BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. ventilasi bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik (Sundana,

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Berdasarkan data World Health

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Insiden Rate IDO pada Triwulan III di RSUD Karawang, Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang. parenkim paru-paru. Menurut Kollef et.al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

Trend Angka Infeksi Triwulan III Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

PENGGUNAAN VENTILATOR BUNDLE PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK DI ICU RSUP DR.KARIADI PERIODE JULI DESEMBER 2013

Ventilator Associated Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB 1 PENDAHULUAN. nosokomial merupakan salah satu faktor penyabab kegagalan terapi di rumah

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

Per Mil ISK Standar Linear ISK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTAB PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien menjadi prioritas yang utama dalam setiap pelayanan kesehatan (ECRI Institute, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Epilepsi merupakan salah satu penyakit pada otak tersering mencapai 50 juta

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

LAPORAN KEJADIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PERIODE BULAN JANUARI - MARET TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia, dan menjadi masalah utama bagi keselamatan pasien. Infeksi nosokomial merupakan penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pasien rawat inap. Hal ini menjadi beban baik bagi pasien maupun bagi kesehatan masyarakat. Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 daerah WHO tahun 2002 (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien rumah sakit mendapat infeksi nosokomial. Setiap saat, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi nosokomial. Frekuensi tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan dari rumah sakit di Timur Tengah 11,8%, Asia Tenggara 10%, Pasifik Barat 9% dan Eropa 7,7%. (Ducel, et al, 2002) Hasil survei prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5%, Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1%. (Akib, K.M., et al, 2008) Pasien di unit perawatan intensif berisiko terkena infeksi nosokomial lebih tinggi dibandingkan ruang lain di rumah sakit, karena pasien sudah sakit kritis, terpasang peralatan invasif, mengalami lebih banyak kontak dengan beberapa petugas kesehatan dan pasien sering mendapat terapi antimikroba spektrum luas dan terapi imunosupresi. (Rosemary, 2009) Infeksi nosokomial pneumonia pada pasien terpasang mesin bantu napas atau ventilator-associated pneumonia (VAP) menjadi jenis infeksi nosokomial yang penting di unit perawatan intensif (ICU) karena angka kejadian dan kematiannya tinggi. Sistem surveilans nasional infeksi di Perancis menemukan 12,4% dari pasien yang dilakukan intubasi tahun 2010 terkena VAP dengan angka 1

2 kematian 40-50%. VAP dapat dicegah dengan pelaksanaan prosedur yang tepat. Beberapa penelitian menunjukkan penatalaksanaan VAP yang baik dapat menurunkan angka kematian hingga 70%. (Benet, et al, 2012 ) Cuci tangan merupakan upaya untuk memutus rantai transmisi kontaminasi. Banyak penelitian melaporkan bahwa kepatuhan cuci tangan masih rendah. Rosemary (2009) mengamati kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan di suatu unit perawatan intensif yang sudah dilengkapi dengan wastafel, tissue pengering, larutan berbahan dasar alkohol, dan anjuran untuk cuci tangan yang terpampang pada screen saver komputer dan dinding setiap ruang rawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan cuci tangan paling tinggi hanya mencapai 43% pada perawat, 19% pada dokter, dan 28% pada petugas kesehatan lain. Penelitian Jamaluddin, et al (2012) menunjukkan peningkatan kepatuhan cuci tangan pada perawat yang bekerja di unit perawatan intensif dengan fasilitas cuci tangan yang lengkap dari 46% menjadi 77% dengan pemberian edukasi. Riset kesehatan dasar (2013) dengan edukasi terjadi peningkatan kepatuhan cuci tangan dari tahun 2007 sebanyak 23,2% menjadi 47% pada tahun 2013. Salah satu cara untuk untuk menurunkan kejadian VAP adalah dengan menerapkan ventilator-bundle. Ventilator-bundle adalah sekelompok tindakan yang bila dilakukan secara bersama-sama akan menurunkan insiden VAP pada pasien yang terpasang ventilator mekanik. (Nuckton, et al, 2006) Ventilator-bundle ini dilakukan dengan menerapkan: 1. Hand Hygiene. 2. Oral care. 3. Head of bed elevation 30. 4. Sedation vacation dan pengkajian weaning. 5. Profilaksis ulkus peptikum. 6. Profilaksis deep vein thrombosis (DVT). Beberapa penelitian menunjukkan aplikasi ventilator-bundle Hal ini ditunjukkan dengan beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh:

3 1. Saber (2011) dengan implementasi ventilator-bundle tingkat kepatuhan meningkat dari 33,1% menjadi 59,1% dan angka VAP menurun dari 71,4 menjadi 46,1 per 1000 hari ventilator. 2. Al-Thaqafy, et al (2013) di ICU rumah sakit King Abdulaziz Medical City, Saudi Arabia, dari tahun 2010-2013 kepatuhan terhadap ventilatorbundle meningkat dari 90% pada tahun 2010 menjadi 97% pada tahun 2013 dan angka VAP juga turun. Grafik 1 Bundle compliance dan VAP RS King Abdulazis Medical City Al-Thaqafy, et al (2013) 3. Alsadat, et al (2012) melakukan penelitian implementasi ventilator-bundle sebagai suatu proyek peningkatan mutu di ICU pada semua pasien terpasang ventilator untuk menurunkan VAP rate. Hasilnya kepatuhan ventilator-bundle meningkat dari 33% menjadi 80% di RS 1, 33% menjadi 86% di RS 2 dan dari 83% menjadi 100% di RS 3. Angka VAP juga turun di RS 1 dan RS 3, akan tetapi di RS 2 angka VAP gagal mengalami penurunan. 4. Sherman, et al (2006) di rumah sakit Virginia Mason Medical Center, Seattle, Washington, USA, dengan prinsip lean hospital dari Toyota meningkatkan kepatuhan terhadap ventilator-bundle. Ruang perawatan intensif rumah sakit Surakarta mempunyai enam buah alat ventilator dengan merk yang sama. Data pemakaian ventilator selama tahun

4 2014 tercatat pemakaian ventilator untuk 173 orang. Tidak ada data pemakaian ventilator dalam hari. Selain itu juga belum ada data resmi tentang kejadian VAP per hari pemakaian ventilator. Grafik 2: Data PemakaianVentilator ICU Rumah Sakit X Surakarta tahun 2014 B. Perumusan Masalah Insiden infeksi nosokokomial pneumonia pada pasien terpasang ventilator menurut angka surveilans Perancis 12,4%. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan kepatuhan implementasi pelaksanaan ventilator-bundle terhadap kejadian infeksi nosokomial pneumonia dan faktor-faktor lain yang berpengaruh. Beberapa penelitian menunjukkan aplikasi ventilator-bundle dapat menurunkan kejadian VAP, namun ada juga yang angka kejadiannya tetap. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang infeksi nosokomial pneumonia pada pasien terpasang ventilator di ruang intensif rumah sakit Surakarta dan kepatuhan petugas terhadap pelaksanaan komponen ventilator-bundle. C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : Tujuan Umum:

5 Mengetahui apakah kepatuhan terhadap komponen ventilator-bundle dapat menurunkan risiko kejadian infeksi nosokomial peumonia di ruang perawatan intensif. Tujuan Khusus: 1. Mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan komponen ventilatorbundle oleh perawat di ruang perawatan intensif. 2. Mengetahui insidensi ventilator-associated pneumonia (VAP) di ruang perawatan intensif. 3. Mengetahui faktor risiko kejadian ventilator-associated pneumonia (VAP) di ruang perawatan intensif. 4. Mengukur hubungan kepatuhan implementasi komponen ventilator-bundle terhadap insiden VAP. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Mengetahui hubungan antara kepatuhan komponen ventilator-bundle dan faktor pasien yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi nosokomial pneumonia. 2. Manfaaat Praktis a. ICU RS Surakarta mempunyai data tentang insiden infeksi nosokomial pneumonia pada pasien terpasang ventilator. b. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di ICU. c. Staf ICU dapat lebih mematuhi prosedur penatalaksanaan ventilator-bundle dalam pencegahan infeksi nosokomial pada penderita terpasang ventilator. d. Rumah sakit dapat merumuskan kebijakan sistem penatalaksanaan yang baik infeksi nosokomial pada penderita terpasang ventilator, agar angka kejadiannya dapat diminimalkan, sehingga angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian tentang VAP pernah dilakukan oleh Mandang (2006) yang melakukan penelitiaan tentang faktor risiko kejadian pneumonia terkait ventilator pasca pembedahan di ICU RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan rancangan penelitian retrospektif kasus kontrol, membandingkan penderita yang terdiagnosis VAP sebagai kelompok kasus dengan penderita yang bukan terdiagnosis VAP sebagai kelompok kontrol. Penelitiann tersebut bertujuan untuk membuktikan adanya relevansi adanya faktor risiko host, faktor risiko terapi dan faktor risiko kontrol infeksi terhadap terjadinya VAP pada penderita yang mengalami pembedahan di ICU RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasilnya kondisi asidosis metabolik merupakan faktor dominan kejadian VAP (OR=120,67), disusul pemberian profilaksis stress ulcer (OR=54,59) dan pemberian enteral feeding (OR=30,74). 2. Utami, E.P. (2013) meneliti implementasi bundle of care ventilator untuk menurunkan kejadian infeksi ventilator associated pneumonia (VAP) di ICU dewasa RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Metode penelitiannya quasi experimental pre dan post test, selama 3 bulan di RSCM Jakarta. Grup intervensi di ICU dewasa, dan grup kontrol di ICU IGD. Insiden VAP/ 1000 hari ventilator turun dari 46,15 menjadi 35,09. Tidak ada perbedaan bermakna antara status kepatuhan bundle of care ventilator dengan kejadian VAP. Faktor yang lebih berperan adalah lama menggunakan ventilator dengan OR=32 yang berarti pasien yang menggunakan ventilator >6 hari akan mendapat risiko pneumonia 32 kali lipat daripada yang 6 hari. 3. Alsadat (2012) melakukan penelitian implementasi ventilator-bundle sebagai suatu indikator mutu di 3 rumah sakit pendidikan Damascus Syria, antara bulan Maret - November 2011, implementasi VAP bundle dilakukan setelah melakukan pelatihan edukasi. Hasilnya kepatuhan ventilator-bundle meningkat di RS 1 dari 33% menjadi 80%, RS 2 dari 33% menjadi 86%, RS 3 dari 83% menjadi 100%. VAP rate di RS 1 turun

7 dari 30 menjadi 6,4 per 1000 hari ventilator, RS 2 tetap tinggi yaitu 33 per 1000 hari ventilator, RS 3 turun dari 12 menjadi 4,9 per 1000 hari ventilator. Kesimpulan penelitian ini bahwa pengendalian VAP membutuhkan strategi multidimensional yang mencakup pengendalian ketat infeksi nosokomial, implementasi ventilator-bundle, surveilans VAP, serta edukasi. 4. Benet (2012) melakukan quasi eksperimental dari 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2010 di Edouard Herriot Hospital, Hospices Civils de Lyon, Lyon, Perancis. Penelitian ini meneliti efek surveilans terhadap insiden VAP. Hasilnya setelah surveilans angka VAP di unit A meningkat dari 7,8% menjadi 17,1% Sedangkan di unit B tak ada perubahan. Sedangkan angka sistem surveilans nasional Perancis tahun 2010 didapatkan angka VAP 12,4%. 5. Saber (2013) meneliti di Ain Shams University Hospital dengan study comparative prospektif pada 100 pasien dengan ventilator yang dirawat di ICU geriatri, dan dibagi dalam dua grup. Grup 1: 50 pasien sebelum implementasi ventilator-bundle dan grup 2: 50 pasien sesudah implementasi ventilator-bundle. Grup pertama VAP rate 71,4/1000 ventilator days dan grup kedua turun signifikan menjadi 46,1/1000 ventilator days. Tingkat kepatuhan juga meningkat dari 33,1% menjadi 59,1% 6. Al-Thaqafy, et al (2013) meneliti di ICU rumah sakit King Abdulaziz Medical City, Saudi Arabia, dari Juni 2010- Desember 2013. Penelitian menggunakan 2 design metodologi. VAP data dikumpulkan sebagai suatu data prospektif surveilans. Bundle data dikumpulkan menggunakan crosssectional design seperti metode IHI. Semua pasien dengan ventilator diikuti timbulnya VAP, kemudian dicek dari status tentang kepatuhan terhadap ventilator-bundle. Kepatuhan terhadap ventilator-bundle meningkat dari 90% pada tahun 2010 menjadi 97% pada tahun 2013. VAP rate turun dari 3,6 per 1000 hari ventilator pada tahun 2010 menjadi 1,0 pada tahun 2013.