KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN TABUNG IMPEDANSI DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL KOEFISIEN SERAP BUNYI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

UNIVERSITAS MEDAN AREA. Gambar 2.1 Fenomena absorpsi suara pada permukaan bahan

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS GELOMBANG AKUSTIK PADA PAPAN SERAT KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER

Seminar Nasional - XII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Kampus ITENAS - Bandung, Desember 2013

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

DESAIN PEREDAM SUARA TABUNG KACA DENGAN SAMPEL CAMPURAN SERBUK KAYU MERANTI DAN PAPAN TELUR UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK AKUSTIK PAPAN KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK KERAMIK

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT KULIT ROTAN DAN PEREKATPOLIVINIL ASETAT SKRIPSI AMALUDDIN NASUTION

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Komposit Serat Batang Pisang (SBP) Epoksi Sebagai Bahan Penyerap Bunyi

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

KARAKTERISTIK ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK SERAT ALAM AMPAS TAHU (GLYCINE MAX) MENGGUNAKAN METODE TABUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu

DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Debora M Sinaga 1, Krisman 2, Defrianto 2

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara,

PENGARUH ORIENTASI SERAT TERHADAP REDAMAN SUARA KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT PINANG

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

PERANCANGAN KNALPOT BERBAHAN ALUMINIUM UNTUK MENGURANGI KEBISINGAN PADA SEPADA MOTOR

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan

Seminar Nasional IENACO ISSN: DESAIN KUALITAS PERANCANGAN PRODUK LIMBAH PLAT ALUMUNIUM MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMENT

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Limbah Kulit Pinang (Areca catechu L.) sebagai Filler Papan Komposit Penyerap Bunyi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

HASIL DAN PEMBAHASAN

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

PENENTUAN KOEFISIEN SERAP BUNYI PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH TONGKOL JAGUNG

MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penambahan Serat Sabut Kelapa (Cocofiber) Terhadap Campuran Beton Sebagai Peredam Suara

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Pengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

5. Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik. a. A O B O A b. A O B O c. O A O B d. A O (C3)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

SUHARDIMAN / TM

Gelombang Bunyi. Keterangan: γ = konstanta Laplace R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

MATERIAL AKUSTIK SERAT PELEPAH PISANG (Musa acuminax balbasiana calla) SEBAGAI PENGENDALI POLUSI BUNYI

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

GELOMBANG. Lampiran I.2

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

PENGETAHUAN (C1) SYARIFAH RAISA Reguler A Tugas Evaluasi

PERBANDINGAN RESAPAN BISING PANEL AKUSTIK LIMBAH BONGGOL JAGUNG DENGAN AMPAS TEBU. Sebelas Maret Surakarta

ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

PERNYATAAN. Mahasiswa

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

GELOMBANG YUSRON SUGIARTO

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

Transkripsi:

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE Fahrul Rozzy 1, Ikhwansyah Isranuri 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara, Jln.Almamater Kampus USU Medan 20155 Medan Indonesia email: fahrulrozzy@yahoo.co.id Abstrak Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mereduksi bising adalah dengan penggunaan material akustik yang bersifat menyerap atau meredam bunyi sehingga bising yang terjadi dapat direduksi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dasar mengenai transmission loss material akustik dari paduan aluminium-magnesium. Variabel dalam penelitian ini adalah perubahan komposisi material paduan aluminum-magnesium dengan komposisi paduan Al 98%-Mg 2%, Al 96%- Mg 4% dan Al 94%-Mg 6% untuk kemudian diuji karakteristik akustiknya dengan menggunakan metode impedance tube. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai transmission loss yang paling tinggi terdapat pada paduan Al 98%-Mg 2% pada frekuensi 1500 Hz yaitu 45.0191 db. Nilai transmission loss yang paling rendah terdapat pada paduan Al 94%-Mg 6% pada frekuensi 125 Hz yaitu 20.7008 db. Nilai frekuensi yang terbaik di insulasi material paduan Al- Mg untuk masing-masing komposisi adalah pada frekuensi 1500 Hz dimana pada frekuensi tersebut didapat nilai transmission loss maksimum. Komposisi paduan Al-Mg yang paling baik untuk menginsulasi suara didapat pada komposisi Al 98%-Mg 2% dengan nilai STC sebesar 35.8714 db. Kata kunci: material akustik, aluminium-magnesium, transmission loss, tabung impedansi. Abstract One effort that can be done to reduce the noise is to use material that is absorbing acoustic or muffle the sound so loud that occur can be reduced. The main objective of this study was to determine the basic characteristics of the transmission loss of acoustic material aluminum-magnesium alloy. The variable in this study is the change in the composition of the aluminum-magnesium alloy material with a composition of 98% alloy Al-Mg 2%, 96% Al-4% Mg and Al-Mg 94% 6% for the acoustic characteristics and then tested using the impedance tube. From the research that has been done can be concluded that the value of the high transmission loss found in alloy Al-98% Mg 2% at a frequency of 1500 Hz is 45.0191 db. Value of the low-loss transmission contained in the alloy Al-Mg 94% 6% at a frequency of 125 Hz is 20.7008 db. Frequency value of the best in the insulation material of Al-Mg alloys for each composition is at a frequency of 1500 Hz at a frequency which is obtained maximum value of transmission loss. Al-Mg alloy composition is best for sound proofing obtained on the composition of Al-98% Mg 2% with a value of 35.8714 db STC. The greater the value of the STC, the better the material's ability to sound proofing. Key words: acoustic material, aluminum-magnesium, transmission loss,impedance tube. 1. Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya teknologi, kebisingan merupakan salah satu masalah yang sangat penting untuk diatasi, karena jelas mengganggu aktivitas maupun kesehatan pada manusia. Salah satu cara untuk mencegah perambatan/radiasi kebisingan pada komponen/struktur mesin, ruangan/bangunan serta dalam kebisingan industri, ialah dengan penggunaan material akustik yang bersifat menyerap atau meredam bunyi sehingga bising yang terjadi dapat direduksi [1]. Faktor yang penting dalam memilih aluminium (Al) dan paduaannya adalah kekuatan tinggi untuk rasio berat, ketahanan terhadap korosi oleh banyak bahan kimia, konduktivitas termal dan listrik yang tinggi, 47

penampilan, dan kemudahan mampu bentuk (formability) dan mampu mesin (machinability). Magnesium (Mg) adalah logam teknik ringan yang ada, dan memiliki karakteristik meredam getaran yang baik. Paduan ini digunakan dalam aplikasi struktural dan non-struktural dimana berat sangat diutamakan. Magnesium juga merupakan unsur paduan dalam berbagai jenis logam non-ferrous. Hasil paduan dari kedua unsur ini lebih ringan dibandingkan dengan besi atau baja, ketahanan korosi yang baik, mengurangi kebisingan (low noise) dan mampu mesin yang baik [2]. Paduan aluminium-magnesium banyak digunakan untuk konstruksi bangunan, transportasi (pesawat dan aplikasi ruang angkasa, bus, mobil, gerbong kereta api, dan kapal laut), dan penciptaan mesin yang digunakan dalam manufaktur. 2.Tinjauan Pustaka 2.1Gelombang Gelombang adalah suatu getaran, gangguan atau energi yang merambat. Dalam hal ini yang merambat adalah getarannya, bukan medium perantaranya. Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit (untuk gelombang transversal) atau satu renggangan dan satu rapatan (untuk gelombang longitudinal). Besaran-besaran yang digunakan untuk mendiskripsikan gelombang antara lain panjang gelombang (λ) adalah jarak antara dua puncak yang berurutan, frekuensi (ƒ) adalah banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tiap satuan waktu, periode (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang melewati suatu titik, amplitudo (A) adalah simpangan maksimum dari titik setimbang, kecepatan gelombang (v) adalah kecepatan dimana puncak gelombang (atau bagian lain dari gelombang) bergerak [3]. 2.2Bunyi Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan peregangan partikel-partikel udara yang bergerak ke luar, yaitu karena penyimpangan tekanan. Hal serupa juga terjadi pada penyebaran gelombang air pada permukaan suatu kolam dari titik dimana batu dijatuhkan [4]. Bunyi mempunyai beberapa sifat seperti: 1. Asal dan perambatan bunyi Semua benda yang dapat bergetar mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan bunyi. Bila ditinjau dari arah getarnya, bunyi termasuk gelombang longitudinal dan bila dilihat dari medium perambatannya, bunyi termasuk gelombang mekanik. 2. Frekuensi bunyi Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan.besarnya frekuensi ditentukan dengan rumus: f = 1/T...(1) f = Frekuensi (Hz) T = Waktu (detik) 3. Cepat rambat bunyi Cepat rambat bunyi di udara lebih kecil daripada cepat rambat cahaya di udara. Karena bunyi juga termasuk gelombang, Hubungan antara cepat rambat bunyi (c), frekuensi (f) dan panjang gelombang (λ) adalah: c = f λ...(2) c = Cepat rambat bunyi (m/s) f = Frekuensi (Hz) λ = Panjang gelombang (m) 4. Panjang gelombang Panjang suatu gelombang bunyi dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh perambatan bunyi selama tiap siklus. Hubungan antara panjang gelombang, frekuensi, dan cepat rambat bunyi dapat ditulis sebagai berikut: λ = c/f...(3) λ = Panjang gelombang bunyi (m) c = Cepat rambat bunyi (m/s) f = Frekuensi (Hz) 48

5. Intensitas bunyi Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam suatu daerah per satuan luas. Intensitas bunyi dalam arah tertentu di suatu titik adalah laju energi bunyi rata-rata yang ditransmisikan dalam arah tersebut melewati satu-satuan luasan yang tegak lurus arah tersebut di titik bersangkutan [4]. Untuk tujuan praktis dalam dalam pengendalian kebisingan lingkungan, tingkat tekanan bunyi sama dengan tingkat intensitas bunyi. Intesitas bunyi pada tiap titik dari sumber dinyatakan dengan: I = W/A...(4) I = Intensitas bunyi (W/m 2 ) W = Daya akustik (Watt) A = Luas area yang ditembus tegak lurusoleh gelombang bunyi (m 2 ) 2.3 Material Akustik Material akustik adalah material teknik yang fungsi utamanya adalah untuk menyerap suara/bising. Material akustik adalah suatu bahan yang dapat menyerap energi suara yang datang dari sumber suara. Pada dasarnya semua bahan dapat menyerap energi suara, namun besarnya energi yang diserap berbeda-beda untuk tiap bahan [3]. Energi suara tersebut dikonversi menjadi energi panas, yang merupakan hasil dari friksi dan resistansi dari berbagai material untuk bergerak dan berdeformasi. Peredam suara merupakan suatu hal penting didalam desain akustik, dan dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian yaitu: 1. Material berpori (porous materials) 2. Membran penyerap (panel absorbers) 3. Rongga penyerap (cavity resonators) 4. Manusia dan furnitur. 2.4 Sifat Akustik Kata akustik berasal dari bahasa Yunani yaitu akoustikos, yang artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi [5]. Fenomena absorpsi suara seperti terlihat pada gambar 1. Gambar 1. Fenomena absorpsi suara oleh suatu permukaan bahan. Fenomena suara yang terjadi akibat adanya berkas suara yang bertemu atau menumbuk bidang permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan (reflected), diserap (absorb), dan diteruskan (transmitted) atau dengan ditransmisikan oleh bahan tersebut [6]. 2.5 Koefisien Absorbsi Koefisien absorbsi atau penyerapan suara (sound absorption) merupakan perubahan energi dari energi suara menjadi energi panas atau kalor. Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang dating diserap oleh bahan [7]. Besarnya energi suara yang dipantulkan, diserap, atau diteruskan bergantung pada jenis dan sifat dari bahan atau material tersebut. Pada umumnya bahan yang berpori (porous material) akan menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya. Adanya pori-pori menyebabkan gelombang suara dapat masuk kedalam material tersebut. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya, pada umumnya diubah ke energi kalor [8]. Perbandingan antara energi suara yang diserap oleh suatu bahan dengan energi suara yang datang pada permukaan bahan tersebut didefinisikan sebagai koefisien penyerap suara atau koefisien absorbsi (α). α=..(5) 49

2.6 Transmission Loss Transmission loss adalah kemampuan suatu bahan untuk mereduksi suara. Nilainya biasa disebut dengan decibel (db). Semakin tinggi nilai Transmission Loss (TL), semakin bagus bahan tersebut dalam mereduksi suara [9]. Sound Transmission Class (STC) adalah kemampuan rata-rata transmission loss suatu bahan dalam mereduksi suara dari berbagai frekuensi. Semakin tinggi nilai STC, semakin bagus bahan tersebut dalam mereduksi suara [9].Untuk memudahkan dalam menentukan besamya penyekatan suara maka didefinisikan suatu besaran angka tunggal sound transmission class yang dilakukan dari pengukuran TL dengan filter 1/3 oktaf pada rentang frekuensi 125 Hz s.d. 4000 Hz. Nilai STC ditetapkan berdasarkan baku mutu ASTM E 413 tentang Classification for Rating Sound Insulation yang dikeluarkan oleh American Society for Testing and Materials (ASTM) [10]. Deskripsi dari nilai STC adalah sebagai berikut: 50 60 Sangat bagus sekali, suara Keras terdengar lemah/tidak sama sekali 40 50 Sangat bagus, suara terdengar lemah 35 40 Bagus, suara keras terdengar tetapi harus lebih didengarkan 30 35 Cukup, suara keras cukup terdengar 25 30 Jelek, suara normal mudah atau jelas didengar 20 25 Sangat jelek, suara pelan dapat terdengar. Untuk mengetahui harga dari transmission loss tersebut, ada beberapa metode pengukuran yang dapat dilakukan yaitu: 1. Metode Reverberation Room Dalam metode tes ini, transmission loss didefinisikan sebagai perbedaan antara tingkat tekanan suara rata-rata dari ruang sumber bunyi dan ruang penerima. Proses terjadinya transmission loss pada material akustik seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Proses terjadinya transmission loss pada material akustik. 2. Metode Tabung Impedansi Metode ini menggunakan sebuah tabung dan 4 buah mikropon sebagai sensor penangkap bunyi. Metode pengukuran ini mengacu pada standar ASTM E2611-09 [11]. Gambar 3 menunjukkan skema diagram tabung impedansi untuk mengukur transmission loss. Gambar 3. Tabung impedansi untuk pengukuran transmission loss. Satu set dari dua mikrofon dipasang di up streamtube dan satu set dari dua mikrofon dipasang di down stream tube sehingga pengukuran dari kedua insiden dan refleksi gelombang dapat dicapai. Tekanan bunyi pada posisi masing-masing mikropon dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:...(6)...(7)...(8)...(9) A,B,C,D = Amplitudo tegangan (Volt) k =Nomor gelombang (m -1 ) x 1 = Jarak antara sampel dan mikropon 1 (m) x 2 = Jarak antara sampel dan mikropon 2 (m) x 3 = Jarak antara sampel dan mikropon 3 (m) x 4 =Jarak antara sampel dan mikropon 4 (m) 50

Sehingga transfer fungsi akustik kompleks antara keempat mikropon ini dapat dituliskan sebagai berikut:...(10)...(11) Dan rasio auto-spectrum antara upstream tube dan downstream tube yaitu:...(12) Maka nilai transmission loss nya dapat ditentukan sebagai berikut: TL = 20 Log 20 Log...(13) TL = Transmission Loss (db) k s = Nomor gelombang = Selisih antara jarak 2 mikropon, = H 12 = Rasio tekanan bunyi antara mikropon 1 dan 2 H 34 = Rasio tekanan bunyi antara mikropon 3 dan 4 Ht = Rasio auto-spectrum antara Upstream tube dan downstream tube 2.7 Aluminium Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan. Aluminium telah menjadi salah satu logam industri yang paling luas penggunaannya di dunia. Aluminium banyak digunakan di dalam semua sektor utama industri seperti angkutan, konstruksi, listrik, peti kemas dan kemasan, alat rumah tangga serta peralatan mekanis. Adapun sifat-sifat aluminium antara lain sebagai berikut: 1. Ringan 2. Tahan terhadap korosi 3. Kuat 4. Mudah dibentuk 5. Konduktor listrik 6. Konduktor panas 7. Non magnetik 8. Tak beracun 9. Memiliki ketangguhan yang baik 10. Mampu diproses ulang 2.8 Magnesium Magnesium merupakan elemen terbanyak kedelepan di kerak bumi.ia tidak muncul tersendiri, tapi selalu ditemukan dalam jumlah deposit yang banyak dalam bentuk magnesite, dolomite dan mineralmineral lainnya. Logam ini sekarang dihasilkan di AS dengan mengelektrolisis magnesium klorida yang terfusi dari air asin, sumur, dan air laut. Magnesium merupakan logam yang ringan, putih keperak-perakan dan cukup kuat. Ia mudah ternoda di udara,dan magnesium yang terbelah-belah secara halus dapat dengan mudah terbakar di udara dan mengeluarkan lidah api putih yang menakjubkan. Magnesium sepertiga lebih ringan dibanding aluminium dan dalam campuran logam digunakan sebagai bahan konstruksi pesawat dan missile. Logam ini memperbaiki karakter mekanik fabrikasi dan las aluminium ketika digunakan sebagai alloying agent. Magnesium digunakan dalam memproduksi grafit dalam cast iron, dan digunakan sebagai bahan tambahan conventional propellants. 2.9 Paduan Aluminium-Magnesium Aluminium lebih banyak dipakai sebagai paduan daripada logam murni sebab tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat mekanisnya serta mampu cornya diperbaiki dengan menambah unsur-unsur lain. Unsurunsur paduan yang tidak ditambahkan pada aluminium murni selain dapat menambah kekuatan mekaniknya juga dapat memberikan sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi dan ketahanan aus. Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam paduan yang cukup drastis, dari 660 o C hingga 450 o C. Namun, hal ini tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 o C. Keberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperatur tersebut [2]. Diagram fasa paduan aluminium-magnesium dapat dilihat pada gambar 4. 51

1. Laptop 2. LabJack U3-LV 3. Amplifier 4. Speaker 5. Mikropon 6. Tabung impedansi Gambar 4.Diagram fasa paduan Al-Mg. Keberadaan magnesium dapat mempengaruhi sifat akustik paduan karena akan menyebabkan menurunnya nilai impedansi akustik paduan tersebut. Dengan penurunan impedansi/ hambatan akustik tersebut maka propagasi gelombang bunyi lebih besar [2]. Tabel 1 berikut menunjukkan perbedaan nilai impedansi akustik dari kedua material. Tabel 1. Acoustic properties aluminium dan magnesium [12]. Metals Density g/cm 3 Acoustic Impedance g/cm 2 -sec x10 5 Aluminum 2.70 17.10 Magnesium 1.74 10.98 Paduan magnesium khusus digunakan di dalam pesawat terbang dan komponen rudal, peralatan penanganan material, perkakas listrik portabel, tangga, koper, sepeda, barang olahraga, dan komponen ringan umum. Paduan ini tersedia sebagai produk cor/tuang (seperti bingkai kamera) atau sebagai produk tempa (seperti kontruksi dan bentuk balok/batangan, benda tempa, dan gulungan dan lembar plat). Paduan magnesium juga digunakan dalam percetakan dan mesin tekstil untuk meminimalkan gaya inersia dalam komponen berkecepatan tinggi. 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat-Alat dan Bahan Adapun peralatan yang di pergunakan selama penelitian ini adalah: 3.2 Bahan Adapun bahan spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aluminium-Magnesium (Al-Mg) dengan ketebalan 10 mm. Variasi spesimen yang digunakan didalam penelitian ditunjukkan pada gambar 5. (1) (2) (3) Gambar 5. Spesimen Al-Mg: (1) Paduan Al 98%-Mg 2% (2) Paduan Al 96%-Mg 4% (3) Paduan Al 94%-Mg 6%. 3.3 Experimental Set Up Pengujian transmission loss dilakukan dengan menggunakan 4 buah mikropon, berbeda dengan pengujian koefisien serap bunyi yang hanya menggunakan 2 mikropon. Skematis dan set up alat untuk pengujian transmission loss ditunjukkan pada gambar 6. Gambar 6. Skemaalat uji tabung impedansi. 3.4 Prosedur Pengujian Prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Siapkan semua peralatan uji dengan diatur sesuai gambar set up peralatan pengujian. 2. Masukkan spesimen uji dalam tabung impedansi, yaitu ditengah ruang uji 52

dengan posisi tegak lurus terhadap arah ruang tabung. 3. Pengukuran dilakukan pada frekuensi 125Hz, 250Hz, 500Hz, 1000Hz, 1500Hz, dan 2000 Hz. 4. Hubungkan mikropon 1, 2, 3, dan 4 pada pre-amp mic channel 1, 2, 3, dan 4. 5. Hubungkan output chanel pre-amp mic ke chanel 1, 2, 3, dan 4 pada labjack. 6. Hubungkan Labjack ke port USB pada Laptop lalu buka Software DAQFaqtory untuk menganalisis sinyal. 7. Pada DAQFaqtory buka program Sound Recorder 4ch. 8. Untuk membangkitkan sinyal bunyi, buka program ToneGen. Bunyi yang dikeluarkan berupa pure tone. 9. Atur frekuensi pada ToneGen lalu buka kembali DAQFaqtory untuk melihat grafik tegangan suara pada masingmasing mikropon. 10. Klik Start/Stop Save untuk Logging data. Data grafik akan otomatis tersimpan dalam drive (D:) pada laptop. 11. Ambil nilai tegangan rata-rata pada masing-masing mikropon (1, 2, 3, dan 4) untuk dihitung nilai transmission loss nya dengan bantuan MATLAB. 12. Hitung tekanan suara pada masingmasing mikropon dengan rum 13. Hitung rasio tekanan bunyi antara mikropon dengan rumus: 14. Hitung nilaitransmission Lossdengan rumus: TL = 20 Log 20 Log 15. Ulangi prosedur diatas untuk frekuensi dan sampel yang berbeda. 16. Masukkan data yang telah dihitung ke dalam tabel dan di plot ke dalam bentuk grafik agar dapat melihat perbandingan transmission loss pada frekuensi yang berbeda dan pada masing-masing sampel. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Berikut ini adalah data hasil pengujian transmission loss untuk berbagai variasii paduan aluminium-magnesium. 1. Paduan Al 98%-Mg 2% Nilai transmission loss untuk paduan Al 98%-Mg 2% dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Tabel transmission loss paduan Al 98%-Mg 2%. Frekuensi (Hz) Transmission Loss (db) 125 25.0690 250 32.9510 500 35.3943 1000 38.5560 1500 45.0191 2000 38.2394 Dari hasil perhitungan Transmission Loss (TL) tersebut, maka dapat langsung diplot grafik transmission loss nya agar lebih mudah untuk menyimpulkan hasil analisa dari pengujian yang telah dilakukan, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7. Gambar 7. Grafik transmission losspaduan Al 98%-Mg 2%. 2. Paduan Al 96%-Mg 4% Nilai transmission loss untuk paduan Al 96%-Mg 4% dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Tabel transmission loss paduan Al 96%-Mg 4%. Frekuensi (Hz) Transmission Loss (db) 125 23.6355 250 29.8582 53

500 29.9082 1000 35.1686 1500 42.1993 2000 34.2137 Dalam bentuk grafik, transmission loss paduan Al 96%-Mg 4% dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 9. Grafik transmission losspaduan Al 94%-Mg 6%. 4.2 Pembahasan Setelah melakukan pengukuran dan pengolahan data maka didapatlah grafik hasil perbandingan dari variasi paduan Al 98%-Mg 2%, Al 96%-Mg 4%, dan Al 94%- Mg 6% yang dapat dilihat pada gambar 10. Gambar 8. Grafik transmission losspaduan Al 96%-Mg 4%. 3. Paduan Al 94%-Mg 6% Nilai transmission loss untuk paduan Al 94%-Mg 6% dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Tabel transmission loss paduan Al 94%-Mg 6%. Frekuensi (Hz) Transmission Loss (db) 125 20.7008 250 27.3955 500 28.2449 1000 32.3890 1500 33.4028 2000 27.5394 Dalam bentuk grafik, transmission loss paduan Al 94%-Mg 6% dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 10. Grafik perbandingan transmission loss paduan Al-Mg. Dari gambar grafik 10 di atas dapat dilihat bahwa nilai transmission loss yang berbeda-beda untuk berbagai variasi frekuensi yang telah ditentukan dengan ketebalan yang sama yaitu pada tebal 10 mm. Dari gambar 10 di atas menunjukkan bahwa nilai TL maksimum pada masingmasing spesimen paduan Al-Mg terjadi pada frekuensi yang sama yaitu 1500 Hz dan TL minimum terjadi pada frekuensi yang sama yaitu 125 Hz. Pada spesimen Al 98%-Mg 2% nilai TL tertinggi adalah 45.0191 db dan nilai TL terendah adalah 25.0690 db. Untuk spesimen Al 96%-Mg 4% nilai TL tertinggi adalah 42.1993 db dan nilai TL terendah adalah 23.6355 db. Untuk spesimen Al 94%- Mg 6% nilai TL tertinggi adalah 33.4028 db dan nilai TL terendah adalah 20.7008 db. Dapat simpulkan bahwa frekuensi sangat mempengaruhi besar kecilnya nilai TL dalam pengukuran suatu material akustik. 5. Kesimpulan 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi kadar magnesium pada material paduan aluminium- 54

magnesium maka semakin menurunkan nilai transmission loss nya. Diperoleh nilai transmission lossterendah pada spesimen Al 94% - Mg 6% yaitu sebesar 20.7008 db. 2. Nilai frekuensi yang terbaik di insulasi material paduan Al-Mg untuk masingmasing komposisi Al 98%-Mg 2%, Al 96%-Mg 4%, dan Al 94%-6% adalah pada frekuensi 1500 Hz dimana pada frekuensi tersebut didapat nilai transmission loss maksimum. 3. Komposisi paduan Al-Mg yang paling baik untuk menginsulasi suara didapat pada komposisi Al 98%-Mg 2% dengan nilai TL sebesar 45.0191 db. Semakin besar nilai transmission loss-nya, maka semakin baik kemampuan material tersebut untuk menginsulasi suara. Daftar Pustaka [1] Suhada, Khairul. Kajian Koefisien Absorpsi Bunyi dari Material Komposit Serat Gergajian Batang Sawit dan Gypsum Sebagai Material Penyerap Suara Menggunakan Metode Impedance Tube. Tesis Master, USU, 2010. [2] Nasution, Muhammad Syahreza. Pengaruh Penambahan Kadar Magnesium pada Aluminium terhadap Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro. Tugas Skripsi, USU, 2012. [3] Harahap, Raja Naposo.Kajian Eksperimental Karakteristik Material Akustik dari Campuran Serat Batang Kelapa Sawit dan Polyurethane dengan Metode Impedance Tube. Tugas Skripsi, USU, 2010. [4] Doelle, Leslie L. Evironment Acoustics. New York: McGraw-Hill Company, Inc. 1972. [5] Suptandar JP. Faktor Akustik dalam Perancangan Disain Interior. Jakarta: Ikrar Mandiriabadi. 2004. [6]Rujigrok GJJ. Elemen of Aviation Acoustics. Delft University Press. Young HD, Freedman OA. Fisika Universitas. (Edisi kesepuluh, jilid 2); Alih Bahasa, Pantur Silaban; Editor, Amalia Safitri, Santika. Jakarta: Erlangga. 1993. [7]Khuriati A, Komaruddin E dan Nur M. Disain Peredan Suara Berbahan Dasar Serabut Kelapa dan pengukuran Koefisien penyerapan Bunyinya. Berkala Fisika 9(1):15-25. 2006. [8] Wirajaya A. Karakteristik Komposit Sandwich Serat Alami sebagai Absorber Suara. Tesis Master, ITB, 2007. [9] http://.bpanel.wordpress.com/2008/ 12/01/insulasi-Thermal-dan-Suhu/ (diakses 4 maret 2013). [10]ASTM E413. Classification for Rating Sound Insulation. American Society for Testing and Materials. 2010. [11] ASTM E2611-09.Standard Test Method for Measurement of Normal Incidence Sound Transmission of Acoustical Materials Based on the Transfer Matrix Method. American Society for Testing and Materials. 2009. [12]http://www.ndted.org/GeneralResource s/materialproperties/ut/ut_matlprop_ metals.htm(diakses 17 maret 2013) 55