BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi rakyat Indonesia, pernyataan ini terdapat dalam UU pangan No. 7 tahun 1996. Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Setiap konsumen berhak memperoleh makanan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal bagi yang beragama Islam). Label memiliki peran sangat penting dalam memenuhi kebutuhan produk yang ASUH tersebut. Daging merupakan bahan pangan produk ternak yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Selain sebagai sumber protein hewani, daging dan produk-produk olahan juga sangat disukai karena kelezatannya. Salah satu produk olahan daging yang cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat Indonesia adalah bakso. Daging yang digunakan dalam pembuatan bakso bisa berasal dari daging sapi, babi dan ayam. Di Indonesia daging yang sering digunakan dalam pembuatan bakso adalah daging ayam dan sapi, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang dilarang untuk mengkonsumsi daging babi. Maka hal ini perlu 1
mendapatkan perhatian yang serius, karena tidak menutup kemungkinan ada pencampuran daging babi dalam produk bakso apalagi saat ini harga daging sapi sangat tinggi. Karena daging merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan bakso maka perlu diketahui daging jenis apa yang digunakan untuk pembuatannya. Belum lama ini di Tangerang ditemukan sosis yang dicampur daging babi, hal ini juga tidak menutup kemungkinan terjadi pada produk bakso. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlunya perlindungan kepada konsumen di Negara ini. Saat ini lembaga yang bertugas menangani masalah kehalalan adalah LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia) lembaga ini bersama BPOM ( Badan Pengawasan Obat dan Makanan) melakukan audit terhadap produk-produk makanan yang diberi sertifikasi halal untuk ditinjau kehalalan dari berbagai aspek. Identifikasi daging diperlukan untuk menguji pemalsuan daging, menguji adanya pencampuran daging sapi yang harganya mahal dengan daging lain yang lebih murah dan mencegah daging lain yang tidak halal dikonsumsi. Untuk melindungi konsumen terhadap pemalsuan dan pencemaran daging, beberapa pendekatan secara analitis dilakukan untuk mengidentifikasi jenis daging dalam produk pangan (Erwanto et al., 2007). Bakso merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik itu anak-anak, remaja dan orang dewasa, karena bakso mengandung gizi yang cukup tinggi dan bakso mudah diperoleh di berbagai tempat di pasar, di restoran, pedagang keliling, di supermarket, swalayan dan lain sebagainya, selain juga mudah 2
untuk mengolahnya. Namun pada bakso tidak pernah terlepas dari adanya isu bahwa bakso mengandung bahan yang berbahaya, misalkan formalin, boraks dan bahan kimia berbahaya lainnya. Bakso biasanya terbuat dari daging sapi, daging unggas maupun daging babi. Namun bagi pemeluk agama Islam diharamkan mengkonsumsi daging babi dalam bentuk olahan apapun dan berapa banyak konsumsinya, maka dari itu ketika akhir-akhir ini muncul isu adanya campuran daging babi pada bakso, menjadi sangat meresahkan masyarakat. Isu tersebut membawa dampak negatif pada konsumen, konsumen menjadi tidak nyaman untuk mengkonsumsi bakso. Pencampuran daging babi pada bakso kemungkinan disebabkan oleh mahalnya harga daging sapi akhir-akhir ini atau karena memang ada pedagang yang sengaja menambahkan ( pedagang nakal ) untuk tujuan bisnis. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengidentifikasi jenis daging, seperti kromatografi gas untuk asam lemak, immunodifusi ganda atau SDA PAGE ( Sodium Dodecyl Sulfat Polyacrilamide Gel Elektroforesis) untuk analisis protein. Namun metode ini hanya dapat digunakan pada bahan pangan yang belum mengalami pemasakan atau mengalami perlakuan suhu dibawah 50 o C. Apabila diuji dengan pendekatan secara fisik maupun kimia juga belum mampu untuk menjawab permasalahan adanya campuran daging babi pada bakso sehingga dilakukan pengujian berdasarkan pada DNA, yang stabil terhadap pemanasan. Metode yang berdasarkan pada DNA adalah Polymerase Chain Reaction (PCR). Teknik PCR telah menjadi alat penting untuk mengidentifikasi daging dari berbagai spesies hewan 3
dalam beberapa tahun ini. Teknik yang memanfaatkan informasi spesifik dari DNA ini memungkinkan identifikasi spesies daging dalam jumlah kecil dengan akurat, baik dalam keadaan mentah ataupun telah menerima proses pemanasan. Hasil penelitian Matsunaga et al., (1999) menunjukkan bahwa sejumlah daging (mentah ataupun telah dipanaskan pada suhu 100 o C dan 120 o C selama 30 menit) dapat diidentifikasi secara spesifik dengan menggunakan sebuah campuran primer yang dikembangkan dari gen sitokrom b mitokondria. Dan untuk metode yang terbaru dan lebik efektif adalah dengan metode multiplex PCR yaitu metode yang dalam sekali pengujian dapat diketahui beberapa jenis spesies daging hewan yang ada pada sampel seperti yang telah dilakukan oleh Ghovati et al., 2009, dengan menggunakan sampel berupa unggas, sapi dan babi. Teknik multiplex PCR mempunyai kelebihan yang diperoleh, karena lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan dengan metode yang lain. Selain dengan menggunakan teknik molekuler seperti PCR, dapat juga menggunakan Porcine Detection KIT, metode yang berbasis protein ini merupakan metode kualitatif untuk mengetahui ada tidaknya antigen babi pada produk makanan. Deteksi DNA pada produk olahan daging dengan menggunakan metode Multiplex PCR masih jarang dilakukan di Indonesia, sehingga nantinya akan menjadi terobosan baru untuk menguji adanya pencampur daging selain yang semestinya. Teknik ini bisa digunakan untuk mengetahui adanya pemalsuan daging dalam produk. 4
1.2.Tujuan penelitian 1. Mengetahui adanya campuran daging babi pada bakso dengan metode Porcine Detection KIT. 2. Mengetahui adanya daging non sapi pada bakso dengan metode Simplex dan Multiplex PCR. 1.3.Manfaat penelitian Dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi tentang alternative pengujian kehalalan produk berprotein hewan atau produk yang terbuat dari daging dengan cara yang akurat dan dengan waku yang singkat menggunakan metode Porcine Detection Kit dan PCR (simplex dan multiplex PCR) 5