MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK IMPROVING MATHEMATICAL PROBLEM-SOLVING ABILITY USING REALISTIC MATHEMATICAL APPROACH Yelli Ramalisa 1*, Feri Tiona Pasaribu 2 Universitas Jambi, Jambi 1 yelliramalisa@gmail.com, 36361, 081366166875 Universitas Jambi, Jambi 2 ABSTRACT This research aims to improve the student s ability tosolve mathematical problemsby implementing a Realistic Mathematic approach in capita selecta subject. The type of this research is a classroom action research. The first procedure in this study is totestthe initilability of problem-solving of experiment class. The second, to held a learning bythe application of Realistic Mathematic approach.inthis study consistedoftwocycles, whichatthe end of eachcycleis givena testto students to determine theability ofsolvinga mathematicalproblem. Based on preliminary test result (pretest), average of student ability to solve mathematic s problem is very low, with an average rating of class is 42,83. After the implementation of the action on the first cycle, student ability to solve mathematic s problem is low with the average of 18 students is 61.98 or 52.94% of all students have reached the level of problem solving ability as individually. Afterthe implementation of theactionin the second cycle, the rate ofmathematicalproblem-solvingabilityismoderatewitha class averagevalue is 74,22withthe number of studentswhohave reached alevel ofmathematicalproblemsolving skills as individuallyis30 peopleor90.90% ofall students. The improvementwas obtainedafterthe second cycleis done. Keywords: realistic mathematic approach, mathematic s problem solving ability ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah matematika dengan menerapkan pendekatan matematika realistik pada mata kuliah kapita selekta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.prosedur penelitian ini yang pertama adalah memberi tes kemampuan awal kepada kelas yang diteliti, guna untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematika awal mahasiswa. Kedua mengadakan pembelajaran dengan penerapan pendekatan matematika realistik. Dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa.berdasarkan hasil tes awal (pretes), diperoleh informasi rata-rata bahwa siswa memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa masih sangat rendah dengan nilai rata-rata 314
kelas 42,83. Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I, hasil kemampuan pemecahan masalah mahasiswa adalah rendah dengan nilai rata-rata kelas 61,98 dengan 18mahasiswa atau 52,94 % dari seluruh mahasiswa telah mencapai tingkat kemampuan memecahkan masalah secara individu. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat hasil kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 74,22 dengan jumlah mahasiswa yang telah mencapai tingkat kemampuan memecahkan masalah matematika secara individu sebanyak 30 orang atau 90,90 % dari seluruh mahasiswa.peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan. Katakunci:pendekatan matematika realistik, kemampuan pemecahan masalahmatematika 1. PENDAHULUAN Matematika merupakan pelajaran yang dipandang penting dan dipelajari di semua tingkat pendidikan.ada banyak alasan tentang perlunya belajar matematika. Salah satunya yaitu untuk memecahkan masalah [1]. Salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah [1]. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, mahasiswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Dalam surveinya tentang current situation on mathematics and science education in Bandung yang disponsori oleh JICA, menyatakan penemuan bahwa : pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para dosen maupun mahasiswa di semua tingkatan mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi [3]. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi dosen dalam mengajarkannya. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soalsoal yang merupakan bentuk pemecahan masalah matematika.demikian pula yang terjadi pada mahamahasiswapendidikan Matematika S1 Universitas Jambi, berdasarkan hasil nilai ujian semester mahasiswa, mereka mengalami kesulitan 315
dalam menyelesaikan soal-soal kapita selekta yang berupa pemecahan masalah. masih gamang dan asing tentang pemecahan masalah seperti dengan strategi pembuatan tabel, penggambaran, serta bekerja mundur. Sebenarnya, mahasiswa akan merasakan manfaat belajar matematika jika mampu menerapkan konsep dan pengetahuan matematika dalam kehidupan nyata kesehariannya serta mampu memecahkan berbagai permasalahan matematika pada khususnya. Berkaitan dengan uraian di atas, maka perlu dipikirkan strategi atau cara penyajian dan prasarana pembelajaran matematika yang membuat mahasiswa aktif mempelajari matematika. Dosen harus mampu mengetahui kesulitan mahasiswa, sehingga dosen dapat menggunakan suatu pembelajaran yang tepat bagi mahasiswa. Selain itu dosen juga diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide-ide mahasiswa itu sendiri. Berbagai macam pendekatan pembalajaran dapat digunakan dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan tersebut, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran pada masalah nyata (kontekstual), menggunakan model, menggunakan kontribusi mahasiswa, interaktif, dan menggunakan keterkaitan. Atas dasar tersebut maka peneliti tertantang untuk melakukan penelitian tentang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. Realistik adalah tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh mahasiswa. Karakteristik PMR adalah menggunakan konsep dunia nyata model-model, produksi dan konstruksi mahasiswa, interaktif dan keterkaitan (intertwinment) [4]. Dalam PMR pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual ( dunia nyata ) sehingga memungkinkan mahasiswa untuk menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung baik lisan maupun tulisan. Proses pencarian dari konsep yang sesuai dengan situasi nyata [7] sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi mahasiswaakan mengembangkan konsep yang 316
lebih komplit. Kemudian mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematization of every day experience) dan penerapan matematika dalam sehari-hari. Dengan demikian tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika akan lebih meningkat. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, pembelajaran denganmenggunakan pendekatan matematika realistik sangat berpeluang untukmeningkatkan kemampuan pemecahan masalah.jadi, pembelajaranmenggunakan pendekatan matematika realistik ini yang diusulkan untuk dilakukanpenelitian. Berdasarkan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan kemampuan mahasiswa memecahkan masalah dengan menerapkan pendekatan matematika realistik pada mata kuliah kapita selekta? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan di atas yaitu: Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah matematika dengan menerapkan pendekatan matematika realistikpada mata kuliah kapita selekta. 2. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research). Adapun jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah penelitian tindakan partisipan, di mana peneliti terlibat secara langsung mulai dari awal penelitian sampai berakhirnya penelitian. Selain itu penelitian ini mengangkat masalah nyata yang terjadi di lapangan.data akan dikumpulkan dari hal-hal yang berhubungan secara langsung pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik berupa hasil kemampuan awal dan kemampuan pemecahan masalah, hasil pekerjaan mahasiswa, hasil observasi selama pembelajaran berlangsung dan hasil catatan lapangan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi. 317
Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Matematika Program Mandiri Angkatan 2012/2013 Universitas Jambi. Setelah tes diberikan, selajutnya dikoreksi hasil pekerjaan mahasiswa, dipelajari dan ditelaah untuk mengolongkan dan mengorganisasikan jawaban-jawaban mahasiswa. Kriteria keberhasilan hasil belajar diperoleh dari hasil kemampuan pemecahan masalah matematika pada masing-masing tindakan. yang memperoleh skor 65 yang telah ditetapkan sebanyak 85% mahasiswa. Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan partisipan dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di tempat penelitian mutlak diperlukan sebagai instrumen utama.[2] menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir data, dan akhirnya pelapor hasil penelitian. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Hasil dan Pembahasan Penelitian Pada Siklus I 1. Deskripsi Tes Kemampuan Awal Dari data nilai tes kemampuan awal (pretes) diperoleh kemampuan pemecahan masalah mahasiswa, terdapat 3 orang mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat tinggi atau 8,82 %, 2 orang mahasiswa atau 5,88 % yang memiliki kemampuan tinggi, 4 orang mahasiswa atau 11,76 % yang memiliki kemampuan sedang, 4 orang mahasiswa atau 11,76 % yang memiliki kemampuan rendah, dan 21 orang mahasiswa atau 61,76 % yang memiliki kemampuan sangat rendah. Jadi, diperoleh rata-rata skor kemampuan mahasiswa memecahkan masalah pada tes awal (pretes) adalah 42,83. Hasil selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1 : Deskripsi Tingkat Hasil Belajar Siswa Pada Tes Kemampuan Awal Persentase Penguasaan 90 % - 100 % 80 % - 89 % 65 % - 79 % 55 % - 64 % 0 % - 54 % Tingkat Banyak Kemampuan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 3 2 4 4 21 Persentase jumlah 8,82 % 5,88 % 11,76 % 11,76 % 61,76 % Jumlah 34 100 % Rata-rata Kemampuan 42,83 Sangat Rendah 318
Kemampuan awal mahasiswadilihat dari tes awal yang diberikan kepada 34orang mahasiswa, diperoleh 26 orangmahasiswa atau 76,47 % yang belum mencapai tingkatpemecahan masalah sedangkan 8 orangmahasiswa atau 23,53 % telah mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah (mendapat nilai 65 atau lebih) dengan nilai rata-rata 42,83 dengan kriteria sangat rendah. 2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Berdasarkan hasil jawaban mahasiswa yang diberikan pada tes kemampuan pemecahan masalah mahasiswa I dideskripsikan tingkat kemampuannya,makahasil selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2Deskripsi Tingkat Kemampuan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I Persentase Penguasaan 90 % - 100 % 80 % - 89 % 65 % - 79 % 55 % - 64 % 0 % - 54 % Tingkat Kemampuan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Banyak 5 6 7 4 12 Persentase Jumlah 14,71 % 17,65 % 20,59 % 11,76 % 35,29 % Jumlah 34 100 % Rata-rata Kemampuan 61,98 Rendah Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa pada siklus I yang diberikan kepada 34mahasiswa diperoleh 18mahasiswa atau 52,94 % yang belum mampu memecahkan masalah matematika, sehingga 16mahasiswa atau 47,06 % telah mampu memecahkan masalah secara klasikal (mendapat nilai 65 atau lebih) dengan nilai rata-rata kelas 61,98. 3. Deskripsi Hasil Observasi Kemampuan dosen mengelola pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada kegiatan pendahuluan sebesar 81,11% dengan kategori keberhasilan baik, pada kegiatan inti sebesar 77,78% dengan kategori cukup, kegiatan penutup sebesar 76,67% dengan kategori cukup, untuk pengelolaan waktu pembelajaran 86,67% dengan kategori baik. Secara keseluruhan keberhasilan tindakan selama pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik sebesar 78,89% dengan kategori cukup. 319
Dari kriteria keberhasilan yang telah dicapai maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran belum sepenuhnya memenuhi kriteria keefektifan yang ditetapkan. Dosen telah berupaya dengan baik menerapkan karakteristik pendekatan matematika realistik dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dapat diterapkan dengan perbaikan dalam pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh bahwa dosenkurang memberi motivasi kepada mahasiswa, appersepsi yang diberikan dosen masih kurang, yaitu dosen kurang memeriksa kesiapan mahasiswa, penyajian dosen tidak mengembangkan keberanian dan keterampilan mahasiswa dalam menjawab dan mengeluarkan pendapat, unsur unsur sosiokultural dan scaffolding yang diberikan dosen masih kurang sehingga mahasiswa tidak diarahkan untuk bersosiolisasi dan berinteraksi antar sesamanya. aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada kegiatan pendahuluan sebesar 81,11% dengan kategori keberhasilan baik, pada kegiatan inti sebesar 74,58% dengan kategori cukup, kegiatan penutup sebesar 71,67% dengan kategori sangat cukup. Secara keseluruhan keberhasilan tindakan selama pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik sebesar 75,64 dengan kategori cukup. Dari kriteria keberhasilan yang telah dicapai maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas mahasiswa selama pembelajaran masih dalam kategori cukup. Pada kegiatan mahasiswa, kekompakkan antar anggota kelompok kurang baik sehingga antusias mengerjakan dan membahas permasalahan yang ada di lembar kerja masih kurang, kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah belum maksimal karena masih banyak mahasiswa yang belum memahami cara belajar diskusi atau kelompok, antusias mahasiswa untuk bertanya masih kurang, pertanyaan dan jawaban yang disajikan pada saat diskusi dan presentasi kurang memuaskan, mahasiswa juga kurang berani mengemukakan pendapat/ide-ide pada saat diskusi maupun presentasi. 4. Hasil Refleksi Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi dalam pelaksanaan pada siklus I ini dapat diuraikan sebagai berikut: 320
1. Dosen belum mampu secara maksimal dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 2. Mahasiwa belum terbiasa dengan penerapan teori belajar kooperatif khususnya pendekatan matematika realistik. 3. Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal pada siklus I rendah Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I dan memberi pelajaran yang sama kepada mahasiswa yang belum mampu memecahkan masalah makakegiatan pembelajaran dilakukan perbaikan sebelum memasuki siklus II. Kegiatan tersebut adalah 1. Dosen mengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok yang bervariasi dari sebelumnya. 2. Dosen memberikan masalah-masalah terkait dunia nyata yang lebih bervariasi pada lembar kerja. 3. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk lebih memahami masalah dan jika perlu ada interaksi antara Dosen dan mahasiswa. 4. Dosen membimbing jalannya diskusi dan membimbing mahasiswa.dosen menggunakan metode tanya jawab, diskusi, pemanfaatan LK dan pemberian tugas. 5. Dosen memberikan reward kepada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain yang menanggapi. 6. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk tanya jawab dan memberikan argumen. Dari hal tersebut di atas, pada siklus II dilakukan perbaikan. Diantaranya, penggunaan metode tanya jawab lebih dimaksimalkan, dan menambahkan masalah yang lebih bervariasi pada LK saat proses pembelajaran berikutnya. 3.2 Deskripsi Hasil dan Pembahasan Penelitian Pada Siklus II 1.Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika II Dari penyelesaian soal yang dikerjakan mahasiswa pada tes kemampuan pemecahan masalah matematika II, diperoleh kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Namun jumlah mahasiswa pada siklus II berkurang satu orang dikarenakan mahasiswa tersebut dari awal pembelajaran pada siklus I sudah tidak pernah hadir. Berdasarkan data 321
pada tes tersebut, dapat dilihat kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah sebagai berikut : Dari data nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematika II diperoleh data yang akan disajikan pada tabel berikut : Tabel 3Deskripsi Tingkat Kemampuan Tes Kemampuan Pemecahan MasalahMatematika II Persentase Penguasaan 90 % - 100 % 80 % - 89 % 65 % - 79 % 55 % - 64 % 0 % - 54 % Tingkat Kemampuan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Banyak 9 4 17 0 4 Persentase Jumlah 27,27 % 12,12 % 51,52% 0 % 12,12 % Jumlah 33 100 % Rata-rata Kemampuan 74,22 Sedang 2.Deskripsi hasil Observasi Kemampuan dosen mengelola pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada kegiatan pendahuluan sebesar 94,44% dengan kategori keberhasilan sangat baik, pada kegiatan inti sebesar 88,15% dengan kategori baik, kegiatan penutup sebesar 95% dengan kategori sangat baik, untuk pengelolaan waktu pembelajaran 96,67% dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan keberhasilan tindakan selama pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik sebesar 90,89% dengan kategori sangat baik. Dari kriteria keberhasilan yang telah dicapai maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran memenuhi kriteria keefektifan yang ditetapkan. Dosen telah berupaya dengan baik menerapkan karakteristik pendekatan matematika realistik dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika. Aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada kegiatan pendahuluan sebesar 94,44% dengan kategori keberhasilan sangat baik, pada kegiatan inti sebesar 84,17% dengan kategori baik, kegiatan penutup sebesar 91,67 dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan keberhasilan tindakan selama pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik sebesar 87,69% dengan kategori baik. 322
Dari kriteria keberhasilan yang telah dicapai maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas mahasiswa selama pembelajaran memenuhi kriteria keefektifan yang ditetapkan. Dosen telah berupaya dengan baik menerapkan karakteristik pendekatan matematika realistik. Pada kegiatan mahasiswa, kekompakkan antar anggota kelompok sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini terlihat dari antusias mahasiswa mengerjakan Lembar Kegiatan (LK) sudah baik, kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah meningkat karena jumlah mahasiswa dalam memahami langkah-langkah pemecahan masalah bertambah, antusias mahasiswa untuk bertanya sudah semakin baik dan lebih terarah. Berdasarkan hasil analisa data, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan siswa berdasarkan tes kemampuan pemecahan masalah matematika mengalami peningkatan dan mahasiswa telah mencapai tingkat kemampuan dalam memecahkan masalah seperti yang diharapkan. Hal ini menunjukkan keberhasilan pemberian tindakan pada siklus II. 3.Hasil Refleksi Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, diperoleh : 1. Dosen telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan pendekatan mateatika realistik. Hal ini didasarkan pada hasil observasi yang menunjukkan peningkatan dengan semakin membaiknya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dosen, berdasarkan pengamatan dosen lain yaitu dosen pendidikan matematika FKIP UNJA. Kekompakkan antar anggota kelompok sudah semakin baik sehingga antusias mengerjakan LK sangat baik, pertanyaan dan jawaban yang disajikanpada saat diskusi dan presentasi juga semakin baik, mahasiswa sudah berani mengemukakan pendapat atau ide-ide pada saat diskusi dan presentasi. 2. Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 12,24 yaitu dari 61,98 pada tes siklus I dengan kategori rendah menjadi 74,22 pada tes siklus II dengan kategori sedang. Dengan demikian berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada siklus II, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 74,22 dengan 323
tingkat kemampuan memecahkan masalah secara klasikal mencapai 90,90 %. Hasil tersebut tersebut sudah mencapai tingkat kemampuan memecahkan masalah secara klasikal yang telah ditetapkan dan tingkat kemampuan mahasiswa sudah memuaskan. Karena tingkat kemampuan memecahkan masalah matematika mahasiswa sudah tercapai dan tingkat kemampuan mahasiswa sudah memuaskan, maka dosen tidak melanjutkan pada siklus III. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan hasil tes awal (pretes), diperoleh informasi rata-rata bahwa siswa memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa masih sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas 42,83. Setelah pelaksaaan tindakan pada siklus I, hasil kemampuan pemecahan masalah mahasiswa adalah rendah dengan nilai rata-rata kelas 61,98 dengan 18 mahasiswa atau 52,94 % dari seluruh mahasiswa telah mencapai tingkat kemampuan memecahkan masalah secara individu. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat hasil kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 74,22 dengan jumlah mahasiswa yang telah mencapai tingkat kemampuan memecahkan masalah matematika secara individu sebanyak 30 orang atau 90,90 % dari seluruh mahasiswa. 2. Berdasarkan analisis penelitian, diperoleh gambaran bahwa penerapan pendekatan matematika realistik pada materi alajabar dan geometri pada mata kuliah kapita selekta kepada mahasiswa semester 4 dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa. Dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan. 5. PUSTAKA [1]. Abdurrahman, M.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. [2]. Moleong, L. Metode penelitian Kualitatif. Bandug: Rosda Karya; 2002. 324
[3]. Suharta,I.G,P.Matematika Realistik apa dan Bagaimana, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta; BALITBANG DIKNAS ; 2001. [4]. Suherman, E., dkk.,.strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI): Bandung; 2001. [5]. Trianto., (2007), Model-Model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Kontruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta. [6]. Wiriaatmadja, R., (2007), Metode Penelitian Tingkatan Kelas, Remaja Rosdakarya, Bandung. [7]. Zainurie.Pembelajaran Matematika Realistik ; 2007; (Accessed 17 Februari 2014)., Http://Zainurie.Wordpress.com 325