BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Muhammad Nur Alif, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan ilmu beladiri warisan budaya nenek moyang

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TAI DAN TSTS MATERI GEOMETRI SMP

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan suatu lembaga yang didesain khusus untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menatap masa depan yang lebih terbuka, matematika harus

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial Budaya

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Selain sebagai pengajar, guru dituntut berlaku sebagai pembimbing dan pendidik siswa.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran matematika. Menurut NCTM (Kesumawati, 2008: 231) matematik dalam konteks di luar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. biologi di sekolah. Oleh karena itu, para guru harus berusaha untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

Eksperimentasi metode pembelajaran TGT (Teams Games

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

2015 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN DINAMIS DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KORYO) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh pengajar dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana, (1989: 28)menerangkanbahwa : Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Dalam proses belajar tujuan yang diharapkan tidak hanya satu aspek yang berkembang, melainkan menyeluruh baik terkait dengan pengetahuan sikap atau pun tingkah laku. Seperti yang disampaikan Syaiful dan Aswan dalam sujana (2004 : 10) bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Maka dari itu belajar merupakan proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan setelah melakukan interaksi dengan lingkungan dan melalui tahapan belajar, yang di dalamnya terkandung pengalaman-pengalaman dan proses pembiasaan dalam upaya memperoleh perubahan tersebut. Salah satu cara menanamkan prilaku positif dengan nilai-nilai kehidupan yang ada adalah melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam pendidikan jasmani terkandung nilai-nilai kehidupan yang 1

2 dapat dipelajari siswa. Dalam hal ini, terdapat materi bela diri dalam pendidikan jasmani. Salah satu materi dalam beladiri adalah karate. Olahraga bela diri karate sekarang merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mulai memasyarakat. Hampir semua kalangan sudah mengenal olahraga yang berasal dari negara Jepang tersebut, banyak orang mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara kedua terbesar setelah Jepang yang notabennya adalah negara asli dari lahirnya seni beladiri karate. Sagitarius (2008:1) menjelaskan bahwa : Seni beladiri ini pertama kali disebut Tote yang berarti seperti Tangan Cina kemudian Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote : Tangan Cina) dalam kanji Jepang menjadi Karate (Tangan Kosong). Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa karate merupakan seni beladiri yang menggunakan tangan kosong untuk mempertahankan diri. Dalam hal pembelajaran, karate merupakan cabang olahraga yang sudah mulai masuk ke ranah pendidikan jasmani, hal itu terbukti dengan adanya kompetensi dasar yang mengharuskan siswa untuk dapat mempraktikan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan olahraga bela diri lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai keberanian, kejujuran, menghormarti lawan dan percaya diri. Dengan adanya kompetensi dasar tersebut, maka seorang guru setidaknya harus mengetahui tentang materi pembelajaran olahraga beladiri karate walaupun guru tersebut bukan merupakan seorang praktisi beladiri.adanya mata kuliah baru tentang pembelajaran karate di jurusan Pendidikan Olahraga bermaksud agar seorang guru penjas mampu menguasai dan memahami tentang karakteristik olahraga beladiri karate baik itu teknik, nilai-nilai yang terkandung di dalam bela diri karate maupun tentang peraturan pertandingannya. Banyak yang beranggapan bahwa belajar beladiri karate sangatlah membosankan karena kurangnya inovasi-inovasi yang diciptakan oleh

3 para pengajar karate yang masih memiliki paradigma bahwa pembelajaran karate hanya bisa dilakukan dengan model konvensional saja misalnya. Karena kurangnya inovasi dalam proses pembelajarannya, proses dan hasil pembelajaran menjadi kurang maksimal. Dalam situasi perkuliahan,hal tersebut disebabkan oleh kondisi kelas yang kurang kondusif karena keterbatasan pengajar dan banyaknya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pembelajaran karate. Sehingga dalam proses pembelajarannya, pengajar sangat sulit memantau kemampuan dari setiap mahasiswanya. Ketika hal ini terus berkelanjutan, maka hasil dari pembelajaran menjadi kurang maksimal.selain hal tersebut, ketika tidak ada perubahan/inovasi dalam proses pembelajarannya yang diterapkan, maka proses interaksi antara mahasiswa menjadi sangat kurang. Tidak terjalinnya kerjasama untuk menguasai suatu materi yang diberikan oleh pengajar dan proses saling memotivasi agar tercapainya tujuan pembelajaran menjadi tidak terlaksana. Sehingga nilai-nilai positif yang terkandung dalam pendidikan jasmani menjadi tidak tersampaikan secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran hanya terpaku pada satu fokus, yaitu pengajar yang dalam kondisi perkuliahan sangatlah terbatas karena ketidak sesuaian antara jumlah pengajar dengan jumlah mahasiswa yang ada. Dalam seni beladiri karate terdapat tiga teknik yang harus dikuasai, salah satu diantaranya adalah teknik memperagakankata.kata menurut Sagitarius (2008:108) : Merupakan bentuk rangkaian yang terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus, dalam karate bersifat baku yaitu gerakan dan alur gerakan (embusen) sudah ditetapkan sehingga tidak dapat dirubah atau di modifikasi sesuai keinginan kita. Dalam pembelajaran kata harus terdapat keseragaman gerak dalam proses pembelajarannya, sehingga hasil dari pembelajaran karate bisa terlihat dari penampilan katayang baik oleh individu-individu yang memperagakannya, sehingga penampilan mahasiswa dalam

4 memperagakankataterlihat sangat indah. Maka dari itu perlu adanya kerjasama antara setiap individu yang melakukannya. Penulis beranggapan bahwa ketika ada perubahan/inovasi dalam proses pembelajarankata dalam perkuliahan pembelajaran karate, maka bukan hal yang mustahil jika hasil pembelajaran dalam pembelajaran karate bisa dimaksimalkan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang ada.hal tersebut menginspirasi penulis agar dapat menerapkan salah satu dari model-model pembelajaran. Model yang dilihat dapat diterapkan dalam proses pembelajaran karate adalah model cooperative learning tipe STAD.karena dalam model cooperative learning tipe STAD akan terjadi pengulangan-pengulangan gerak dalam suatu kelompok yang bertujuan agar di dalam kelompok tersebut terjalin kerjasama antara anggotanya sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat ditampilkan untuk mendapatkan apresiasi yang baik dari pengajar maupun dari kelompok lain sehingga terjadinya persaingan yang positif, dengan munculnya motivasi tersebut secara disadari maupun tidak disadari mahasiswa akan lebih sering mengulang gerakan sehingga dapat membantu dalam memperbaiki gerakan kata. Ketika para mahasiswa dibagi menjadi beberapa tim yang terdiri dari 4 sampai 6 orang anggota, maka proses pembelajaran kata akan lebih terkontrol, karena sebelumnya para mahasiswa sudah diberi pemahaman tentang bagaimana cara menampilkan kata dengan indikator-indikator yang sudah dijelaskan. Ketika terdapat kesalahan gerak misalnya, mahasiswa dapat saling mengingatkan ketika ada teman satu kelompok meraka yang melakukan kesalahan dalam menampilkan gerakan kata. Dengan adanya motivasi dari pengajar, maka akantimbul rasa bersaing yang positif diantara paramahasiswa, sehingga mereka akan berusaha dengan keras agar timnya bisa menampilkan gerakan katadengan baik. Dengan begitu, timbul keinginan dalam diri para mahasiswa untuk dapat menghafal dan mempelajari gerakan kata yang baik dan benar.

5 Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Isjoni, 2012:15) Menurut Slavin (2005 : 26), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini memungkinkan adanya pertukaran ide dalam suasana yang tidak terancam. Sedangkan menurut Roger,dkk (dalam Miftahul Huda, 2011:29). Pembelajarankooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir olehsuatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasisecara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiappembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggotaanggotanya yang lain. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Dalam model cooperative learning tipe STADjuga terdapat banyak hal-hal yang membantu siswa agar lebih mudah menerima materi yang diberikan. Ketika dalam satu kelas besar siswa dibagi menjadi beberapa tim, maka dalam tim tersebut akan terjadi interksi yang positif untuk membangun motivasi diantara para siswa. Salah satu prinsip dasar motivasi terpenting dalam pembelajaran kooperatif adalah bahwa tujuantujuan kooperatif menciptakan norma-norma kelompok yang mendukung pencapaian tinggi. Pada dasarnya, argumen terhadap pendapat ini bahwa intensif kooperatif memotivasi para siswa untuk mencoba saling berinteraksi satu sama lain untuk melakukan tugas-tugas akademik, dan oleh sebab itu membuat para siswa merasa bahwa teman sekelas mereka ingin agar mereka melakukan yang terbaik dari diri mereka. Dorongan

6 normatif ini telah ditemukan dalam kajian-kajian di luar tradisi pembelajaran kooperatif menjadi unsur yang berpengaruh besar terhadap pencapaian para siswa (Coleman,1961; Brookover dkk 1979) dalam Slavin (2005 : 54). Berdasarkan teori-teori yang sudah dikemukakan di atas sudah sangat jelas bahwa model cooperative learningtipe STAD dapat diterapkan dalam pembelajaran olahraga beladiri karate. Karena pada dasarnya dalam pembelajaran karate, siswa dituntut agar dapat bekerjasama untuk menguasai materi yang diberikan oleh pengajarnya.hal ini yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk menerapkan model cooperative learning dikalangan mahasiswa PJKR yang sedang mengikuti perkuliahan pembelajaran karate. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa model pembelajaran kooperatif sangatlah penting diterapkan dalam pembelajaran karate, sehingga dapat mengoptimalkan proses dan hasil pembelajarannya. Dilihat dari latar belakang yang telah diungkapkan penulis tertarik untuk meneliti tentang PengaruhPenerapan Model Cooperative Learning Tipe STADTerhadap Proses dan Hasil. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah penelitian ini harus dirumuskan terlebih dahulu, sebab jika masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas akan mengaburkan batas-batas sehingga dapat menyulitkan peneliti. Oleh karena itu perumusan masalah sangat diperlukan dalam sebuah penelitian. Secara umum penerapan model pembelajaran sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran karate. Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, penulis menjelaskan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh model cooperative learning tipe STAD terhadap proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata?

7 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus atau masalah yang telah diungkapkan diatas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan model cooperative learning tipe STAD terhadap proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata. 1.4.Manfaat Penelitian Jika tujuan penelitin ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya : 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pikiran untuk bahan pengajaran dan pembelajaran dalam perkuliahan pembelajaran karate di program studi PJKR UPI khususnya dan untuk dunia pendidikan jasmani dan olahraga pada umumnya. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan sistem model pembelajaran materi karate nomor kata. Agar dapat tercapai sistem pengajaran yang diharapkan dan berhasil. 1.5.Batasan Penelitian Atas dasar pertimbangan penulisan maka perlu adanya pembatasan yaitu ruang lingkup penelitian. Analisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah agar penelitian lebih lanjut terarah, dengan demikian memperoleh gambaran yang jelas apabila penelitian itu dianggap selesai dan berakhir. Adapun pembatasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model cooperative learning tipe STAD dan yang menjadi variabel terikat adalah proses dan hasil pembelajaran karate nomor kata. 2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.

8 3. Populasi penelitian adalah mahasiswa PJKR UPI yang mengikuti perkuliahan pembelajaran karate yang berjumlah 130 orang. 4. Sampel penelitian adalah mahasiswa PJKR UPI yang mengikuti mata kuliah pembelajaran karate yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang berjumlah 50 orang. Penulis mengambil sampel dengan cara random sampling. 5. Instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan kataberdasarkan kriteria penilaian kata menurut WKF(World karate federation) rule of competition(2011:29). 6. Lokasi penelitian ini adalah kampus UPI Bandung JL. Dr. Setiabudi No 299 Bandung. 1.6.Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap operasionalyang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti menjelaskan istilah istilah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Model pembelajaran menurut Sugiyanto(2008) dalam Trianto (2011:115) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. 2. Model cooperative learning menurut Slavin (2005:34) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. 3. Model cooperative learning tipe STAD menurut Slavin (2005:11) adalah pembelajaran dimana siswa dibagi dalam tim

9 belajar yang terdiri atas 4 sampai 6 orang yang berneda-bedat tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. 4. Model cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran karate nomor kata merupakan pembelajaran secara berkelompok, dimana mahasiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang untuk mempelajari gerakan kata yang baik dan benar. Dalam mempelajari gerakan kata membutuhkan proses kerjasama dalam kelompok agar hasil dari pembelajaran kata dapat terlihat secara maksimal. 5. Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti berjalan kedepan. Kata ini memiliki konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Proses menurut Chaplin (1972) dalam sudjana (1989 : 21) adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Proses pembelajaran kata dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat terlihat pada saat mahasiswa berada dalam masing-masing kelompoknya. Dalam kelompok tersebut diharapkan dapat terjalin interaksi positif berdasarkan teori kerjasama tim demi tercapainya hasil pembelajaran kata yang diharapkan sesuai kriteria yang sudah ditetapkan. 6. Hasil belajar menurut Sudjana (2004: 22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil pembelajaran dalam penelitian ini merupakan peningkatan keterampilan pembelajaran kata dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD sesuai dengan kriteria penilaian kata menurut wkf rule competitioan. 7. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,

10 yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimayati & Mudjiono dalam Trianto (2011 : 13). 8. Karate menurut Oyama (1996) dalam Sujoto (2002: 1) adalah suatu teknik untuk membela diri dengan tangan kosong atau tanpa senjata. 9. Kata menurut Sagitarius (2008: 108) merupakan bentuk rangkaian yang terdiri dari serangan dan tangkisan. Kata dalam istilah kita adalah jurus, dalam karate bersifat baku yaitu gerakan dan alur gerakan (embusen) sudah ditetapkan sehingga tidak dapat dirubah atau di modifikasi sesuai keinginan kita.

11