17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam 100 g bobot segar sawi yaitu: protein 23 mg; lemak 3 mg; karbohidrat 40 mg; kalsium 220 mg; fosfor 38 mg; besi 2,9 mg; vitamin A; vitamin B dan vitamin C (Sunarjono, 2003) Sawi memiliki akar tunggang (radix primata) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah, pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari tanah, serta menguatkan berdirinya batang (Haryanto, dkk, 2006). Batang tanaman sawi berbentuk bulat, tetapi panjang batangnya hanya sekitar 5-10 cm. Batang sawi berwarna putih kekuningan yang terbungkus oleh helaian daun yang telah tua (Steenis, 2003). Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Tangkai daun sawi agak panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daun tanaman sawi yang telah tua akan busuk dalam pangkal batang karena daunnya tidak akan pernah gugur (Setiadi, 1993). Bunga tanaman sawi berwarna kekuning-kuningan. Dalam 1 tangkai bunga terdapat beberapa bunga yang mekar. Bunga sawi biasanya dengan kelipatan 3 ataupun 5 pada umumnya (Hafiz, 2007). Buah sawi berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji. Bijinya bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji inilah yang digunakan
18 sebagai bahan perbanyakan tanaman sawi (Sunarjono, 2003). Dalam 1 tangkai bunga akan menghasilkan puluhan atau bahkan ratusan biji (Handoko, 2008). Syarat Tumbuh Iklim Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah yang berketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto, dkk, 2006). Curah hujan yang cocok untuk tanaman sawi sekitar 1500-2000 mm per tahun dengan distribusi hujan yang merata. Kelembaban relatif (RH) yang baik untuk tanaman sawi sekitar 75-80 %, serta dengan suhu udara yang cocok adalah 24-27 o C (Haryanto, dkk, 2006). Tanaman sawi membutuhkan penyinaran yang baik agar pertumbuhannya juga baik. Lama penyinaran cahaya matahari adalah sekitar 6-8 jam per hari, dimana Indonesia memiliki lama penyinaran ± 10 jam per hari. Ini sangat berpengaruh pada proses fotosintesis tanaman (Hafiz, 2007). Tanah Tanah yang cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, serta pembuangan airnya baik. Tanaman sawi cocok pada tanah andosol dan tanah inceptisol serta tanah yang bertekstur lempung berliat dan lempung berdebu. Tanaman ini juga cocok pada tanah yang mengandung pasir dan lumpur sebab baik untuk pertumbuhannya (Hafiz, 2007).
19 Tanaman sawi akan baik pertumbuhannya apabila pada tanah yang akan dibudidayakan memiliki drainase serta aerase yang baik. Lahan yang baik pada tanaman ini umumnya lahan yang tidak ternaungi atau lahan terbuka (Setiadi, 1993). Derajat keasaman (ph) yang sesuai untuk tanaman sawi adalah kisaran ph antara ph 5,5 sampai ph 7,5. Tanah tidak tergenang. Khususnya untuk tanah dengan ph-nya dibawah 5,5 (asam) maka perlu diperbaiki kimianya dengan cara pengapuran, sehingga ph-nya dapat mendekati ph normal (Sarief, 1985). Varietas Varietas adalah tingkatan klasifikasi taksonomi yang paling rendah di bawah spesies. Varietas di dalam botani lebih dikenal sebagai Botanical Variety (varietas botani). Cabang ilmu biologi ini mengelompokkan tanaman berdasarkan ciri morfologi tanaman. Taksonomi mengelompokkan tanaman berdasarkan 7 klasifikasi utama yaitu: Kingdom, Divisio/Filum, Class, Ordo, Family, Genus dan Spesies. Taksonomi ini merupakan taksonomi utama. Namun masih terdapat pengelompokan dalam klasifikasi tersebut. Hal ini termasuk pada Spesies. Dalam Spesies terdapat pengelompokan tanaman yang dinamakan Sub Spesies atau lebih dikenal dengan Botanical Variety tadi. Varietas botanikal inilah yang sering kita kenal dengan varietas. Varietas dalam kehidupan sehari hari sering disalahgunakan dan bertukar dengan kultivar (Fuad, 2011). Varietas unggul adalah jenis yang mempunyai sifat sifat yang lebih baik dari pada jenis jenis lainnya. Sifat penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul adalah berpotensi tinggi, berumur pendek (genjah), dapat menyerap pupuk sebaik mungkin dan tahan terhadap hama maupun penyakit (Rukmana, 1994).
20 Benih dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman. Usaha usaha lain seperti perbaikan bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan yang berimbang, serta pengendalian hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Setiadi, 1993). Penggunaan varietas merupakan teknologi yang dapat diandalkan, tidak hanya dalam hal meningkatkan produksi pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu varietas unggul yang memiliki berbagai sifat yang diinginkan memegang peranan penting untuk tujuan dimaksud. Varietas unggul pada umumnya memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam hal potensi hasil tinggi. Tahan terhadap organisme pengganggu tertentu dan memiliki keunggulan pada ekolokasi tertentu serta mempunyai sifatsifat agronomis penting lainnya. Dengan menggunakan varietas unggul tahan hama dan penyakit adalah merupakan cara paling murah untuk menekan pengganggu tanaman tanpa adanya kekhawatiran akan dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam upaya untuk terus meningkatkan produksi pertanian, para pemulia tanaman senantiasa berusaha menciptakan varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat yang dinginkan dan cocok untuk kondisi lingkungan tertentu (http://fp.uns.ac.id, 2011). Pupuk Organik Tameng Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam permentan tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan
21 bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. (http://www.multiorganik.com, 2011). Pupuk organik granul cap Tameng merupakan terobosan baru cara pemberian pupuk organik yang praktis dan efisien. Diolah dari bahan kotoran ternak menggunakan teknologi BA-5 (Bio Super Dekomposer dan Bio Super Granular) menghasilkan Pupuk Organik Granul bermutu tinggi. Cocok digunakan untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman sayuran, tanaman buahbuahan maupun tanaman hias (http://www.multiorganik.com, 2011). Pupuk organik granul cap Tameng penting untuk meningkatkan produktifitas tanah dan tanaman dengan beberapa keunggulan yang dimiliki akan memberikan kontribusi positif terhadap tanah, antara lain: meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air; meningkatkan granulasi agregat tanah, sehingga akan lebih mantap diolah; menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk dari liat; meningkatkan daya tukar kation; dapat mengikat unsur N, P dan S dalam bentuk organik; menghasilkan asam humus sebagai pelarut sejumlah unsur hara dari mineral dalam tanah (http://www.multiorganik.com, 2011). Dosis Pupuk Organik Granul cap Tameng yang direkomendasikan untuk tanaman sayuran adalah 700 1200 kg per hektar. Diberikan sebanyak 3 kali yaitu; pada awal tanam, umur 15 dan 30 hari setelah tanam dengan cara ditabur merata pada tanah sekitar daerah perakaran tanaman sebanyak 10-15 gram per
22 tanaman. Dengan menggunakan pupuk organik ini, pemakaian pupuk kimia dapat dikurangi sebesar 35-50% (http://www.multiorganik.com, 2011).