BAB I PENDAHULUAN. norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

EFEKTIFITAS MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI KELURAHAN MARGOMULYO NGAWI

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Terbukanya saluran

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15). Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak (Kartono, 2010, hlm.57-58). Menurut David (1992 : hal 33-39) suatu keluarga ditandai dengan adanya orangtua, baik ayah maupun ibu. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua (Shochib, 2000, hlm.18). Orang tua sering mengeluh karena tidak adanya rasa tanggung jawab, terutama sekali sulit mengharapkan agar orang tua mempunyai tanggung jawab dalam perilaku seksual anaknya. Jika orang tua tidak sanggup menjawab rasa ingin tahu anak tentang sikap seksualnya, maka orang tua itu merasa gagal. Orang tua tidak berhak menyalahkan si anak bila anak itu mengecewakan. Jadi ketika anak-anak mengajukan pertanyaan

tentang masalah seks, pertanyaan itu seharusnya dijawab dengan sebenarnya dan diberi informasi tertulis yang benar, termasuk dengan gambar. Jadi orang tua harus selalu menekankan bahwa seks adalah fungsi alamiah tapi mengandung tanggung jawab kepada orang lain (Soelaeman, 1988, hlm.27). Perilaku seksual ini lebih baik diketahui dari orang tuanya, dari pada si anak mendapatkannya dari pendapat atau khayalan sendiri, teman, buku-buku, atau pun filmfilm porno yang kini dijual bebas. Dari khayalan itu mereka dapat saja menyalah gunakan arti dan fungsi organ seksualnya. Dengan demikian salah satu yang mungkin bisa mengontrol perilaku seksual anak remaja adalah monitoring orang tua. Jadi orang tua mempunyai peranan penting karena yang pertama sekali remaja tumbuh di keluarganya sendiri. Artinya orang tua harus menyediakan waktu yang ekstra untuk memperhatikan anak remajanya terutama dalam perilaku seksual. (Dianawati, 2003, hlm.9). Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan remaja itu sendiri, termasuk keluarganya. Penelitian yang dilakukan oleh National Surveys of Family Growth pada tahun 1988 di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual. Ada sekitar 53% yang berumur 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa remaja, dan 50% kelompok remaja melahirkan anaknya. Pada tahun 1997 angka kehamilan remaja di Amerika Serikat (AS) sebanyak 840.000 dan 79% adalah kehamilan tidak disengaja. Sebesar 10% setiap tahunnya remaja usia 15-19 tahun dari remaja yang pernah berhubungan menjadi hamil dan 13% dari seluruh kelahiran di AS adalah kelahiran dari perempuan, 31% di antaranya adalah kelahiran tanpa perkawinan (Pangkahila, 2000, hlm.133).

Penelitian Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes R.I tahun 1990 terhadap remaja di Jakarta dan Yogyakarta yang menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan perilaku seksual yang menyimpang adalah membaca buku porno dan menonton film biru/ blue film 54,39% di Jakarta, dan 49,2% di Yogyakarta. Pusat Studi Kriminologis Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di mana 50% di antaranya menyebabkan kehamilan. Dari berbagai penelitian menunjukkan perilaku seksual pada remaja ini mempunyai korelasi dengan sikap remaja yang menyimpang terhadap perilaku seksualnya. Penelitian sahabat remaja tentang perilaku seksual remaja tentang perilaku seksual remaja di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di kota Yogyakarta, 3,4% remaja di kota Surabaya, dan 31,1% remaja di kota Kupang yang terlibat hubungan seks secara aktif ( Sugiharta, 2000, hlm.139). Penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), pada tahun 2001, PKBI meneliti di dua kota yaitu Palembang, dan Singkawang. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 16,46% dari remaja yang berumur 15-24 tahun mengaku telah melakukan hubungan seksual (Ariyanto, 2008,, 2) Survei pendahuluan peneliti lakukan pada bulan Oktober 2010 terhadap 10 orang remaja yang memiliki pengalaman perilaku-perilaku seksual di wilayah Kelurahan Simalingkar, peneliti mencari data dan menemukan fenomena mengenai perilakuperilaku seksual remaja yang menyimpang dan kaitannya dengan pola asuh orangtua yang salah. Tujuh orang remaja mengatakan sudah pernah berciuman pipi, bibir, dan meraba payudara pasangannya. Sedangkan tiga remaja lagi mengaku belum pernah dan belum pernah pacaran.

Dari uraian tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa perilaku seksual yang menyimpang yang terjadi pada remaja disebabkan karena kondisi pengasuhan dari keluarga khususnya orangtua dalam hal pengasuhan anak. Kesalahan pengasuhan ini dapat berupa pola asuh yang tidak tepat sehingga berdampak terhadap perilaku seksual remaja.variabel perilaku seksual remaja meliputi kurangnya pemahaman yang disebabkan berbagai macam seperti adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar.sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi perumusan masalah adalah: Bagaimanakah Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B,kecamatan Medan Tuntungan C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh Orang tua terhadap perilaku seksual remaja. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pola asuh orang tua di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan `

b. Mengetahui perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan c. Mengetahui hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Pelayanan Kebidanan Dapat mengetahui lebih dalam mengenai perilaku seksual remaja khususnya kesehatan reproduksi sehingga dapat membantu di dalam pemberian pelayanan yang tepat apabila berhadapan dengan pengguna jasa pelayanan kebidanan khususnya remaja. 2. Untuk Pendidikan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan untuk persiapan materi penyuluhan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan. 3. Bagi Penelitian Kebidanan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan data pada penelitian selanjutnya yang sejenis.