TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) UNTUK PERMUKAAN JALAN

TATA CARA PELAKSANA LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) UNTUK PERMUKAAN JALAN

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

Cape Buton Seal (CBS)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON) UNTUK JALAN RAYA

TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASBUTON AGREGAT (LASBUTAG)

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

PENGARUH KARAKTERISTIK AGREGAT TERHADAP CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang


1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

TATA CARA PELAPISAN ULANG DENGAN CAMPURAN ASPAL EMULSI NO. 05/T/BNKT/1992

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON BAB I DESKRIPSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

penelitian. Pada penelitian ini subyek ditentukan setelah diadakan survei jalan

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

MANUAL. Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan Buku 8 PERMASALAHAN LAPANGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA. Konstruksi dan Bangunan

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

TKS 4406 Material Technology I

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015

BAB III LANDASAN TEORI

DRAFT SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 7.16 MATERIAL RINGAN MORTAR-BUSA

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

BAB II STUDI PUSTAKA

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN

DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

CAMPURAN BERASPAL PANAS

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB III LANDASAN TEORI

PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR )

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Spesifikasi aspal emulsi kationik

PEDOMAN. Pemanfaatan Asbuton Buku 5 Campuran Beraspal Dingin dengan Asbuton Butir Peremaja Emulsi

No. U R A I A N KODE KOEF.

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kondisi Jalan

Dalam usaha penanganan jaringan jalan diperlukan suatu sistem evaluasi yang

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA

Transkripsi:

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi untuk perkerasan jalan. 1.1.2. Tujuan Tujuan tata cara ini adalah untuk menyeragamkan cara pelaksanaan beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi, agar diperoleh lapis perkerasan yang memenuhi ketentuan yang berlaku. 1.2. Ruang Lingkup Tata cara ini memuat uraian tentang persyaratan, ketentuan, pelaksanaan, pengendalian mutu dan cara pengerjaan beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi untuk perkerasan jalan, tipe campuran gradasi terbuka dan gradasi menerus. 1.3. Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) beton aspal campuran dingin dengan aspal emulsi adalah campuran antara agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi air, dan aspal emulsi yang diproses secara dingin dan digunakan sebagai bahan lapis perkerasan. 2) aspal emulsi adalah salah satu jenis aspal cair yang terdiri dari butir-butir aspal minyak (1 sampai 10 mikron) yang diencerkan dengan air dan distabilkan dengan bahan pengemulsi. 1

BAB II PERSYARATAN-PERSYARATAN 2.1. Bahan Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) instalasi pencampuran atau mesin pencampur; 2) tangki untuk menyimpan aspal harus mempunyai kapasitas yang cukup, paling sedikit untuk satu hari produksi; tangki aspal harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengukur secara teliti setiap volume aspal di dalamnya dan harus dapat mengalirkan semua aspal yang ditampungnya; 3) instalasi pencampur harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur penyemprotan aspal emulsi dan penyemprotan penambahan air; 4) instalasi pencampur harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengendalikan waktu pengadukan secara konsisten; 5) peralatan untuk membersihkan permukaan jalan; 6) aspal distributor atau alat semprotan tangan untuk memberi lapis resap ikat dan lapis ikat; 7) truk jungkit; 8) alat penghampar campuran; 9) pemadat roda besi dan pemadat roda karet; 10) alat bantu yaitu : kereta dorong, skop dan garuk. 2.2. Kalibrasi Peralatan terlebih dahulu harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu: 1) bukaan pemasuk dingin agregat. 2) penyemprotan pompa aspal emulsi. 3) penyemprotan pompa air. 4) pengaturan waktu pencampuran pada pugmil untuk mendapatkan keseragaman campuran. 5) mesin penyemprot aspal. 6) takaran penggunaan peralatan penyemprot aspal harus dalam batas toleransi 5%, yaitu : a. kecepatan kendaraan. b. tekanan pompa. c. thermometer. d. tongkat berskala pengukur volume. 7) batang penyemprotharus dilengkapi dengan pengatur tinggi dan lebar permukaan yang akan disemprot. 8) sudut nozel harus disetel secara tepat supaya bentuk semprotan sama sehingga distribusi penggunaan aspal merata. 9) techometer harus kelihatan dengan jelas oleh operator aspal distributor. 2

2.4. Pelaksanaan. Pelaksanaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut : 1) keselamatan para petugas serta masyarakat yang sedang berada dalam daerah pekerjaan; 2) kelancaran arus lalu lintas pada daerah pekerjaan; 3) pekerjaan dilaksanakan pada cuaca baik; 4) penyediaan sarana penerangan yang cukup bila pekerjaan dilaksanakan pada malam hari; 5) efektifitas pengoperasian alat agar dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan normal sesuai kapasitas alat. 3

BAB III KETENTUAN-KETENTUAN 3.1. Bahan Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau terak yang bcrsih, kering serta memenuhi ketentuan yang berlaku. 2) agregat halus terdiri dari pasir alam, atau hasil pemecahan batu/terak atau gabungan bahan-bahan tersebut serta harus memenuhi ketentuan yang berlaku. 3) apabila campuran memerlukan bahan pengisi, maka bahan pengisi harus terdiri dari kapur atau semen (potiland cement) atau bahan-bahan non plastis yang lain serta harus memenuhi ketentuan yang berlaku. 4) aspal emulsi untuk campuran dingin harus menggunakan jenis (SS) dan (MS) yang memenuhi ketentuan yang berlaku. 5) air yang digunakan pada campuran dingin dengan aspal emulsi, harus sesuai SNl 06-2413-1991 (metode pengujian kualitas fisika air). 3.2. Campuran Campuran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) komposisi campuran agregat kasar, agregat halus, air (jika diperlukan) dan aspal emulsi harus sesuai dengan perencanaan campuran. 2) lama pencampuran tidak lebih dari 60 detik. 3.3. Peralatan Peralatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) instalasi pencampur : (1) instalasi pencampur harus mempunyai kemampuan produksi sehingga alat penghampar yang dilayaninya dapat bekerja secara terus menerus pada kecepatan normal; (2) pemasuk agregat dingin harus dapat bekerja secara mekanis dan dapat diatur secara teliti sehingga setiap agregat dapat masuk ke dalam pencampur dalam proporsi yang seragam sesuai dengan perencanaan untuk setiap fraksi agregat harus disediakan pemasuk sendiri-sendiri dan setiap pemasuk harus dilengkapi dengan fasilitas untuk mengatur jumlah agregat yang ke luar dan diawasi oleh petugas khusus; (3) instalasi pencampur yang dipakai tipe kontinuous, akan tetapi tipe Batch dapat juga digunakan dengan memodifikasi/ penyesuaian; 2) peralatan untuk membersihkan permukana jalan digunakan kompresor atau sapu mesin yang tidak merusak permukaan jalan; 3) peralatan untuk menyemprotkan aspal yaitu : (1) aspal distributor; (2) semprotan tangan yang sebelum digunakan harus dicoba sesuai ketinggian dan kecepatan bergerak untuk dapat diperoleh takaran pemakaian aspal sesuai dengan ketentuan; 4

4) alat penghampar campuran harus mampu menghampar campuran tanpa terjadi sobekan, sungkur, segregasi, alur atau cacat-cacat lainnya. 5) alat pemadat harus terdiri dari : (1) alat pemadat tandem roda berisi 6-8 ton. (2) alat pemadat roda karet berat 10-12 ton yang mempunyai permukaan yang halus dengan tekanan ban 6 kg/cm 2 ; roda alat pemadat harus dilengkapi dengan peralatan untuk mencegah melekatnya campuran pada roda. 6) timbangan truk yang biasanya dipasang di lokasi instalasi pencampur, harus dari jenis batang standar yang mernpunyai kapasitas cukup untuk menimbang semua jenis truk yang digunakan dalam pengangkutan campurandan mampu menimbang secara teliti pada pembebanan antara 10 kg sampai beban total; dan untuk memeriksa ketelitian timbangan barns disediakan beban standar. 3.4. Pelaksanaan Pemadatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) pengoperasian alat penghampar harus diatur sehingga didapat tebal dan potongan melintang sama dengan yang direncanakan. 2) pada tempat-tempat dimana alat penghampar tidak dapat bekerja, penghamparan dilakukan dengan cara manual. 3) dalam pelaksanaan campuran, beton aspal campuran dingin dengan AMP tipe batch terlebih dahulu harus diadakan modifikasi peralatan atau penyesuaian di pugmil. 3.5. Pemadatan Pemadatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) pada pemadatan awal diletakkan roda penggerak sesuai hamparan. 2) pemadatan akhir harus dilakukan, pada saat lapisan masih mempunyai kondisi yang memungkinkan jejak/bekas roda pemadat pada permukaan dapat dihilangkan. 3) pemadatan permukaan memanjang, dimulai dari sambungan berpindah ke tepi luar dan selanjutnya bergeser ke arah tengah perkerasan. 4) pada daerah tikungan atau daerah tanjakan/turunan pemadatan dimulai dari daerah yang rendah ke daerah yang tinggi. 5) kecepatan alat pemadat 4-5 km/jam. 6) roda alat pemadat harus dibasahi dengan air, agar campuran tidak melekat pada roda. 7) alat pemadat/alat berat lainnya tidak boleh berada di atas lapisan yang belum mantap. 8) jumlah lintasan pemadat pada tiap tahap barns didasarkan dari hasil pelapisan percobaan. 3.6. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) ketebalan lapisan padat,harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) kerataan permukaan diperiksa dengan mal atau mistar yang panjangnya 3 meter. 5

3) variasi kerataan tidak boleh lebih dari 5 dan khusus unluk jalan tol tidak boleh lebih dari 3 mm. 4) pemeriksaan kerataan dilakukan setelah pemadatan awal dan setiap penyimpangan harus segera diperbaiki. 5) derajat kepadatan lapangan harus mencapai minimum 95% dari kepadatan laboratorium. 6) pengambilan contoh dilakukan 2 (dua) kali sehari, yaitu : (1) agregat dari masing-mesing fraksi dari pemasok dingin untuk pengujian gradasi. (2) agregat campuran yang diambil dari ujung atas ban berjalan untuk pengujian gradasi. (3) campuran lepas dari truk atau silo untuk pengujian sifat-sifat campuran sesuai dengan perencaanan. 6

BAB IV CARA PENGERJAAN 4.1. Persiapan Siapkan hal-hal sebagai berikut : 1) atur lalu lintas di sekitar daerah pekerjaan; 2) bersihkan permukaan yang akan dilapis; 3) beri tanda batas penghamparan dengan cat atau kapur. 4.2. Pelaksanaan 4.2.1. Pembuatan Campuran Lakukan pembuatan campuran dengan tahapan sebagai berikut : 1) hidupkan mesin penggetar bukaan pemasok dingin,jalankan ban berjalan dan buka pintu pemasuk dingin sehingga agregat ke luar dan masuk ke dalam alat pencampur sesuai dengan perencanaan; 2) tambahkan air dan aspal emulsi sesuai dengan rencana campuran; 3) lakukan pengadukan campuran sampai campuran seragam (dalam waktu yang telah ditentukan maksimum 60 detik) dan selanjutnya masukkan ke dalam silo man truk jungkit. 4.2.2. Pengangkutan Campuran Lakukan pengangkutan campuran dengan ketentuan sebagai berikut : 1) angkut campuran dengan truk jungkit; 2) tutup campuran selama pengangkutan dengan terpal; 3) timbang truk jungkit sebelum dan sesudah diisi campuran. 4.2.3. Pelapisan Percobaan Lakukan pelapisan percobaan dengan tahapan sebagai berikut: 1) buat pelapisan percobaan seluas ± 150 m 2 dengan peralatan seperti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya. 2) bongkar pelapisan percobaan yang dilakukan pada jalur pekerjaan kecuali memenuhi semua ketentuan. 4.2.4. Penyiapan permukaan yang akan dilapis Siapkan permukaan yang akan dilapis dengan tahapan sebagai berikut : 1) perbaiki kerataan permukaan yang akan dilapis; 2) bersihkan permukaan yang akan dilapis; 3) beri lapis ikat atau lapis resap ikat bila diperlukan; 4) beri lapis ikat pada permukaan konstruksi yang akan berhubungan dengan hamparan. 4.2.5. Penghamparan Campuran Lakukan penghamparan campuran dengan tahapan sebagai berikut : 1) lakukan penghamparan mulai dari tempat terjauh dari instalasi pencampuran; 7

2) atur pengoperasian alat penghamparan untuk memperoleh tebal, arah memanjang dan melintang sesuai rencana; 3) lakukan penghamparan tambahan pada permukaan hamparan yang segregasi; 4) lakukan penghamparan dengan cara manual pada tempat-tempat yang sulit dilewati alat finisher; 5) tempatkan petugas guna menyempurnakan bentuk hamparan. 4.2.6. Pemadatan Lakukan pemadatan dengan tahapan sebagai berikut : 1) lakukan pemadatan, setelah kadar air sesuai ketentuan yang berlaku; 2) lakukan pemadatan awal dengan alat pemadat roda besi sebanyak 2 lintasan (roda penggerak berada di depan); 3) lakukan pemadatan antara dengan alat pemadat roda karet dengan jumlah lintasan sesuai pelapisan percobaan; 4) lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda besi. 4.2.7. Pembuatan Sambungan. Buat sambungan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) buat sambungan memanjang atau sambungan melintang, yang bermuatan secara bertangga dengan jarak minimum 30 cm seperti pada gambar I dan gambar 2 pada lampiran B. 2) buat tepi hamparan yang terdahulu menjadi tegak dan diberi lapis ikat sebelum penghamparan disampingnya dimulai. 8

LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH RS : Rapid setting, adalah suatu jenis aspal emulsi yang mempunyai kemampuan untuk mengendap dengan cepat. MS : Medium setting, adalah suatu jenis aspal emulsi yang mempunyai kemampuan untuk mengendap dengan kecepatan sedang. SS : Slow setting, adalah suatu jenis aspal emulsi yang mempunyai kemampuan untuk mengendap dengan kecepatan lambat. aspal emulsi kationik : adalah aspal emulsi yang bermuatan listik positif aspal emulsi anionik : adalah aspal emulsi yang bermuatan listrik negatif agregat : adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. OGEM : Open Graded Emulsion Mixture, adalah campuran aspal emulsi (MS) air dan agregat bergradasi terbuka (open graded). DGEM : Dense Graded Emulsion Mixture adalah campuran aspal emulsi (SS) air dan agregat bergradasi rapat (Dense graded). pengki : adalah suatu alat untuk menghamparkan campuran yang terbuat dari anyaman bambu kaso-kaso : adalah alat untuk mengukur ketebalan dan meratakan takaran hamparan yang dilaksanakan secara manual : adalah suatu alat yang terbuat dari kayu berbentuk kotak, untuk mengukur bahan secara manual instalasi pencampuran : Asphalt mixing plant, adalah satu unit instalasi produksi campuran beraspal ditempatkan pada suatu areal dan pelaksanaan operasinya dilaksanakan dengan cara mekanis. mesin pencampur : Padle mixer, adalah suatu unit instalasi produksi campuran beraspal ditempatkan pada suatu areal dan pelaksanaan operasinya dilaksanakan dengan cara mekanis. aspal distributor : adalah mesin penyemprot aspal dimana aspal ang ada dalam tangki dapat disemprotkan secara merata pada permukaan lapis perkerasan jalan. 9

semprotan tangan : Hand Sprayer, adalah alat penyemprot aspal yang disemprotkan dengan tangan untuk mengatur posisi penyemprotan aspal. penghamparan : Asphalt Finisher, adalah suatu instalasi alat penghampar campuran yang dilengkapi alat perata, alat pengatur ketebalan. sapu mesin : Power brom, adalah suatu alat untuk membersihkan permukaan jalan digerakkan dengan tenaga mesin. jenis batang standar : Standar beam type, adalah suatu jenis timbangan yang ditempatkan di lokasi pencampuran beton aspal yang berbentuk pelat datar dengan ketelitian pembebanan 10 kg. pemasok agregat dingin : Cold aggregate feeder, adalah suatu alat pemasuk agregat dingin yang bergerak dengan kecepatan tertentu. 10

LAMPIRAN B LAIN LAIN Gambar 1 Sambungan Melintang Gambar 2 Sambungan Arah Memanjang 11