyamidjaja, 006). Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sub sektor perkebunan khususnya komoditi kelapa sawit telah memilki suatu kebijakan dengan menitikberatkan pada perkembangan pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang penting di propinsi Jambi, dimana tanaman kelapa sawit ini memiliki arti dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat, karena tanaman kelapa sawit ini menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk ( Anonim, 005). Di Kabupaten Batang Hari sampai tahun 010 pembangunan lebih diprioritaskan kepada sektor pertanian. Pembangunan sub sektor perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani, terciptanya pertanian yang maju, efisien, meningkatkan sumber daya manusia, berkembangnya kelembagaan petani yang tangguh serta semakin terkait antara sub sektor dan terbentuknya jaringan kegiatan agribisnis yang produktif (Anonim, 011). Di Kabupeten Batang Hari tanaman kelapa sawit masih menjadi komoditi unggulan dan menonjol diantara komoditi lain pada subsektor perkebunan. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Komoditi kelapa
sawit memilki produksi tertinggi dan selalu mengalami peningkatan setiap tahun dibandingkan komoditi lain di Kabupaten Batang Hari. Tanaman kelapa sawit ini menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk. Luas areal tanaman kelapa sawit di Kabupaten Batang Hari pada tahun 01 tercatat 77,748. Ha, yang terdiri dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas 18,819.8 Ha, Tanaman Menghasilkan (TM) seluas 56,304.44 Ha, Tanaman Tua atau Tanaman Rusak,64 Ha. Kecamatan Mersam termasuk salah satu wilayah yang memiliki produksi tertinggi setelah Bajubang yaitu sebanyak 39,753 Ton. Desa Bukit Harapan memiliki areal terluas yaitu 1.008 hektar dan produksi sebanyak 609 ton per tahun, yang merupakan produksi tertinggi diantara desa/kelurahan lain di Kecamatan Mersam. Tanaman kelapa sawit sangat diminati masyarakat di desa Bukit Harapan dengan alasan tingkat pendapatan yang lebih baik dibandingkan usaha tani lain.hal ini terbukti secara empiris dengan adanya penanaman kelapa sawit di lahan pekarangan para petani. Pendapatan yang lebih baik dapat dilihat dari dampak pemeliharaan petani terhadap tanaman kelapa sawit yang dilakukan secara intensif. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Harapan Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari dari tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Juni 013 daerah ini dipilih sebagai lokasi penelitian atas dasar dengan pertimbangan, Desa Bukit Harapan adalah salah satu desa yang memiliki produksi kelapa sawit tertinggi di Kecamatan Mersam. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani yang memilki kebun kelapa sawit di daerah penelitian. Metode Pengumplan Data Data yang dikumpulkan bersumber dari data primer dan data skunder. Data dihimpun dari petani dengan metode wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai lembaga atau instansi terkait dalam bentuk laporan, hasil penelitian serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Metode Penarikan Sampel Pemilihan petani sampel dilakukan secara acak bertingkat (stratified random sampling), yaitu sebesar 10 % dari populasi petani dengan pola intensif sebanyak 396 KK (Kepala Keluarga dan 10 % dari populasi petani dengan pola non intensif sebanyak 108 KK. Sehingga sampel yang dijadikan responden sebanyak 51 orang (40 orang petani dengan pola intensif dan 11 orang petani dengan pola non intensif). Analisis Data Data-data yang diperoleh ditabulasi dan diambil nilai rata-rata pada masingmasing komponen yang dihitung, kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan pengalokasian usaha tani dalam berusaha tani kelapa sawit dalam satu tahun proses produksi. Perhitungan yang dipakai adalah sebagai berikut : 1. Penerimaan adalah produksi dikalikan harga jual, dihitung dengan pendekatan rumus : Yi = Xi. Hi Dimana : Yi = Penerimaan usaha tani kelapa sawit ( Rp ) Xi = Produksi ( Kg ) Hi = Harga ( Rp/Kg ).Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi Li = Yi TC Dimana : Li = Pendapatan usaha tani kelapa sawit (Rp) Yi = Penerimaan (Rp) TC = Total biaya produksi (Rp) 3.Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada skala produksi, terdiri dari biaya penyusutan alat tahan lama yang dihitung dengan pendekatan rumus : Penyusutan = nilai baru nilai sisa x lama pemakaian Jangka usia ekonomi 4.Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada skala
produksi terdiri dari biaya pupuk, herbisida, upah tenaga kerja yang dihitung dalam rupiah. Untuk melihat seberapa besar sumbangan tiap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, maka analisa yang digunakan adalah uji statistik regresi linear berganda : Y = a + b 1 X 1 + b X + b 3 X 3 +b 4 X 4 + µ Yang dinyatakan kedalam bentuk logaritma : log Y = α + β 1 log x 1 + β log x + β 3 log x 3 + + β 4 log x 4 + µ Dimana : Y = Jumlah produksi ( ton / ha ) X 1 = Tenaga Kerja ( HKSP ) X = Jumlah Pohon ( Batang ) X 3 = pupuk ( Kg ) X 4 = Herbisida ( Liter ) a = Konstanta b 1, b, b 3 = Koefisien regresi HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Umur Petani Umur petani dapat mempengaruhi fisik dan respon petani terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Petani berumur relatif lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan petani yang berusia tua. Namun petani yang berusia lebih tua akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan ataupun dalam menerima teknologi baru (Soekartawi, 1986). Frekuensi atau persentase umur tertinggi berada pada selang kelompok umur 43 49 tahun yaitu sebanyak 13 orang kepala keluarga atau 3,5 % dari jumlah sampel petani intensif. Sedangkan pada petani nonintensif frekuensi atau persentase umur tertinggi berada pada selang kelompok umur 57 6 dan 63-69 tahun yaitu masing masing sebanyak 3 orang kepala keluarga atau 7,7 % dari jumlah petani sampel. Kelompok umur yang terendah berada pada kelompok 3 9 dan 30 36 yaitu masingmasing 1 orang KK (kepala keluarga) atau,5 % dari jumla sampel petani intensif Sedangkan pada petani nonintensif kelompok umur terendah berada pada kelompok 43 49 µ = Kesalahan pengganggu pada persamaan linear Untuk melihat apakah ada perbedaan pendapatan, antara petani dengan pola intensif dan nonintensif maka analisa yang digunakan adalah uji beda rata rata : x1 x Z = s1 s n n 1 di mana: = rata-rata sampel pertama; x 1 x s 1 s n 1 n = rata-rata sampel kedua; = varians sampel pertama; = varians sampel kedua; = jumlah sampel pertama; = jumlah sampel kedua. tahun yaitu sebanyak 1 orang kepala keluarga atau 9,1 % dari jumlah petani sampel. Pendidikan Petani Sampel Soeharjo dan Patong dalam Firdaus (011), menyatakan semakin tinggi-tingkat pendidikan seseorang, maka semakin efisien dan efektif dalam melakukan usaha tani. Pendidikan formal petani pada umumnya adalah tingkat SD yaitu sebanyak 19 orang kepala keluarga atau 47,5 % dari jumlah sampel petani intensif, Sedangkan pada petani nonintensif sebanyak 6 orang kepala keluarga atau 54,54 % dari jumlah petani sampel. Jumlah Anggota Keluarga Besarnya jumlah anggota keluarga yang berhubungan dengan tanggung jawab petani dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Dari hasil penelitian jumlah anggota keluarga bervariasi antara 1 6 orang dan rata-rata 3 orang. Sebesar 50 % dari jumlah sampel petani intensif dan 54,54 % pada petani nonintensif, yaitu masing-masing mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 3 4 orang yang merupakan kelompok terbesar. Petani yang mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 5 6 sebesar 7,5 % dan
merupakan kelompok terkecil dari jumlah sampe petani intensif. Sedangkan pada petani nonintensif jumlah anggota kelurga terkecil sebesar 45,46 % yaitu sebanyak 1 orang. Hernanto (1996), menyatakan petani yang mempunyai tanggungan keluarga besar akan berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakan usaha taninya. Pengalaman Berusaha Tani Pengalaman Petani berpengaruh terhadap keterampilan petani dalam mengelola usaha taninya Biasanya petani yang telah berpengalaman dalam usaha tanimya akan terlihat lebih terampil mengelola usaha tani di bandingkan dengan petani yang masih kurang pengalaman di bidang usaha tani ini. Berdasarkan hasil penelitian, pengalaman usaha tani petani responden berkisar antara 5 0 tahun. Pengalaman bertani yang terbesar berada pada selang 11 15 tahun, sebanyak 31 KK atau 77,5 % pada petani dengan pola intensif dan pada petani non intensif sebanyak 10 KK atau 90,9 % dari jumlah petani responden. Sedangkan yang terendah berada pada selang 1 5 tahun, pada petani intensif yaitu sebanyak KK atau 5 % dari jumlah petani responden dan pada petani non intensif berada pada selang 6 10 tahun, yaitu sebanyak 1 KK atau 9,1 % dari jumlah petani responden. Jumlah Tegakan / Pohon Jumlah tegakan/pohon kelapa sawit yang dipanen oleh petani di lokasi praktek lapang dalam luas lahan hektar berkisar antara 08 90 pohon. Jumlah pohon kelapa sawit terbanyak yang dimiliki petani dalam luas hektar terdapat pada kisaran 41 50 yaitu sebanyak 18 orang atau 45% dari jumlah sampel petani intensif dan 4 orang pada petani nonintensif atau 36,37% dari jumlah petani sampel. Penggunaan Biaya Faktor Produksi Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja disini bervariasi yaitu berkisar diatas 1 > 8 juta rupiah per tahun. Pencurahan biaya tenaga kerja yang terbesar berada pada selang 7 - > 8 juta, yaitu sebanyak 3 KK atau 57,5% dari sampel petani dengan pola intensif dan pada petani non intensif berada pada selang 3 - > 4 juta, yaitu sebanyak 7 KK atau 63,64% dari jumlah petani responden. Sedangkan biaya pencurahan tenaga kerja yang terendah berada pada selang 3 - > 4 juta, pada petani intensif yaitu sebanyak 1 KK atau,5% dari jumlah petani responden dan pada petani non intensif berada pada selang 1 - > juta dan 5 - > 6 juta, yaitu masing masing sebanyak 1 KK atau 18,18% dari jumlah petani responden. Biaya Penggunaan Pupuk dan Herbisida Penggunaan pupuk terbagi menjadi dua jenis yaitu pupuk anorganik dan organik, kemudian ada juga sebagian dari petani responden yang menggunakan herbisida. Adapun penggunaan biaya saprodi tersebut sangatlah bervariasi yaitu berkisar antara 1 - > 11 juta. Biaya penggunaan pupuk dan herbisida yang terbesar berada pada selang 3 - > 4 juta dan 5 - > 6 juta, yaitu masing-masing sebanyak 14 KK atau 14% dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif 100% berada pada selang 1 - > juta atau sebanyak 11 KK. Sedangkan biaya terendah pada petani dengan pola intensif berada pada selang > 11 juta, atau,5 % dari petani responden. Penyusutan Alat Tahan Lama Penyusutan alat tahan lama tidak dialami oleh semua petani karena bagi petani yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, maka semua peralatan ditanggung atau dibebankan pada pekerja. Sedangkan bagi petani yang mencurahkan tenaga kerja dari dalam keluarga, biaya penyusutan alat tahan lama dapat dillihat pada lampiran 13 dan 14. Produksi Produksi usaha tani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh factor iklim dan kegiatan dalam usaha tani. Tingkat Produksi setiap petani sangat bervariasi, hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan tingkat penerimaan dan akhirnya perbedaan tingkat pendapatan. Produksi tertinggi berada pada kisaran 41 45 ton, yaitu sebanyak 19 KK atau 47,5% dari sampel petani dengan pola
intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 31-35, yaitu sebanyak 5 KK atau 45,45% dari petani reponden Sedangkan produksi terendah pada petani dengan pola intensif berada pada kisaran > 50 ton,yaitu sebanyak 1 KK atau,5% dari petani responden. Kemudian pada petani non intensif produksi terendah berada pada kisaran 1 5 yaitu sebanyak KK atau 18,19 dari jumlah petani responden. Penerimaan Penerimaan usaha tani kelapa sawit petani responden bervariasi mulai dari 10 juta di atas 70 juta per tahun. Penerimaan tertinggi berada pada kisaran 50 > 60 juta yaitu sebanyak 3 KK atau 80% dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta, yaitu sebanyak 9 KK atau 81,81% dari jumlah petani reponden. Sedangkan penerimaan terendah pada petani dengan pola intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta,yaitu sebanyak KK atau 5 % dari jumlah petani responden. Kemudian pada petani non intensif penerimaan terendah berada pada kisaran 50 - > 60 juta yaitu sebanyak KK atau 18,19% dari jumlah petani responden. Biaya Total Biaya total terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya penggunaan pupuk dan herbisida dan biaya penyusutan alat tahan lama. Biaya total tertinggi berada pada kisaran 10 > 1 juta, yaitu sebanyak 16 KK atau 40 % dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 4 - > 6 juta, yaitu sebanyak 9 KK atau 81,81% dari jumlah petani reponden. Sedangkan biaya total terendah pada petani dengan pola intensif berada pada kisaran > 19 juta, yaitu sebanyak 1 KK atau,5% dari jumlah petani responden. Kemudian pada petani non intensif biaya total terendah berada pada kisaran 1 - > 3 juta yaitu sebanyak KK atau 18,19% dari jumlah petani responden. Pendapatan Pendapatan tertinggi berada pada kisaran 50 > 60 juta, yaitu sebanyak KK atau 55% dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta, yaitu sebanyak 9 KK atau 81,81% dari jumlah petani reponden. Pendapatan terendah pad petani dengan pola intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta, yaitu sebanyak 18 KK atau 45% dari jumlah petani responden. Kemudian pada petani non intensif pendapatan terendah berada pada kisaran 10 - > 0 juta yaitu sebanyak KK atau 18,19% dari jumlah petani responden. Analisis Faktor Produksi pada Usaha Tani Kelapa Sawit dengan Pola Intensif Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit di daerah penelitian, maka digunaka model regresi Cobb-Douglas dengan menggunakan data tranformasi logaritma natural, dengan persamaan matematis sebagai berikut : Log Y = - 0,970 +0,37log X 1 +0,37log X + 0,753log X 3 + 0,109log X4 + 0,009log X5 + ε Dimana : Y= Produksi atau hasil nyata yang dihasilkan petani (Kg) X 1 = Tenaga kerja (HKSP) = Jumlah pohon (Btg) X X 3 X 4 = Jumlah pemakaian pupuk (Kg) = Jumlah pemakaian herbisida (Ltr) Produksi merupakan fungsi produksi dari faktor produksi. Dalam meningkatkan faktor produksi, maka harus diperhatikan faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama. Analisis sidik ragam fungsi produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18 Analisis Sidik Ragam Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola Intensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 F-Hitung Signifikan R 5,768 0,001 a 0,397 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dari Tabel 18 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 5.678 lebih besar dari F tabel α 5% =,65. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F) variabel bebas yang terdiri tenaga kerja, jumlah pohon, pupuk dan herbisida mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian. Selanjutnya untuk melihat nilai estimasi fungsi produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19 Estimasi Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola Intensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 Taraf Koefesien Variabel Bebas Standard Error T-Hitung Signifikan Regresi Intercept -o,970 0,700-1,384 0,175 Tenaga Kerja 0,37 0,094,508 0,017 Jumlah Pohon 0,753 0,74,753 0,009 Jumlah Pupuk 0,109 0,044,506 0,017 Jumlah Herbisida 0,009 0,05 0,359 0,7 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013 Bahwa untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, maka diteruskan dengan uji t terhadap koofesien variabel bebas. Dari Tabel 19 di atas menunjukan bahwa hanya variabel tenaga kerja, jumlah pohon dan penggunaan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, hal ini terlihat dari t hitung masing-masing variabel yaitu,508 dan,753 serta,506 lebih besar dari t tabel α 0,05 = 1,960. Berarti bahwa penggunaan tenaga kerja, pengunaan jumlah pohon dan penggunaan jumlah pupuk mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian. Sedangkan penggunaan herbisida tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, terlihat dari t hitung variabel 0,359 lebih kecil dari t tabel α 0,05 = 1,960, berarti bahwa penggunaan herbisida tidak mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian pada tingkat keyakinan 95%. Analisis Faktor Produksi pada Usaha Tani Kelapa Sawit dengan Pola Non Intensif Analisis sidik ragam fungsi produksi kelapa sawit dengan pola nonintensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 0 berikut. Tabel 0 Analisis Sidik Ragam Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola Non Intensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 F-Hitung Signifikan R 8.990 0,010 a 0,857 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013. Dari Tabel 19 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 8,990 lebih besar dari F tabel α 5% = 4,53. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F) variabel bebas yang terdiri tenaga kerja, jumlah pohon, pupuk dan herbisida mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian.
Selanjutnya untuk melihat nilai estimasi fungsi produksi kelapa sawit dengan pola non intensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Estimasi Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola NonIntensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 Variabel Bebas Koefesien Regresi Standard Error T-Hitung Taraf Signifikan Intercept -0,977 1,74-0,767 0,47 Tenaga Kerja 0,69 0,180 3,838 0,009 Jumlah Pohon -0,06 0,390-0,59 0,616 Jumlah Pupuk 0,664 0,80,373 0,055 Jumlah Herbisida 0,115 0,079 1,457 0,195 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013 Bahwa untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, maka diteruskan dengan uji t terhadap koofesien variabel bebas. Dari Tabel di atas menunjukan bahwa hanya variabel tenaga kerja, dan penggunaan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, hal ini terlihat dari t hitung masing masing variabel yaitu 3,838 dan,373 lebih besar dari t tabel α 0,05 =,8. Berarti bahwa penggunaan tenaga kerja, dan penggunaan jumlah pupuk mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola nonintensif di daerah penelitian. Sedangkan jumlah pohon dan penggunaan jumlah herbisida tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola non intensif di daerah penelitian, terlihat dari t hitung variabel masing masng 0,59 dan 1,457 lebih kecil dari t tabel α 0,05 =,8 berarti bahwa jumlah pohon dan penggunaan herbisida tidak mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola non intensif di daerah penelitian pada tingkat keyakinan 95 %. Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit dengan Pola Intensif dan Non Intensif Dalam penelitian dihipotesiskan bahwa ada perbedaan pendapatan antara petani kelapa sawit dengan pola intensif dan petani kelapa sawit dengan pola non intensif. Untuk melihat apakah ada perbedaan pendapatan petani di daerah penelitian maka digunakan rumus uji beda rata rata ( lampiran 5). Dari rumus tersebut di peroleh Z hitung sebesar 4,98 dan nilai Z tabel pada α 0,05 = 1,96. Dengan demikian, maka Z hitung lebih besar dari Z tabel berarti, tolak Ho, yaitu artinya ada perbedaan antara pendapatan petani kelapa sawit pola intensif dengan petani kelapa sawit pola non intensif. KESIMPULAN Tingkat pendapatan rata-rata usaha tani kelapa sawit dengan pola intensif sebesar Rp.49.487.567 / tahun atau Rp.4.13.964 / bulan, Sedangkan pada usaha tani dengan pola non intensif sebesar Rp.38.633.415 / tahun atau Rp. 3.19.451 / bulan (lampiran 1 dan ). Secara keseluruhan variable tenaga kerja, jumlah pohon, pupuk dan herbisida memberikan pengaruh yang positif terhadap produksi kelapa sawit baik dengan pola intensif maupun pola non intensif, terlihat dari nilai F hitung 5,768 > F table,65 pada petani dengan pola intensif dan untuk petani non intensif F hitung 8,990 > F table 4,53. Secara parsial hanya hanya variable tenaga kerja, jumlah pohon,dan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif. Sedangkan pada petani dengan pola non intensif, variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi hanya pada variabel tenaga kerja dan pupuk. Ditinjau dari segi perbedaan, pendapatan petani kelapa sawit dengan pola
intensif dan petani kelapa sawit dengan pola non intensif ada perbedaan yang signifikan. DAFTAR PUSTAKA Adiwilaga Anwas, 000. Ilmu Usaha Tani. Alumni : Bandung. Anonim, 011. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Kabupaten Batang Hari tahun 011 : Muara Bulian. Anonim, 011. Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus KUD Desa Bukit Harapan Tahun Buku 011 : Muara Bulian. Firdaus Jenatul, 011. Analisa Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari. Skripsi tidak dipublikasikan : STIP Muara Bulian. Hanafie Rita, 010. Pengantar Ekonomi Pertanian, Andi Yogyakarta : Yogyakarta. Hernanto.F, 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta. Manuwoto Syafrida, 010. Pendidikan Tinggi Pertanian Dalam Pembangunan Bangsa, IPB Press : Bogor. Muhklianis, 010. Analisa Pendapatan Peternak Kambing Yang dipelihara Secara Intensif di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Maro Sebo Ulu, Skripsi Tidak dipublikasikan : STIP Muara Buian. Saharuddin, 005..Analisis Efisiensi Ekonomis Usaha Tani Kelapa Sawit di Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari. Skripsi tidak dipublikasikan: STIP Muara Bulian. Setyamidjaja Djoehana 006. Budi Daya Kelapa Sawit, Kanisius : Yogyakarta Soeharjo,A. dan D. Patong. Sendi Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Ilmu Pertanian : Bogor Soekartawi, 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil, UI Press : Jakarta. Suratiyah Ken, 011. Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya : Jakarta.