BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia, dan menjadi masalah utama bagi keselamatan pasien. Infeksi nosokomial merupakan penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pasien rawat inap. Hal ini menjadi beban baik bagi pasien maupun bagi kesehatan masyarakat. Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 daerah WHO tahun 2002 (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien rumah sakit mendapat infeksi nosokomial. Setiap saat, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi nosokomial. Frekuensi tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan dari rumah sakit di Timur Tengah 11,8%, Asia Tenggara 10%, Pasifik Barat 9% dan Eropa 7,7%. (Ducel, et al, 2002) Hasil survei prevalensi dari 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5%, Infeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1%. (Akib, K.M., et al, 2008) Pasien di unit perawatan intensif berisiko terkena infeksi nosokomial lebih tinggi dibandingkan ruang lain di rumah sakit, karena pasien sudah sakit kritis, terpasang peralatan invasif, mengalami lebih banyak kontak dengan beberapa petugas kesehatan dan pasien sering mendapat terapi antimikroba spektrum luas dan terapi imunosupresi. (Rosemary, 2009) Infeksi nosokomial pneumonia pada pasien terpasang mesin bantu napas atau ventilator-associated pneumonia (VAP) menjadi jenis infeksi nosokomial yang penting di unit perawatan intensif (ICU) karena angka kejadian dan kematiannya tinggi. Sistem surveilans nasional infeksi di Perancis menemukan 12,4% dari pasien yang dilakukan intubasi tahun 2010 terkena VAP dengan angka 1
2 kematian 40-50%. VAP dapat dicegah dengan pelaksanaan prosedur yang tepat. Beberapa penelitian menunjukkan penatalaksanaan VAP yang baik dapat menurunkan angka kematian hingga 70%. (Benet, et al, 2012 ) Cuci tangan merupakan upaya untuk memutus rantai transmisi kontaminasi. Banyak penelitian melaporkan bahwa kepatuhan cuci tangan masih rendah. Rosemary (2009) mengamati kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan di suatu unit perawatan intensif yang sudah dilengkapi dengan wastafel, tissue pengering, larutan berbahan dasar alkohol, dan anjuran untuk cuci tangan yang terpampang pada screen saver komputer dan dinding setiap ruang rawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan cuci tangan paling tinggi hanya mencapai 43% pada perawat, 19% pada dokter, dan 28% pada petugas kesehatan lain. Penelitian Jamaluddin, et al (2012) menunjukkan peningkatan kepatuhan cuci tangan pada perawat yang bekerja di unit perawatan intensif dengan fasilitas cuci tangan yang lengkap dari 46% menjadi 77% dengan pemberian edukasi. Riset kesehatan dasar (2013) dengan edukasi terjadi peningkatan kepatuhan cuci tangan dari tahun 2007 sebanyak 23,2% menjadi 47% pada tahun 2013. Salah satu cara untuk untuk menurunkan kejadian VAP adalah dengan menerapkan ventilator-bundle. Ventilator-bundle adalah sekelompok tindakan yang bila dilakukan secara bersama-sama akan menurunkan insiden VAP pada pasien yang terpasang ventilator mekanik. (Nuckton, et al, 2006) Ventilator-bundle ini dilakukan dengan menerapkan: 1. Hand Hygiene. 2. Oral care. 3. Head of bed elevation 30. 4. Sedation vacation dan pengkajian weaning. 5. Profilaksis ulkus peptikum. 6. Profilaksis deep vein thrombosis (DVT). Beberapa penelitian menunjukkan aplikasi ventilator-bundle Hal ini ditunjukkan dengan beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh:
3 1. Saber (2011) dengan implementasi ventilator-bundle tingkat kepatuhan meningkat dari 33,1% menjadi 59,1% dan angka VAP menurun dari 71,4 menjadi 46,1 per 1000 hari ventilator. 2. Al-Thaqafy, et al (2013) di ICU rumah sakit King Abdulaziz Medical City, Saudi Arabia, dari tahun 2010-2013 kepatuhan terhadap ventilatorbundle meningkat dari 90% pada tahun 2010 menjadi 97% pada tahun 2013 dan angka VAP juga turun. Grafik 1 Bundle compliance dan VAP RS King Abdulazis Medical City Al-Thaqafy, et al (2013) 3. Alsadat, et al (2012) melakukan penelitian implementasi ventilator-bundle sebagai suatu proyek peningkatan mutu di ICU pada semua pasien terpasang ventilator untuk menurunkan VAP rate. Hasilnya kepatuhan ventilator-bundle meningkat dari 33% menjadi 80% di RS 1, 33% menjadi 86% di RS 2 dan dari 83% menjadi 100% di RS 3. Angka VAP juga turun di RS 1 dan RS 3, akan tetapi di RS 2 angka VAP gagal mengalami penurunan. 4. Sherman, et al (2006) di rumah sakit Virginia Mason Medical Center, Seattle, Washington, USA, dengan prinsip lean hospital dari Toyota meningkatkan kepatuhan terhadap ventilator-bundle. Ruang perawatan intensif rumah sakit Surakarta mempunyai enam buah alat ventilator dengan merk yang sama. Data pemakaian ventilator selama tahun
4 2014 tercatat pemakaian ventilator untuk 173 orang. Tidak ada data pemakaian ventilator dalam hari. Selain itu juga belum ada data resmi tentang kejadian VAP per hari pemakaian ventilator. Grafik 2: Data PemakaianVentilator ICU Rumah Sakit X Surakarta tahun 2014 B. Perumusan Masalah Insiden infeksi nosokokomial pneumonia pada pasien terpasang ventilator menurut angka surveilans Perancis 12,4%. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan kepatuhan implementasi pelaksanaan ventilator-bundle terhadap kejadian infeksi nosokomial pneumonia dan faktor-faktor lain yang berpengaruh. Beberapa penelitian menunjukkan aplikasi ventilator-bundle dapat menurunkan kejadian VAP, namun ada juga yang angka kejadiannya tetap. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang infeksi nosokomial pneumonia pada pasien terpasang ventilator di ruang intensif rumah sakit Surakarta dan kepatuhan petugas terhadap pelaksanaan komponen ventilator-bundle. C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : Tujuan Umum:
5 Mengetahui apakah kepatuhan terhadap komponen ventilator-bundle dapat menurunkan risiko kejadian infeksi nosokomial peumonia di ruang perawatan intensif. Tujuan Khusus: 1. Mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan komponen ventilatorbundle oleh perawat di ruang perawatan intensif. 2. Mengetahui insidensi ventilator-associated pneumonia (VAP) di ruang perawatan intensif. 3. Mengetahui faktor risiko kejadian ventilator-associated pneumonia (VAP) di ruang perawatan intensif. 4. Mengukur hubungan kepatuhan implementasi komponen ventilator-bundle terhadap insiden VAP. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Mengetahui hubungan antara kepatuhan komponen ventilator-bundle dan faktor pasien yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi nosokomial pneumonia. 2. Manfaaat Praktis a. ICU RS Surakarta mempunyai data tentang insiden infeksi nosokomial pneumonia pada pasien terpasang ventilator. b. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di ICU. c. Staf ICU dapat lebih mematuhi prosedur penatalaksanaan ventilator-bundle dalam pencegahan infeksi nosokomial pada penderita terpasang ventilator. d. Rumah sakit dapat merumuskan kebijakan sistem penatalaksanaan yang baik infeksi nosokomial pada penderita terpasang ventilator, agar angka kejadiannya dapat diminimalkan, sehingga angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan.
6 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian tentang VAP pernah dilakukan oleh Mandang (2006) yang melakukan penelitiaan tentang faktor risiko kejadian pneumonia terkait ventilator pasca pembedahan di ICU RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan rancangan penelitian retrospektif kasus kontrol, membandingkan penderita yang terdiagnosis VAP sebagai kelompok kasus dengan penderita yang bukan terdiagnosis VAP sebagai kelompok kontrol. Penelitiann tersebut bertujuan untuk membuktikan adanya relevansi adanya faktor risiko host, faktor risiko terapi dan faktor risiko kontrol infeksi terhadap terjadinya VAP pada penderita yang mengalami pembedahan di ICU RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasilnya kondisi asidosis metabolik merupakan faktor dominan kejadian VAP (OR=120,67), disusul pemberian profilaksis stress ulcer (OR=54,59) dan pemberian enteral feeding (OR=30,74). 2. Utami, E.P. (2013) meneliti implementasi bundle of care ventilator untuk menurunkan kejadian infeksi ventilator associated pneumonia (VAP) di ICU dewasa RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Metode penelitiannya quasi experimental pre dan post test, selama 3 bulan di RSCM Jakarta. Grup intervensi di ICU dewasa, dan grup kontrol di ICU IGD. Insiden VAP/ 1000 hari ventilator turun dari 46,15 menjadi 35,09. Tidak ada perbedaan bermakna antara status kepatuhan bundle of care ventilator dengan kejadian VAP. Faktor yang lebih berperan adalah lama menggunakan ventilator dengan OR=32 yang berarti pasien yang menggunakan ventilator >6 hari akan mendapat risiko pneumonia 32 kali lipat daripada yang 6 hari. 3. Alsadat (2012) melakukan penelitian implementasi ventilator-bundle sebagai suatu indikator mutu di 3 rumah sakit pendidikan Damascus Syria, antara bulan Maret - November 2011, implementasi VAP bundle dilakukan setelah melakukan pelatihan edukasi. Hasilnya kepatuhan ventilator-bundle meningkat di RS 1 dari 33% menjadi 80%, RS 2 dari 33% menjadi 86%, RS 3 dari 83% menjadi 100%. VAP rate di RS 1 turun
7 dari 30 menjadi 6,4 per 1000 hari ventilator, RS 2 tetap tinggi yaitu 33 per 1000 hari ventilator, RS 3 turun dari 12 menjadi 4,9 per 1000 hari ventilator. Kesimpulan penelitian ini bahwa pengendalian VAP membutuhkan strategi multidimensional yang mencakup pengendalian ketat infeksi nosokomial, implementasi ventilator-bundle, surveilans VAP, serta edukasi. 4. Benet (2012) melakukan quasi eksperimental dari 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2010 di Edouard Herriot Hospital, Hospices Civils de Lyon, Lyon, Perancis. Penelitian ini meneliti efek surveilans terhadap insiden VAP. Hasilnya setelah surveilans angka VAP di unit A meningkat dari 7,8% menjadi 17,1% Sedangkan di unit B tak ada perubahan. Sedangkan angka sistem surveilans nasional Perancis tahun 2010 didapatkan angka VAP 12,4%. 5. Saber (2013) meneliti di Ain Shams University Hospital dengan study comparative prospektif pada 100 pasien dengan ventilator yang dirawat di ICU geriatri, dan dibagi dalam dua grup. Grup 1: 50 pasien sebelum implementasi ventilator-bundle dan grup 2: 50 pasien sesudah implementasi ventilator-bundle. Grup pertama VAP rate 71,4/1000 ventilator days dan grup kedua turun signifikan menjadi 46,1/1000 ventilator days. Tingkat kepatuhan juga meningkat dari 33,1% menjadi 59,1% 6. Al-Thaqafy, et al (2013) meneliti di ICU rumah sakit King Abdulaziz Medical City, Saudi Arabia, dari Juni 2010- Desember 2013. Penelitian menggunakan 2 design metodologi. VAP data dikumpulkan sebagai suatu data prospektif surveilans. Bundle data dikumpulkan menggunakan crosssectional design seperti metode IHI. Semua pasien dengan ventilator diikuti timbulnya VAP, kemudian dicek dari status tentang kepatuhan terhadap ventilator-bundle. Kepatuhan terhadap ventilator-bundle meningkat dari 90% pada tahun 2010 menjadi 97% pada tahun 2013. VAP rate turun dari 3,6 per 1000 hari ventilator pada tahun 2010 menjadi 1,0 pada tahun 2013.