TATA CARA PELAPISAN ULANG DENGAN CAMPURAN ASPAL EMULSI NO. 05/T/BNKT/1992
|
|
- Erlin Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TATA CARA PELAPISAN ULANG DENGAN CAMPURAN ASPAL EMULSI NO. 05/T/BNKT/1992 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA
2 PRAKATA Dalam rangka mengembangkan jaringan jalan perkotaan yang efisien dengan kualitas yang baik, perlu diterbitkan buku-buku standar mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan. Untuk maksud tersebut Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga, selaku pembina pengembangan jalan-jalan di kawasan perkotaan berusaha menyusun standarstandar yang diperlukan sesuai dengan prioritas dan kemampuan yang ada. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan Dewan Standarisasi Indonesia yang diberikan oleh Panitia Tetap Standarisasi Departemen Pekerjaan Umum, standar-standar bidang konstruksi di kelompokan kedalam standar mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi dan Metode Pengujian. Buku standar "Tata Cara Pelapisan Ulang dengan Campuran Aspal Emulsi" ini ah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota yang masih memerlukan persetujuan Menteri Pekerjaan Umum untuk menjadi Standar Konsep Nasional Indonesia (SKSNI) dan persetujuan Dewan Standarisasi Nasional Indonesia untuk menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Namun demikian sambil menunggu persetujuan tersebut, kiranya standar ini dapat diterapkan di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penataan pelapisan ulang aspal emulsi. Dan kami harapkan dari penerapan dilapangan, dapat kami peroleh masukan-masukan kembali berupa saran dan tanggapan guna penyempurnaan selanjutnya. Jakarta, Januari 1993 DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA SUNARYO SUMADJI i
3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii I. DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1 II. PERSYARATAN - PERSYARATAN... 4 III. KETENTUAN-KETENTUAN Peralatan Produksi Campuran Dingin Peralatan Untuk Pelaksanaan Perkerasan Aspal Dingin Peralatan Untuk Pelaksanaan Perkerasan Burtu dan Burda Bahan Untuk Burtu dan Burda Bahan Untuk Aspal Dingin... 7 IV. PELAKSANAAN Pelaksanaan Pekerjaan Burtu dan Burda Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Dingin LAMPIRAN...24 ii
4 I. DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan Buku Tata Cara ini dimaksudkan untuk menjadi pegangan bagi pelaksana pekerjaan dan pengawas dalam melakukan pelapisan ulang dengan menggunakan campuran emulsi, dengan tujuan agar dapat melaksanakan pelapisan ulang dengan baik dan menghasilkan pekerjaan yang tepat dan benar Ruang Lingkup Ruang lingkup buku Tata Cara ini yaitu a. Jenis pekerjaan untuk lapis perkerasan yang menggunakan aspal emulsi, seperti : Burtu, Burda, dan Campuran Dingin (Cold Mix) yang pada buku ini hanya diuraikan Campuran Emulsi Bergradasi Terbuka dan Campuran Emulsi Bergradasi Rapat. b. Langkah-langkah pekerjaan dimulai dari tahap persiapan, pencampuran bahan, pengaturan lalu-lintas, pelaksanaan penghamparan serta pemadatan Pengertian. a. Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis) merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal emulsi yang ditaburi agregat berukuran nominal 13 mm atau 20 mm. b. Burda (Laburan Aspal Dua Lapis) merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal emulsi yang ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal maksimum 35 mm. c. Chips atau batuan yaitu agregat pecah atau batu berukuran tunggal (single size) yang digunakan untuk menutupi aspal. 1
5 d. Campuran Dingin (cold mix), yaitu campuran batuan dengan aspal tanpa memerlukan proses pemanasan. e. Aspal Emulsi yaitu aspal yang dilarutkan dalam air melalui proses teknologi tertentu, berwarna coklat kehitaman dan encer. f. Emulsi Kationik merupakan aspal emulsi yang partikel partikel aspalnya bermuatan listrik positif, cara penguraian air dan aspal dengan proses reaksi, mempunyai variabilitas yang luas, baik untuk kelekatan terhadap batuan asam dan dapat disimpan (stock). g. Aspal Emulsi dibagi atas 3 jenis, yaitu : - Rapid Setting Emulsions Aspal emulsi ini mempunyai waktu setting yang singkat sehingga hanya cocok untuk pelaburan seperti Burtu, Burda, Buras, Penetrasi Makadam, Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) atau Lapis Pengikat (Tack Coat). - Medium setting Emulsions Aspal emulsi ini mempunyai waktu setting yang sedang sesuai untuk digunakan dalam campuran dengan agregat kasar. - Slow Setting Emulsions Aspal emulsi ini mempunyai waktu setting yang lambat sehingga memungkinkan untuk digunakan pada pencampuran dengan agregat halus yang tinggi atau agregat bergradasi menerus. h. Setting yaitu pemisahan aspal dari air dan melekatnya pada permukaaan agregat telah sempurna. i. Campuran Emulsi Bergradasi Terbuka (open Graded Emulsion Mix) yaitu campuran emulsi dengan agregat bergradasi tunggal yang digunakan sebagai lapis pondasi atau lapis permukaan, serta untuk penambalan. 2
6 j. Campuran Emulsi Bergradasi Rapat (Dense Graded Emulsion Mix) yaitu campuran emulsi dengan agregat bergradasi menerus dan digunakan sebagai lapis pondasi atau lapis permukaan, serta penambalan. 3
7 II. PERSYARATAN-PERSYARATAN Dalam pelaksanaan pelapisan ulang dengan pengikat emulsi harus diperhatikan beberapa hal, antara lain yaitu : a. Saluran samping harus terpelihara dengan baik agar kadar air pada campuran tidak terganggu. b. Distributor aspal telah dikalibrasi sehingga mampu menyemprotkan aspal secara merata sesuai takaran rencana. c. Penggunaan peralatan harus tepat sesuai dengan peruntukan dan kebutuhannya. d. Agregat agar dijaga jangan sampai mengandung kadar air yang tinggi, karena dengan penambahan kadar air yang berasal dari emulsi maka menyebabkan tingkat kepadatan tidak maksimum. e. Air yang digunakan harus bersih. f. Pemakaian batuan kapur hendaknya memenuhi spesifikasi Bina Marga. g. Agar mendapatkan kualitas pekerjaan yang baik perlu dilakukan desain campuran dan pengujian di laboratorium. h. Untuk mengetahui tebal hamparan gembur dilakukan percobaan terlebih dahulu di laboratorium agar tebal padat yang diinginkan tercapai. i. Sebelum melakukan penghamparan dilakukan penambalan terhadap lubang-lubang. j. Penghamparan sebaiknya dilakukan pada waktu cuaca baik, atau paling terpaksa diperbolehkan pada waktu gerimis. k. Pelaksanaan penghamparan tidak boleh di atas perkerasan yang basah, serta bebas dari debu. l. Untuk melindungi pekerjaan dari hujan, maka pelaksana menyiapkan penutup konstruksi (terpal/plastik) m. Jalan dibuka untuk lalu-lintas dua jam setelah pemadatan akhir pada pekerjaan Burtu/Burda dan enam jam pada campuran dingin, dengan catatan kecepatan kendaraan diusahakan rendah (30 km/jam). 4
8 III. KETENTUAN-KETENTUAN 3.1. Peralatan Produksi Untuk Campuran Dingin a. Beton Molen kapasitas 250 liter atau Asphalt Mixing Plant tanpa proses pembakaran atau Batching Plant tipe Pugmill. b. Wheel loader. c. Alat bantu (sekop, cangkul, gerobak dorong) Peralatan Untuk Pelaksanaan Perkerasan Campuran Aspal Dingin a. Dump Truck. b. Asphalt Finisher. c. Asphalt Sprayer. d. Compressor. e. Tandem Roller 6-8 ton. f. Pneumatic Tire Roller 8-12 ton. g. Tangki Air. h. Alat Bantu Lainnya Peralatan Untuk Pelaksanaan Pekerasan Burtu atau Burda a. Compressor b. Distributor Aspal. c. Dump Truck. d. Pneumatic Tyre Roller 8-12 ton. e. Chip Spreader. f. Alat Bantu (sapu lidi, sikat baja, sikat ijuk kasar) 3.4. Bahan Untuk Burtu dan Burda a. Agregat yang digunakan harus berupa batu pecah/kerikil yang bersih, kuat, kering, bebas kotoran, lempung atau debu. b. Gradasi agregat pada lapis pertama lebih besar dari pada gradasi pada lapis kedua. 5
9 c. Ukuran nominal Burtu atau lapis pertama Burda yaitu 13 mm, dengan ukuran terkecil rata-rata antara 6,4-9,5mm. Sedangkan ukuran nominal lapis kedua Burda yaitu 6 mm. Agregat untuk lapis kedua Burda berbentuk kubus dan harus dapat saling mengunci ke dalam rongga - rongga permukaan lapis pertama. d. Aspal emulsi yang dipakai yaitu jenis Cationic Rapid Setting (tipe CRS-1 atau CRS-2). Tabel III-1. Persyaratan Ukuran Agregat. Ukuran nominal (mm) Ukuran terkecil rata rata (ALD) Presentasi ukuran terkecil ratarata diantara 2,5 mm Presentase maksimum lolos saringan 4,75 mm , Tabel III-2. Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua Burda Ukuran ASTM (mm) ayakan Presentase Lolos menurut berat 9,50 6,25 2,36 1,
10 3.5. Bahan Untuk Campuran Aspal Dingin Campuran Emulsi Bergradasi Terbuka (OGEM) a. Agregat yang dihasilkan oleh Crushing Plant harus bersih, keras dan awet.tidak kurang dari 75 %berat agregat harus mempunyai sekurang-kurangnya dua bidang pecah. Agregat harus mempunyai nilai abrasi Los Angeles lebih kecil dari 35 % untuk lapisan base, dan lebih kecil dari 25 % untuk lapis aus. Agregat gabungan lolos ayakan no 4 tetapi di luar bahan pengisi yang ditambahkan harus mempunyai nilai setara pasir lebih besar 45 % jika diuji dengan metode ASTM Agregat harus mempunyai indeks kepipihan lebih kecil 30 jika diuji dengan BS 812. b. Aspal Emulsi yang digunakan tipe CMS-2 atau CMS-2h yang memenuhi AASHTO M Campuran Emulsi Bergradasi Rapat (DGEM) a. Agregat yang dihasilkan oleh Crushing Plant harus bersih, keras dan awet. Agregat berupa batu pecah, kerikil bercampur pasir, abu batu atau terak. Nilai abrasi Los Angeles agregat kasar lebih kecil dari 40 %, kecuali untuk lapis aus mempunyai nilai lebih besar dari 35 % pada 500 putaran. b. Agregat halus terdiri dari salah satu atau lebih pasir hasil pecahan batu atau pasir alam yang bebas dari gumpalan atau butiran lempung atau tanah. c. Bahan pengisi jika 'dibutuhkan untuk menghasilkan campuran harus berupa Semen PC maksimum 2 %. 7
11 Tabel Batasan Komposisi Campuran Emulsi Bergradasi Terbuka (OGEM) Sifat Satuan Lapisan Pengasar Lapisan Base Ukuran 25,00 mm ,00 mm ,50 mm persen 100-9,50 mm lewat ,75 mm ,36 mm ,18 mm mikron Tebal lapisan nominal mm 25 - Kadar aspal efektif % berat 3,9 3,3 total Minimum kadar emulsi % berat 6,6 5,7 total campuran Tabel Persyaratan Sifat Campuran Emulsi Bergradasi Terbuka (OGEM). Sifat Satuan Lap.Binder Lap. Aus Penyelimutan I % > 75 > 75 Jumlah Pengaliran Air Jumlah tercuci % Bitumen sisa terhadap berat agregat % Bitumen sisa terhadap berat agregat < 0,5 < 0,5 < 0,5 < 0,5 Tebal minimum Efektif Film Bitumen mikron
12 Tabel III-5. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar Untuk Campuran Emulsi Bergradasi Rapat (DGEM). Saringan (mm) Ukuran (ASTM) Presentase Berat Yang Lewat Untuk Semua DGEM 50,0 2" ,5 1 1/ , ,5 1/ ,5 3/ ,75 # ,36 # ,075 # Tabel Persyaratan Gradasi Agregat Halus Untuk Campuran Aspal Bergradasi Terbuka. Saringan (mm) Ukuran (ASTM) Presentase Berat Yang Lewat Untuk Semua DGEM 9,5 3/ ,75 # ,36 # ,60 # ,075 #
13 IV. PELAKSANAAN 4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Burtu dan Burda Penyemprotan Bahan Pengikat Ketidakrataan penggunaan aspal cenderung akan mengurangi umur pelaburan (batuan akan terlepas karena kekurangan aspal atau permukaan akan licin karena kelebihan aspal). Oleh karena itu diperlukan seorang operator yang berpengalaman. Distributor harus dikalibrasi terlebih dahulu dan diuji sebelum dibawa ke lapangan. Untuk mencapai keberhasilan pelaburan maka peralatan yang dibawah standar harus ditolak. Harus dimonitor jumlah penggunaan yang dicapai setiap lintasan penyemprotan (volume dipstick dalam liter /luas area dalam m 2 ) dan menjaga agar tinggi batang penyemprot serta sudut nozel disetel secara tepat pula. Takaran penggunaan untuk pelaburan lapis pertama: SR = (0,138 ALD + e) x Tf (liter/m 2 ) Dimana : ALD = ukuran rata-rata terkecil (mm) dari setiap stockpile e = jumlah emulsi yang diperlukan untuk mengisi rongga tekstur di bawahnya (lihat Tabel IV-1). Tf = angka faktor yang tergantung pada volume lalulintas (lihat Tabel IV-2) Takaran lapis kedua SR = SR = 0,8 liter/m 2, untuk Burda-1 dan 0,6 liter/m 2, untuk Burda-2. Takaran yang dicapai harus dimonitor setiap lintasan penyemprotan seperti halnya pada pelaksanaan lapis resap.panjang lintasan penyemprotan minimum 100 meter sehingga takaran dapat dimonitor secara tepat. 10
14 11
15 12
16 13
17 14
18 15
19 16
20 Tabel IV-1. Jumlah Emulsi Yang Diperlukan Untuk Mengisi Tekstur Di Bawahnya. Tabel IV-2. Angka Faktor Yang Tergantung Pada Lalu-lintas 17
21 Rumus untuk pengendalian mutu volume penyemprotan W = N x S, dimana : W = lebar efektif yang disemprot W = jumlah lubang nozzle pada batang penyemprot W = jarak setiap nozzle yang digunakan (0,1 m) Luas efektif yang disemprot = L x W = L x N x 0,1 (m 2 ) Volume pemakaian = volume awal - volume akhir L xnx0,1 Sebelum penyemprotan dipasang lembaran kertas tebal penutup (misal: kertas semen) pada tempat awal dan akhir penyemprotan guna mendapatkan batas permukaan yang rapih. Pasang tanda (misal: dengan benang/tambang) pada batas tepi pengaspalan untuk pedoman operator. Asphalt Distributor dijalankan di atas kertas penutup awal dan pipa penyiraman dibuka. Asphalt Distributor dijalankan dengan kecepatan konstan sampai batas akhir. Penyemprotan emulsi kedua dilakukan setelah pemadatan lapis pertama Penghamparan Batuan Agregat penutup (chip) harus dihampar segera setelah penyemprotan lapis pengikat dan harus selesai dalam waktu 5 menit (maksimum 25 m di belakang Aspal Sprayer) terhitung selesainya penyemprotan. Takaran penggunaan batuan yang tepat ditetapkan secara visual. Pada saat pertama batuan dihampar, permukaan lapis binder (hingga 30 % luas hamparan) akan tampak di antara permukaan batuan tersebut. Bila kemudian hamparan batuan digilas seluruh permukaan bitumen tadi harus tertutup. Jika lebih dari 5 % batuan tidak melekat pada binder maka berarti jumlah batuan yang digunakan berlebihan. Agregat di- 18
22 19
23 CHIP SESUDAH DILEWATI KENDARAAN ( SUATU PEMECAHAN DAN PEMBENAMAN ) Gambar 7 Contoh hasil penghamparan agregat dengan ukuran agregrat dan penghomparan yang benar. 20
24 hampar merata di atas lapisan yang telah disemprot dengan menggunakan Chip Spreader. Setiap bagian yang tidak ter tutup hamparan agregat harus segera ditutup kembali. Penghamparan agregat agar sesuai dengan spesifikasi. Pelaburan yang menggunakan agregat penutup berukuran lebih kecil sebaiknya digunakan bila lapisan bawahnya adalah campuran aspal HRS atau Aspal Beton, karena batuan yang berukuran lebih besar jika dipasang di atas permukaan yang licin akan mudah lepas akibat lalu-lintas Penggilasan dan Penyapuan Penggilasan dengan Pneumatic Tyre Roller harus segera dimulai setelah batuan Burtu atau lapis pertama Burda ditaburkan, dan Pneumatic Tyre Roller dengan kecepatan 5 km/jam harus melakukan enam lintas di seluruh area. Batuan yang telah dipadatkan ini harus disapu dalam waktu jam setelah pemadatan untuk membuang kelebihan batuan dan sebelum lapisan kedua dimulai sehingga tidak memecahkan kaca kendaraan yang lewat. 4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Dingin Pengendalian Lalu-lintas Keamanan pekerja maupun pemakai jalan pada saat pekerjaan harus dijaga. Pengaturan arus lalu-lintas dilakukan dengan menempatkan rambu-rambu atau kerucut lalulintas pada daerah kerja. Lalu-lintas dijaga agar tidak lewat di atas pekerjaan baru sebelum 3 kali lintasan pemadatan. Jika keadaan memaksa harus diberi rambu dengan tulisan "Aspal Cair" dan "20 km/jam". Kerucut lalu-lintas ditempatkan guna membatasi perkerasan yang belum dipadatkan. Pengawasan dan pengendalian penuh lalu-lintas dilakukan selama 48 jam. 21
25 4.2.2 Pekerjaan Persiapan - Lubang-lubang atau tonjolan-tonjolan dari bahanbahan perusak dikeluarkan dengan memakai penggaruk baja. - Bersihkan permukaan perkerasan lama dengan sapu atau peniup debu atau sikat kawat sebelum diberikan lapis resap pengikat dengan luas area yang dibersihkan dilebihkan 20 cm dari tiap-tiap tepi. - Semprotkan aspal emulsi jenis Rapid Setting sebagai lapis resap pengikat sebanyak 0,8 liter per meter persegi Pencampuran Emulsi Campuran Dingin Menggunakan Beton Molen - Pertama-tama bersihkanlah Beton Molen dari sisasisa campuran aspal yang masih tertinggal dari sisa pekerjaan terdahulu dengan menggunakan air. - Putarlah Beton Molen dengan kecepatan yang rata antara 25 sampai 30 putaran per menit. - Takarlah agregat sesuai dengan jumlah yang diperlukan untuk masing-masing fraksi batuan. - Masukkan batuan secara berurutan dimulai dari batuan kasar, sedang dan halus. - Periksa dengan tangan kelembaban batuan yang sedang dicampur. Bila batuan terlalu kering beri tambahan air secukupnya. - Setelah batuan tercampur merata maka tuanglah aspal emulsi sesuai dengan takaran secara perlahanlahan dan penuangannya tidak terlalu tinggi dari bibir Beton Molen. - Kontrol keadaan Campuran dan Usahakan agar proses pencampuran sekitar 6 menit. - Agar pencampuran berhasil baik, untuk satu Beton Molen tahap penuangan bahan dilakukan dalam 3 tahap dan setelah melakukan 10 kali pencampuran alat Beton Molen dibersihkan kembali. 22
26 4.2.4 Pengangkutan, Penghamparan dan Pemadatan Perkerasan Campuran Dingin Pengangkutan campuran ke lokasi penghamparan dilakukan dengan menggunakan Dump Truck. Truck untuk mengangkut campuran harus mempunyai alas logam, bersih dan rata. Badan Truck disemprotkan air sedikit, minyak bakar encer atau larutan kapur untuk mencegah campuran melekat pada alas Truck. Campuran yang akan dihampar hendaknya masih berwarna coklat. Mengingat bahan ini bersifat permeable maka penting bahwa permukaan yang ada bebas aliran air dan harus kedap air sebelum bahan campuran dihampar. Penghamparan dilakukan memakai Asphalt Finisher. Pemadatan dilakukan dengan Tandem Roller dan Pneumatic Tyre Roller. Pemadatan awal dilakukan dengan Tandem Roller sebanyak 2-4 kali lintasan dengan kecepatan 5 km/jam. Penggilasan harus dimulai dari tepi yang lebih bawah dan berpindah ke arah bagaian tengah. Abu batu atau pasir dapat diberikan secara merata dengan takaran 2-4 k/m 2. Pemadatan lanjutan dengan menggunakan Pneumatic Tyre (Pemadatan Akhir) Roller sebanyak 2-10 lintasan. Hasil pemadatan perkerasan masih berwarna coklat. Sebelum jalan dibuka untuk dilalui oleh lalulintas hendaknya permukaan perkerasan ditaburi dengan pasir halus guna melindungi kontak langsung antara ban kendaraan dengan permukaan perkerasan. Apabila turun hujan pada saat setting belum sempurna, maka perkerasan dilabur dengan aspal dan pasir. Untuk mengetahui kapan proses penguapan air dalam campuran perkerasan telah 100% atau mendekati 100 %, maka diambil contoh dengan berbagai kadar emulsi diudara terbuka namun terlindung dari sinar matahari. (kurang lebih sekitar 9 hari). Proses setting telah sempurna apabila perkerasan telah berubah menjadi warna hitam. Pembukaan jalan dilakukan setelah 6 jam penghamparan dengan kecepatan rendah. Pemberian lapisan pasir yang agak kasar akan melindungi perkerasan dari roda kendaraan. 23
27 LAMPIRAN
28 DAFTAR BUKU STANDAR DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA NO. JUDUL BUKU NO. REGIRTRASI 1. Peta Klasifikasi Fungsi Jalan Seluruh Indonesia Desember 1986 (Tentative) 2. Produk Sandar Untuk Jalan Perkotaan Februari Standar Specification For Geometric Design Of Januari 1988 Urban Roads 4. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Januari 1988 Perkotaan 5. Manual Pemeliharaan Jalan 03/MN/B/ Panduan Survai dan Perhitungan Waktu Perjalanan 001/T/BNKT/1990 Lalu-lintas 7. Panduan Survai Wawancara Rumah 002/T/BNKT/ Petunjuk Perambuan Sementara Selama Pelaksanaan 003/T/BNKT/1990 Pekerjaan 9. Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan 004/T/BNKT/ Petunjuk Pelaksanaan Pemasangan Utilitas 005/T/BNKT/ Petunjuk Pelaksanaan Pelapisan Ulang Jalan 006/T/BNKT/1990 PadaDaerah Kereb Perkerasan dan Sambungan 12. Petunjuk Perencanaan Trotoar 007/T/BNKT/ Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan 008/T/BNKT/ Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku(Beton Semen) 009/T/BNKT/ Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan 010/T/BNKT/1990 di Wilayah Perkotaan 16. Standar Spesifikasi Kereb 011/S/BNKT/ Petunjuk Perencanaan Marka jalan 012/S/BNKT/ Petunjuk Lokasi dan Standar Spesifikasi Bangunan 013/S/BNKT/1990 Pengaman Tepi Jalan 19. Tata Cara Perencanaan Pemisah 014/T/BNKT/ Tata Cara Perencaanaan Peberhentian Bus 015/T/BNKT/ Tata Cara Pelaksanaan Survai Inventarisasi Jalan 016/T/BNKT/1990 dan Jembatan Kota 22. Tata Cara Pelaksanaan Survai Perhitungan 017/T/BNKT/1990 Lalu-lintas Cara Manual 23. Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan 018/T/BNKT/1990 Kota 24. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka 001/T/BNKT/1991 Jalan Perkotaan 25. Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sederhana 002/T/BNKT/1991 Jalan Perkotaan 26. Standar Perencanaan Geometrik Untuk 003/T/BNKT/1992 JalanPerkotaan 27. Tata Cara Survai Pendahuluan Jembatan di 004/T/BNKT/1991 Daerah Perkotaan 28. Tata Cara Survai Kondisi Jalan Kota 005/T/BNKT/ Tata Cara Penomoran Ruas dan Simpul Jalan Kota 006/T/BNKT/ Tata Cara Menyusun RPL dan RKL AMDAL Jalan 007/T/BNKT/1991 Perkotaan 31. Tata Cara Perencanaan Lansekap jalan 008/T/BNKT/1991
29 No. JUDUL BUKU NO. REGISTRASI 32. Spesifikasi Tanaman Lansekap Jalan 009/T/BNKT/ Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Kaku Rigit 010/T/BNKT/1991 Pavement) 34. Spesifikasi Penguatan Tebing 011/T/BNKT/ Spesifiksasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan 012/T/BNKT/ Standar Specification For Geometric Design of Urban Roads 37. Petunjuk Praktis Penataan Penghijauan Jalan dan Lingkungan 38. Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci untuk Permukaan Jalan Maret /BNKT/1992 SNI (SK SNI T F) 39. Tata Cara Pelaksanaan Teluk Bis SK SNI T Tata Cara Pemasangan Ultilitas di Jalan SK SNI T Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SK SNI T Spesifikasi Kurb Beton untuk Jalan SNI SK SNI S F) 43. Spesifikasi Trotoar SNI SK SNI S F) 44. Spesifikasi Bukan Pemisah Jalur SNI SK SNI S F) 45. Spesifikasi Bangunan Pengaman Tepi Jalan SNI SK SNI S F) 46. Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan 001/T/BNKT/ Spesifikasi Perencanaan Lansekap Jalan pada Persimpangan 48. Tata Cara Penanaman Tanaman Lansekap Jalan Perkotaan 002/T/BNKT/ /T/BNKT/ Standar Produk untuk Jalan Perkotaan Volume II 004/T/BNKT/ Tata Cara Pelapisan Ulang dengan Campuran Aspal Emulsi 005/T/BNKT/1992
TATA CARA PELAKSANA LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) UNTUK PERMUKAAN JALAN
TATA CARA PELAKSANA LABURAN ASPAL DUA LAPIS (BURDA) UNTUK PERMUKAAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana,
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) UNTUK PERMUKAAN JALAN
TATA CARA PELAKSANAAN LABURAN ASPAL SATU LAPIS (BURTU) UNTUK PERMUKAAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana,pengawas
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN
TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
Lebih terperinciSPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)
SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 05 UPR. 05.1 PEMELIHARAAN RUTIN PERALATAN & TENAGA AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Lebih terperinciCape Buton Seal (CBS)
Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi
Lebih terperinciDIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT UMUM PERSYARATAN
6.1.1 UMUM DIVISI 6 PERKERASAN BERASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP IKAT DAN LAPIS PEREKAT 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Resap Ikat adalah lapisan dari aspal keras, aspal cair atau aspal emulsi yang
Lebih terperinciTATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS NO. 015/T/BNKT/1990
TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS NO. 015/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA P R A K A T A Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan
Lebih terperinciDIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT 6.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan
Lebih terperinciLAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)
BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi
Lebih terperinciPROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.
PROYEK AKHIR PU Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA 0+000 - STA 1+500 Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. Dipresentasikan Oleh
Lebih terperinciBerdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:
17 BABUI LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 1. Konstmksi perkerasan lentur ("fleksibel pavement"), yaitu perkerasan yang menggunakan
Lebih terperinciSEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL
SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL Skh 6.8.1. UMUM 1) Uraian Cape Buton Seal (C BS) adalah jenis lapis permukaan yang dilaksanakan dengan pemberian lapisan aspal cair yang diikuti dengan penebaran dan pemadatan
Lebih terperinciPEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL
Lebih terperinciTATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990
TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA P R A K A T A Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciberlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri
Lebih terperinciMETODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)
METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur
BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2008 SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan adalah lapis perkerasan yang berada diantara lapis tanah dasar dan roda kendaraan. Fungsi dari perkerasan jalan ini yaitu sebagai pelayanan untuk transportasi
Lebih terperinci1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)
Lebih terperinciCara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat
Standar Nasional Indonesia Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat ICS Badan Standardisasi Nasional B SN Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1
Lebih terperinciSpesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN)
Standar Nasional Indonesia ICS 65.060.5 Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN) Badan Standardisasi Nasional SNI 6751:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK AGREGAT TERHADAP CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH KARAKTERISTIK AGREGAT TERHADAP CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Lie Dick Saputra 1, Robby Saputra Pangloli 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmajadja 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan untuk
Lebih terperinciDIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT. 2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
DIVISI 6 PERKERASAN ASPAL SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT 6.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan
Lebih terperinciPELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Jln. Pattimura 20 Jakarta Selatan
by : Ir. Indra Miduk Hutabarat, MM PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Jln. Pattimura 20 Jakarta Selatan TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah selesai mengikuti
Lebih terperinciDIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SPESIFIKASI UMUM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN FINAL April 2005 PUSAT LITBANG PRASARANA TRANSPORTASI BADAN PENELITIAN
Lebih terperinciSpesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciA N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015
LAMPIRAN IX PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 44 TENTANG STANDARISASI HARGA SATUAN BANGUNAN, UPAH DAN ANALISA PEKERJAAN UNTUK KEGIATAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2015 A N A L
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASBUTON AGREGAT (LASBUTAG)
TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASBUTON AGREGAT (LASBUTAG) BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata Cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan lapis aspal buton agregat
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada penelitian penulis yang berjudul Perbandingan Tebal Perkerasan Lentur Metode Manual Desain Perkerasan 2013 dengan Metode AASHTO 1993 (Studi Kasus: Jalur JLS Ruas
Lebih terperinci1 PEKERJAAN PENDAHULUAN
SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 PEKERJAAN PENDAHULUAN Lingkup Pekerjaan Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan konstruksi
Lebih terperinciPEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...
Lebih terperinciLapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Perkerasan Jalan 2.1.1.1 Pengertian Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar ar dan roda
Lebih terperinciDIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN
DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Kevin Chandra 1, Percy Tambran 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Penggunaan Campuran Aspal Emulsi Dingin
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. ASPAL Aspal adalah bahan alam dengan komponen kimia utama hidrokarbon, hasil explorasi dengan warna hitam bersifat plastis hingga cair, tidak larut dalam larutan asam encer dan
Lebih terperinciSpesifikasi aspal emulsi kationik
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciEVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK
EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN Asrul Arifin ABSTRAK Pengujian dilaboratorium terdiri dari Tes Ekstraksi, Uji Analisa Saringan dan Tes Marshall. Uji Ekstraksi harus dilakukan
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciCara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciTKS 4406 Material Technology I
TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Definisi Aspal adalah material hitam atau coklat tua, pada
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,
Lebih terperinciGambar 4.1. Bagan Alir Penelitian
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai
Lebih terperinciCara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciKONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut : 1. Berdasarkan pengambilan data dan analisis yang sudah dilakukan
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON
ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA
TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian
BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Dalam penelitian ini tipe stone crusher yang digunakan adalah tipe stone crusher jaw to jaw yang banyak dan sering digunakan di lapangan dimana jaw pertama sebagai crusher primer
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN
Lebih terperinciDIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.
5.1.1 UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT 1) Uraian a) Lapis Fondasi Agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak diantara lapis
Lebih terperinciPERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR Michael Kevindie Setyawan 1, Paravita Sri Wulandari 2, Harry Patmadjaja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciAgus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4
STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS
EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciDIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN
4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama
Lebih terperincimelalui daerah berbentuk kerucut di bawah roda yang akan mengurangi tegangan
BAB HI LANDASAN TEORI 3.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke badan jalan, supaya
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS
PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS Miristika Amaria Pasiowan Oscar H. Kaseke, Elisabeth Lintong Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran
Lebih terperinciSpesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang
Lebih terperinciPENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT
PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF CAMPURAN LAPIS PONDASI ATAS / CEMENT TREATED BASE (CTB) DENGAN PERBANDINGAN PERSENTASE SEMEN Nama: Gery Perdana Putra Pesambe NIM: 03112060
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)
PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang,
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 28/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ASBUTON CAMPURAN PANAS HAMPAR DINGIN (COLD PAVING HOT MIX ASBUTON, CPHMA) PEDOMAN Bahan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 19/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGABUTAN (FOG SEAL) UNTUK PEMELIHARAAN
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
Lebih terperinciAlik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciEFISIENSI PENGGUNAAN ECOMIX PADA KONSTRUKSI FLEXIBLE PAVEMENT
EFISIENSI PENGGUNAAN ECOMIX PADA KONSTRUKSI FLEXIBLE PAVEMENT Sumarji Program Studi Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. Tentara Rakyat Mataram 57 Yogyakarta Email: zadaahmad@gmail.com 1.
Lebih terperinciCara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton
Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS
KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS Steward Paulus Korompis Oscar H. Kaseke, Sompie Diantje Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK DAN APLIKASI CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN SPESIFIKASI CAMPURAN ASPAL PANAS
ANALISA KARAKTERISTIK DAN APLIKASI CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN SPESIFIKASI CAMPURAN ASPAL PANAS Kevin Alexander 1, Timotius Prasetyo 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Jenis
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN JALAN
METODE PELAKSANAAN JALAN Ketentuan-ketentuan, persyaratan-persyaratan, tata-cara pelaksanaan pekerjaan sangat dianjurkan mengikuti pada spesifikasi yang diberlakukan pada proyek bersangkutan. Mobilisasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG
PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperincigambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan
BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
Lebih terperinciMANUAL. Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan Buku 8 PERMASALAHAN LAPANGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA. Konstruksi dan Bangunan
MANUAL Konstruksi dan Bangunan No: 002-08 / BM I 2006 Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan Buku 8 PERMASALAHAN LAPANGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Prakata Salah satu aspek penting
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinci