BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB. I PENDAHULUAN. bakso menggunakan daging sapi dan daging ayam. campuran bakso, dendeng, abon dan produk berbasis bakso lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global.

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

2016, No Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Ikl

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

I. PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

Draft PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

PENDAHULUAN. Latar Belakang. terpenting dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrien yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, karena daging merupakan sumber protein

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

Majalah Farmasetika, Vol. 2 No.1, 2017

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

PROFIL LABORATORIUM KESMAVET KOTA METRO

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

DETEKSI SPESIES PADA PRODUK OLAHAN BAKSO DENGAN MULTIPLEX-PCR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

BAB I PENDAHULUAN. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Daging

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

ANALISIS KANDUNGAN ZAT PENGAWET BORAKS PADA BAKSO YANG DISAJIKAN PADA KIOS BAKSO PERMANEN DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar dari daging dan tepung. Pada umumnya bakso disajikan berdampingan

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI. Oleh:

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi rakyat Indonesia, pernyataan ini terdapat dalam UU pangan No. 7 tahun 1996. Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Setiap konsumen berhak memperoleh makanan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal bagi yang beragama Islam). Label memiliki peran sangat penting dalam memenuhi kebutuhan produk yang ASUH tersebut. Daging merupakan bahan pangan produk ternak yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Selain sebagai sumber protein hewani, daging dan produk-produk olahan juga sangat disukai karena kelezatannya. Salah satu produk olahan daging yang cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat Indonesia adalah bakso. Daging yang digunakan dalam pembuatan bakso bisa berasal dari daging sapi, babi dan ayam. Di Indonesia daging yang sering digunakan dalam pembuatan bakso adalah daging ayam dan sapi, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang dilarang untuk mengkonsumsi daging babi. Maka hal ini perlu 1

mendapatkan perhatian yang serius, karena tidak menutup kemungkinan ada pencampuran daging babi dalam produk bakso apalagi saat ini harga daging sapi sangat tinggi. Karena daging merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan bakso maka perlu diketahui daging jenis apa yang digunakan untuk pembuatannya. Belum lama ini di Tangerang ditemukan sosis yang dicampur daging babi, hal ini juga tidak menutup kemungkinan terjadi pada produk bakso. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlunya perlindungan kepada konsumen di Negara ini. Saat ini lembaga yang bertugas menangani masalah kehalalan adalah LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia) lembaga ini bersama BPOM ( Badan Pengawasan Obat dan Makanan) melakukan audit terhadap produk-produk makanan yang diberi sertifikasi halal untuk ditinjau kehalalan dari berbagai aspek. Identifikasi daging diperlukan untuk menguji pemalsuan daging, menguji adanya pencampuran daging sapi yang harganya mahal dengan daging lain yang lebih murah dan mencegah daging lain yang tidak halal dikonsumsi. Untuk melindungi konsumen terhadap pemalsuan dan pencemaran daging, beberapa pendekatan secara analitis dilakukan untuk mengidentifikasi jenis daging dalam produk pangan (Erwanto et al., 2007). Bakso merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik itu anak-anak, remaja dan orang dewasa, karena bakso mengandung gizi yang cukup tinggi dan bakso mudah diperoleh di berbagai tempat di pasar, di restoran, pedagang keliling, di supermarket, swalayan dan lain sebagainya, selain juga mudah 2

untuk mengolahnya. Namun pada bakso tidak pernah terlepas dari adanya isu bahwa bakso mengandung bahan yang berbahaya, misalkan formalin, boraks dan bahan kimia berbahaya lainnya. Bakso biasanya terbuat dari daging sapi, daging unggas maupun daging babi. Namun bagi pemeluk agama Islam diharamkan mengkonsumsi daging babi dalam bentuk olahan apapun dan berapa banyak konsumsinya, maka dari itu ketika akhir-akhir ini muncul isu adanya campuran daging babi pada bakso, menjadi sangat meresahkan masyarakat. Isu tersebut membawa dampak negatif pada konsumen, konsumen menjadi tidak nyaman untuk mengkonsumsi bakso. Pencampuran daging babi pada bakso kemungkinan disebabkan oleh mahalnya harga daging sapi akhir-akhir ini atau karena memang ada pedagang yang sengaja menambahkan ( pedagang nakal ) untuk tujuan bisnis. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengidentifikasi jenis daging, seperti kromatografi gas untuk asam lemak, immunodifusi ganda atau SDA PAGE ( Sodium Dodecyl Sulfat Polyacrilamide Gel Elektroforesis) untuk analisis protein. Namun metode ini hanya dapat digunakan pada bahan pangan yang belum mengalami pemasakan atau mengalami perlakuan suhu dibawah 50 o C. Apabila diuji dengan pendekatan secara fisik maupun kimia juga belum mampu untuk menjawab permasalahan adanya campuran daging babi pada bakso sehingga dilakukan pengujian berdasarkan pada DNA, yang stabil terhadap pemanasan. Metode yang berdasarkan pada DNA adalah Polymerase Chain Reaction (PCR). Teknik PCR telah menjadi alat penting untuk mengidentifikasi daging dari berbagai spesies hewan 3

dalam beberapa tahun ini. Teknik yang memanfaatkan informasi spesifik dari DNA ini memungkinkan identifikasi spesies daging dalam jumlah kecil dengan akurat, baik dalam keadaan mentah ataupun telah menerima proses pemanasan. Hasil penelitian Matsunaga et al., (1999) menunjukkan bahwa sejumlah daging (mentah ataupun telah dipanaskan pada suhu 100 o C dan 120 o C selama 30 menit) dapat diidentifikasi secara spesifik dengan menggunakan sebuah campuran primer yang dikembangkan dari gen sitokrom b mitokondria. Dan untuk metode yang terbaru dan lebik efektif adalah dengan metode multiplex PCR yaitu metode yang dalam sekali pengujian dapat diketahui beberapa jenis spesies daging hewan yang ada pada sampel seperti yang telah dilakukan oleh Ghovati et al., 2009, dengan menggunakan sampel berupa unggas, sapi dan babi. Teknik multiplex PCR mempunyai kelebihan yang diperoleh, karena lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan dengan metode yang lain. Selain dengan menggunakan teknik molekuler seperti PCR, dapat juga menggunakan Porcine Detection KIT, metode yang berbasis protein ini merupakan metode kualitatif untuk mengetahui ada tidaknya antigen babi pada produk makanan. Deteksi DNA pada produk olahan daging dengan menggunakan metode Multiplex PCR masih jarang dilakukan di Indonesia, sehingga nantinya akan menjadi terobosan baru untuk menguji adanya pencampur daging selain yang semestinya. Teknik ini bisa digunakan untuk mengetahui adanya pemalsuan daging dalam produk. 4

1.2.Tujuan penelitian 1. Mengetahui adanya campuran daging babi pada bakso dengan metode Porcine Detection KIT. 2. Mengetahui adanya daging non sapi pada bakso dengan metode Simplex dan Multiplex PCR. 1.3.Manfaat penelitian Dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi tentang alternative pengujian kehalalan produk berprotein hewan atau produk yang terbuat dari daging dengan cara yang akurat dan dengan waku yang singkat menggunakan metode Porcine Detection Kit dan PCR (simplex dan multiplex PCR) 5