I.PENDAHULUAN II. SEJARAH AKUAKULTUR

dokumen-dokumen yang mirip
PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

Budidaya Perikanan. Modul 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

Tinjauan Mata Kuliah. 1 Aquaculture Indonesia Weblog Unggulnya Akuakultur Indonesia (internet artickle, 31 May 2006).

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

Manfaat dari penelitian ini adalah : silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

AKUAKULTUR ENGGINEERING (REKAYASA AKUAKULTUR)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka dan khas di dunia,

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan...

7 C. Tujuan Instruksional Khusus:

I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. perdagangan internasional dikenal sebagai Mud Crab dan bahasa latinnya Scylla

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan satu diantara beberapa kegiatan yang. daerah termasuk Sumatera Utara. Sehingga dengan peningkatan kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem Mangrove. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT

Aliran energi dalam ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster (lanjutan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. nasional produksi perikanan budidaya baru mencapai 1,48 juta ton. Oleh karena itu, untuk tahun 2006 Departemen Kelautan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Mangrove

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

BAB I PENDAHULUAN UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

Praktikum Ekologi Perairan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Kelangsungan Hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

PERIKANAN BUDIDAYA: PENGANTAR. Oleh: M.Husni Amarullah. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Transkripsi:

I.PENDAHULUAN Dasar-dasar akuakultur merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari prinsipprinsip dasar pelaksanaan akuakultur atau budidaya perairan. Akuakultur terdiri dari semua organisme ( nabati/hewani) air yang memiliki nilai ekonomis penting untuk dipelihara dan dibudidayakan, terdiri dari : a. Komoditas vertebrata (hewan air bertulang belakang) seperti ikan. b. Komoditas avertebrata (hewan air tidak bertulang belakang) seperti udang, kepiting, teripang, dan kerang-kerangan termasuk jenis zooplankton sebagai pakan alami sepeerti artemia, rotifer, dll. c. Komoditas tumbuhan atau tanaman air seperti rumput laut serta jenis-jenis pakan alami (phytoplankton) seperi chlorella sp, dll. Beberapa aspek penting yang harus difahami dalam dasar-dasar akuakultur antara lain pengetahuan tentang : - System akuakultur - Air - Tanah - Iklim/cuaca - Ekosistem dan ekologi lingkungan dalam kolam atau tambak, dll. II. SEJARAH AKUAKULTUR Akuakultur memiliki sejarah yang cukup panjang, di Asia akuakultur sudah dilaksanakan lebih dari 4000 tahun lalu. Pada pertengahan tahun 1980-an, produksi akuakultur memberikan kontribusi hanya 14 % dari produksi perikanan dunia. Pada saat itu, produksi perikanan lebih banyak disuplai dari hasil tangkapan di laut (perikanan tangkap). Baru sekitar tahun 1990-an, kontribusi akuakultur meningkat menjadi 27,6 %, di Asia akuakultur sudah memperlihatkan kekuatannya dengan mensuplai 91 % dari total produksi akuakultur dunia (Anonymous,2000). Akuakultur memegang peranan penting dalam penyediaan konsumsi (makanan/ikan) bagi penduduk dunia serta penghasil devisa seiring menurunnya hasil tangkapan di laut akibat over eksploitasi dan over fishing. Akuakultur di Indonesia, dimulai sejak 6 abad yang lalu. Pada tahu tahun 2003, kebutuhan ikan untuk konsumsi dalam negeri dan eksport akan mencapai sekitar 10 juta ton/tahun. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan ikan dunia. Salah satu implementasi dan alternative pendekatan dalam kegiatan tersebut adalah melalui pengembangan usaha budidaya. Usaha budidaya ini diharapkan dapat memenuhi permintaan akan komoditas perikanan serta penyediaan stock produksi ikan dan atau udang, baik ukuran benih, konsumsi maupun stock induk yang sudah mulai berkurang.

Produksi budidaya dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan kenaikan yang mencolok bila dibandingkan dengan produksi perikanan tangkap. Selama lima tahun (1995-1999) telah terjadi kenaikan produksi budidaya sebesar 33,7 % atau 6,7 % per tahun, sedangkan pada kurun waktu yang sama kenaikan produksi perikanan tangkap hanya mencapai 7,8 % atau 1,6 % per tahun (FAO, 2000). Data di atas menunjukkan bahwa sebenarnya budidaya merupakan peluang dan potensi yang cukup besar bagi peningkatan produktifitas perikanan yang nantinya mungkin dapat mengimbangi dan memenuhi kebutuhan komoditas perikanan tangkap, dll. III. DEFINISI AKUAKULTUR Akuakultur adalah budidaya organisme air di dalam kondisi yang terkontrol atau semi terkontrol. Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota(organism) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan(profit). Organism yang dimaksud antara lain : kerang-kerangan(mollusca), udang (crustaceae), ikan(pisces), atau rumput laut(algae). Akuakultur merupakan serangkaian proses kegiatan panjang dan berkesinambungan yang meliputi : a. Pengadaan atau penyediaan benih (breeding) b. Penebaran benih (stoking) c. Meningkatkan produksi pakan alami (manuring fertilization) d. Pemberian makanan tambahan atau buatan (artificial feedind) e. Control, pencegahan, pemberantasan hama, parasit/penyakit (preventive and curative of fish diseases) f. Pasca panen (harvesting) g. Pemasaran (marketing) h. Monitoring dan evaluasi (monitoring and evaluation) i. Analisa usaha (effort analysis) Akuakultur terbagi menjadi tiga bagian, yaitu akuakultur air tawar (freshwater aquaculture), air payau (brackishwater aquaculture), dan air laut (mariculture). Lingkungan perairan dapat dibagi menjadi : - Air tawar dengan salinitas di bawah 0,5 ppt, - Oligohaline dengan salinitas 0,5 3,0 ppt - Mesohaline dengan salinitas 3,0 16,5 ppt - Polyhaline dengan salinitas 16,5 30,0 ppt - Marine dengan salinitas 30,0 40,0 ppt - Hyperhaline dengan salinitas diatas 40,0 ppt.

Secara spesifik tujuan akuakultur untuk : 1. Produksi makanan 2. Perbaikan stok alam 3. Produksi ikan untuk rekreasi 4. Produksi ikan umpan 5. Produksi ikan hias 6. Daur ulang bahan organic 7. Produksi bahan industry IV. KOMODITAS AKUAKULTUR Komoditas adalah barang atau produk yang bisa diperdagangkan, jadi komoditas akuakultur adalah species atau jenis ikan(dalam arti luas) yang diproduksi dalam kegiatan akuakultur dan menjadi barang/produk yang bisa diperdagangkan. Contoh komoditas akuakultur dari golongan ikan adalah : - Ikan mas (Cyprinus carpio) - Ikan nila (Oreochromis niliticus) - Ikan lele (Clarias sp) - Ikan gurami (Osphronemus guramy) - Ikan patin (Pangasius sp) - Ikan kerapu macan (Epinephelus fusguttatus) - Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) - Ikan kakap putih (Lates calcarifer) - Ikan bandeng (Chanos chanos) Golongan udang adalah species akuakultur yang memiliki karapas yaitu kulit yang mengandung kitin sehingga bisa mengeras. Contoh komoditas akuakultur dari golongan udang adalah : - Udang windu (Penaeus monodon) - Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) - Udang biru (Penaeus stylostris) - Udang putih (Penaeus merquensis) - Udang lobster (Homarus sp) - Kepiting bakau (Scylla serrata) Golongan moluska adalah species akuakultur yang memiliki cangkang yang keras. Contoh komoditas akuakultur dari golongan moluska adalah : - Kerang mutiara (Pinctada maxima)

- Abalone (Heliotis sp) - Kerang hijau (Mytilus sp) - Kerang darah (Anadara sp) Ekinodermata adalah species akuakultur yang memiliki kulit berduri yang berfungsi sebagai alat gerak. Contoh komoditas akuakultur dari golongan echinodermata adalah : - Teripang (Holothuria sp) Golongan alga adalah species akuakultur yang bersel tunggal, terdiri dari microalga dan macroalga. Contoh microalga/fitoplankton : Chlorella sp Contoh macroalga adalah rumput laut : Euchema cottoni, Glacilaria sp. Berdasarkan jenis pakannya, komoditas akuakultur secara alamiah dikelompokkan menjadi tiga golongan : 1. Herbivora Golongan herbivore adalah spesies akuakultur dengan makanan utamanya berupa tanaman(nabati) contoh : - Ikan gurami (Osfronemus guramie) sebagai pemakan daun (makrofita) - Ikan tawes (Puntius javanicus) sebagai pemakan rumput/daun - Ikan tambakan sebagai pemakan plankton - Ikan bandenga (Chanos chanos), sebagai pemakan klekap (koloni makanan alami yang terdiri dari lumut, perifiton, dan bentos yang tumbuh di dasar tambak) - Ikan sepat (Trichogaster sp) sebagai pemakan phytoplankton Spesies herbivore pemakan phytoplankton disebut pula sebagai herbivore microfiltering (fitofagus) 2. Karnivora Golongan karnivora adalah spesies akuakultur pemakan daging (hewani) sehingga hewan ini disebut dengan ikan predator. Contoh : - Ikan kerapu - Ikan kakap putih - Ikan belut - Udang dan lobster Biasanya ikan-ikan predator sulit untuk menerima makanan buatan, namun melalui serangkaian pembelajaran makanan/adaptasi (weaning) beberapa ikan predator sudah bisa menerima makanan buatan.

3. Omnivore Golongan omnivorra adalah spesies akuakultur yang bisa makan segala jenis makanan. Makanan yang dikonsumsi spesies ini bisa sebagian besar dari kelompok nabati sehingga disebut ikan omnivore. Contoh : - Ikan mas - Ikan nila - Ikan mujaer (mengarah ke herbivore) - Ikan lele - Ikan patin - Udang (mengarah ke karnivora) Pemilihan spesies untuk akuakultur didasarkan kepada pertimbangan karakteristik biologi, pasar dan social ekonomi. 1. Pertimbangan biologi Meliputi reproduksi, fisiologi, tingkah laku, morfologi, ekologi, dan distribusi biota yang akan dikembangkan sebagai komoditas akuakultur. Beberapa pertimbangan biologi tersebut adalah : - Kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya dan memijah secara buatan - Ukuran dan umur pertama kali matang gonad - Fekunditas - Laju pertumbuhan dan produksi - Tingkat trofik - Toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi - Ketahanan terhadap stress dan penyakit - Kemampuan mengonsumsi pakan buatan - Konversi pakan - Toleransi terhadap penanganan - Dampak terhadap lingkungan 2. Pertimbangan ekonomi dan pasar Pertimbangan ekonomi dan pasar lebih penting daripada pertimbangan biologi dalam memilih spesies untuk dikulturkan. Pertimbangan ekonomi dan pasar dalam memilih spesies mencakup beberapa hal, antara lain : - Permintaan pasar - Harga dan keuntungan - System pemasaran (marketing) - Ketersediaan sarana dan prasarana produksi

- Pendapatan masyarakat. Domestika dan introduksi spesies baru A. Domestika spesies adalah menjadikan spesies liar (wild species) menjadi spesies akuakultur. Ada tiga tahapan domestikasi spesies liar, yaitu: 1. Mempertahankan agar bisa tetap hidup (survive) dalam lingkungan akuakultur (wadah terbatas, lingkungan artificial dan terkontrol) 2. Menjaga agar tetap bisa tumbuh 3. Mengupayakan agar bisa berkembang biak dalam lingkungan akuakultur. B. Introduksi spesies adalah mendatangkan spesies akuakultur dari kawasan lain untuk meningkatkan jumlah jenis komoditas dan perbaikan genetis. Tujuan introduksi spesies baru adalah untuk meningkatkan produksi akuakultur, mendatangkan biota ikan hias dan biota sebagai filter biologis. Beberapa pertimbangan untuk mengintroduksi spesies baru adalah : - Spesies yang diintroduksi hendaknya sesuai dengan kebutuhan, tujuan introduksi juga harus jelas - Tidak menyaingi spesies native yang bernilai sehingga menyebabkan menurunnya bahkan punahnya populasi spesies native tersebut - Tidak terjadi kawin silang dengan spesies native sehingga menghasilkan hybrid yang tidak dikehendaki - Spesies yang diintroduksi tidak ditunggangi oleh hama, parasit, atau penyakit yang mungkin bisa menyerang spesies native - Spesies yang diintroduksi dapat hidup dan berkembang biak dalam keseimbangan dengan lingkungan barunya. V. SUMBER DAYA AIR Berdasarkan kadar garamnya (salinitas) perairan di permukaan bumi dibagi menjadi tiga golongan yaitu : 1. Perairan air tawar Perairan air tawar terdapat di daratan mulai dari pegunungan, perbukitan, hingga dataran rendah dekat pantai, berupa : - Danau - Situ - Waduk - Sungai - Saluran irigasi - Mata air - Sumur

- Air hujan. 2. Perairan payau Perairan payau berlokasi di muara sungai dan pantai tempat terjadinya transisi dari kondisi air tawar ke kondisi air asin (laut), antara lain : - Perairan payau di muara sungai dan pantai - Perairan payau di rawa - Perairan payau di paluh 3. Perairan laut Perairan laut adalah perairan yang berada di laut dan memiliki kadar garam berkisar antara 30 35 ppt. berupa : - Perairan laut yang menjorok masuk ke dalam daratan - Perairan laut diantara dua atau beberapa pulau - Perairan laut dangkal (berlokasi di dekat pantai). VI. SISTEM DAN JENIS AKUAKULTUR Pada dasarnya system budidaya perairan (akuakultur) khususnya untuk ikan ada dua system, yaitu : 1. Sistem air tenang, Sistem air tenang diantaranya seperti akuakultur di waduk, rawa, empang, danau, dll. Zonneveld et al. (1991) menyatakan, dari segi biologis sistem air tenang dapat dikatakan sebagai suatu ekosistem alam, karena kolam air tenang memungkinkan terjadinya semua proses produksi, konsumsi dan dekomposisi pada semua tingkat trofik (trophic level) 2. Sistem air mengalir, Sistem ini lebih bersifat bersifat industrial daripada bersifat ekologis. Di dalam sistem ini, kecepatan aliran air sangat menentukan jumlah makanan yang diubah menjadi daging ikan. Pada sistem ini air berfungsi sebagai factor fisiologis untuk membawa oksigen terlarut ke dalam tubuh ikan. Sistem air mengalir terdiri dari dua macam, yaitu : a. Sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi merupakan sistem air mengalir dengan air masuk dan air keluar mengalir secara bersamaan dan terus menerus, seperti akuakultur di sungai dalam bentuk karamba maupun kolam/tambak dengan sistem sirkulasi. b. Sistem resirkulasi, Sistem resirkulasi merupakan sistem air mengalir secara terus menerus tanpa ada pergantian air baru dan pembuangan air. Akuakultur sistem ini memperlihatkan beberapa perbaikan, karena sistem ini memungkinkan terjadinya dua proses ekologi yaitu konsumsi dan dekomposisi. Proses dekomposisi melibatkan proses bioteknologi seperti sedimentasi, filtrasi,

biodegradasi, aerasi, dan bisa pula sterilisasi air. Tambak yang ada sekarang dengan kondisi pencemaran perairan (lingkungan) yang sangat tinggi, mungkin lebih cocok apabila menggunakan sistem budidaya air mengalir secara resirkulasi tanpa ada masukan air baru, tetapi memanfaatkan air buangan dengan menggunakan filter. Akuakultur (budidaya) dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu : 1. Sistem monokultur, Sistem monokultur adalah memlihara (stocking) hanya satu spesies (ikan/udang) di dalam suatu kolam atau tambak. Sistem ini memiliki sifat-sifat padat penebaran (stocking density) sangat tinggi, sangat tergantung pada makanan buatan (artificial feeding), perlu aerasi tambahan (kincir), dan pergantian serta sirkulasi air secara teratur dan terkontrol. Sistem monokultur terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan penebaran (stocking), antara lain : a. Mono-size stocking, yaitu menebar ikan dengan ukuran yang sama, pada kolam yang sama dan semua di panen pada ukuran konsumsi. b. Multi-size stocking, yaitu menebar ikan dengan ukuran berbeda pada kolam yang sama. c. Multi-stage stocking, yaitu menebar ikan dengan ukuran berbeda pada kolam yang berbeda. d. Monosex stocking, yaitu menebar ikan dengan jenis kelamin (sex) yang sama e. Double cropping, yaitu menebar dua jenis ikan yang berbeda dalam satu kolam pada waktu yang berlainan. 2. Sistem polikultur, Polikultur merupakan sistem budidaya (akuakultur) dengan pemanfaatan lahan budidya secara efisien dan maksimal untuk mendapatkan hasil yang optimal attau maksimal. Polikultur adalah budidaya lebih dari satu spesies organism air pada kolam yang sama. Konsep dasar budidaya sistem polikultur adalah menebar beberapa spesies organism air (ikan/udang) yang mempunyai kebiasaan makan yang berbeda atau mencari makan di daerah atau zona yang berbeda serta menempati ruang hidup yang berbeda. Jenis-jenis akuakultur (budidaya) antara lain : - Tambak/kolam air tenang - Tambak/kolam air deras - Karamba (cage) - Jarring apung (japung).

Berdasarkan kegiatan pengelolaannya, akuakultur dapat dibedakan menjadi tiga sistem, yaitu : 1. Akuakultur sistem ekstensif 2. Akuakultur sistem semi intensif 3. Akuakultur sistem intensif. Akuakultur sistem ekstensif sangat tergantung pada kondisi lingkungan alamiah dan produktivitas alamiahnya. Sebaliknya, akuakultur sistem intensif dikondisiskan dengan pola padat penebaran sangat tinggi, tergantung pada pakan buatan secara dominan dan control kualitas lingkungan hidup (air) yang sangat ketat. Jenis-jenis akuakultur antara lain, kolam atau tambak air tenang, karamba (cage) apung atau tancap dan kolam air deras. Kolam air tenang adalah wadah pemeliharaan ikan yang di dalamnya terdapat air bersifat mengenang (stagnant). Kolam air tenang menggunakan perairan tawar sebagai sumber airnya, yaitu sungai, saluran irigasi, mata air, air hujan, sumur, waduk, danau, dan situ. Di dalam kolam air tenang terjaddi proses ekologi sebagai proses produksi biomassa nabati melalui aktifitas fotosintesa oleh fitoplankton atau tumbuhan air (makrofit), proses konsomsi oleh organism hewani (ikan), dan proses dekomposisi bahan organic di dasar kolam menjadi hara oleh bakteri pengurai. Kolam air deras (raceway) adalah kolam yang didesain untuk memungkinkan terjadinya aliran air (flowthrough) dalam pemeliharaan ikan dengan padat penebaran yang tinggi. Debit air di kolam air deras dapat ditentukan dengan patokan setiap 10 menit seluruh air kolam sudah berganti semua. VII. EKOSISTEM KOLAM IKAN Ekosistem adalah sistem yang berlangsung dalam ekologi. Eksistem kolam merupakan suatu unit dasar yang terdiri darisubstansi abiotik (benda-benda mati) dan substansi biotic ( organism hidup). Kedua substansi tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Substansi abiotik terdiri dari senyawa organic dan anorganik, sedankan substansi biotic terbagi atas produsen (produser), konsumen (consumer) dan pengurai atau decomposer (saprothrops). Ada beberapa fungsi yang bekerja dalam suatu ekosistem, antara lain : - Aliran energy (energy circuits) - Rantai makanan (food chains) - Corak keragaman dalam ruang dan waktu (diversity patterns in time and space) - Daur nutrient (nutrient biogeochemical systems)

- Perkembangan dan evolusi (development and evolution) - Control (cybernetics). TANAMAN/TUMBUHAN 1. Fitoplankton Fitoplankton dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan di bumi ini. Fitoplankton merupakan tumbuhan bersel tunggal yang memiliki ukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan daun tumbuhan tingkat tinggi. Ia mampu menyerap energy sinar matahari lebih besar untuk proses fotosintesa. Selain itu daur hidupnya pendek dan mampu berkembangbiak dalam waktu yang singkat. Fitoplankton ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan, terutama bagi organisme perairan dan lingkungan perairan tersebut (kualitas air). Species fitoplankton yang terdapat dalam kolam ikan termasuk kelompok : - Chlorophyta (green algae) - Cyanophyta (blue-green algae) - Chrysophyta (diatoms dan golden brown algae) - Euglenophyta - Pyrrhophyta 2. Tanaman air (aquatic macrophyte) Tanaman air dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cirri-ciri dan sifat yang dimilikinya. a. Emergent Jenis tanaman ini memiliki kadar selulosa yang tinggi dan hidup pada perairan yang dangkal. Tanaman ini mendapatkan nutrient dari sedimen, tetapi oksigen dan karbondioksida berasal dari udara. Fungsinya adalah sebagai nutrient pump. b. Berakar di tanah dengan daun terapung Tanaman ini memiliki cirri yang sama dengan emergent, tetapi tumbuh di perairan yang lebih dalam. c. Submersed Tanaman ini berakar di tanah, tetapi tumbuhnya di dalam air. Mempunyai struktur batang yang lunak sehingga disukai oleh ikan herbivore, contoh : hidrilla sp. d. Floating e. Creeping Tanaman ini bersifat menjalar atau merambat.