PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA. Danarti Karsono ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA. Danarti Karsono ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

KEBUDAYAAN. 1. Pengertian

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

KEPEKAAN MERUANG SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR. Syaifuddin Zuhri UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

Alam Dan Kebudayaan Tinjauan Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

Jawa Timur secara umum

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Faktor-Faktor dalam. Perancangan Desain

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

Transkripsi:

PERGESERAN NILAI BUDAYA PADA BANGUNA RUMAH TRADISIONAL JAWA Danarti Karsono ABSTRAK Rumah tradisional sebagai salah satu peninggalan Arsitektur Tradisional mempunyai arti sebagai arsitektur yang mencerminkan gagasan dan perilaku masyarakat pendukungnya berkenaan dengan pemafaatan bentuk dan ruang untuk memenuhi hajad hidup masyarakat pada masanya baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Masyarakat jawa dalam membangun rumah selalu berpedoman pada kaidah-kaidah yang telah dianut secara turun temurun berdasarkan kebudayaan jawa. Kaidah-kaidah membangun dalam arsitektur jawa sebagai suatu unsure kebudayaan sangat ditentukan oleh manusia, tradisi dan filosofi dan unsur-unsur itu sangat menentukan fungsi dsari arsitektur, bangunan dan ruang. Pada penelitian ini dikaji fenomena karateristik pergeseran nilai budaya dengan mengkaitan perubahan aspek fisik dan non fisik. Untuk memperoleh faktor pengaruh yang bersifat deskriptif dari perubahan bentuk bangunan maka metoda pendekatan yang digunakan adalah metoda observasi jejak fisik. Diharapkan dengan metoda ini nantinya akan dapat dijelaskan adanya pengaruh yang melatar belakangi terjadinya perubahan tersebut. Dalam pembahasan penelitian ini diambil kriteria pergeseran nila-nilai budaya yang berkaitan dengan bangunan rumah tradisional jawa, bangunan-bangunan yang digunakan perbandingan adalah bangunan rumah tradisional yang terletak diwilayah inti (kutanegara) dan nagaragung. Pengambilan smpel ini dengan pertimbangan bahwa bangunan-bangunan yang terdapat pada wilayah tersebut dalam pembangunannya menggunakan kaidah dan norma yang baku. Hasil pembahasan menghasilkan kesimpulan yang antara lain menggugah kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya jawa yang dicerminkan pada bagnuna rumah tradisional, hendaknya selalu dijaga kelestariaannya dan dipelihara selaras dengan perkembanhan jaman. Kata kunci : Pergeseran Budaya, Rumah Tradisional Jawa. 1. Pendahuluan Rumah tradisional sebagai salah satu peninggalan Arsitektur tradisional mempunyai arti penting sebagai arsitektur yang,mencerminkan gagasan dan perilaku suatu masyarakat pendukungnya berkenaan dengan pemanfaatan bentuk ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Masyarakat jawa dalam membangun rumah selalu berpedoman pada kaidah-kaidah yang telah dianut secara turun temurun berdasarkan kebudayaan jawa, dimana bentuk, ukuran serta bahan yang dipergunakan pada rumah tersebut akan mencerminkan keberadaan penghuninya yang dilihat dari derajat, pangkat, kekuasaan serta kewibawaannya. Di dalam masyarakat jawa, rumah yang lengkap terdiri dari beberapa bangunan yaitu pendopo, dalem, pringgitan, gandok, pawon dan lain sebagainnya. Setiap bangunan mempunyai fungsi serta makna yang berbeda. Salah satu fungsi rumah tradisional jawa misalnya pendopo merupakan daerah untuk laki-laki, sedangkan daerah perempuan adalah dibelakang pendopo yaitu dalem yang bersifat pribadi. Sesuai dengan tradisi jawa 1

mengisyaratkan bahwa perempuan ada dibelakang laki-laki. Kaidah-kaidah membangun dalam arsitekturjawa sebagai unsur kebudayaan yang sangat ditentukan oleh manusia tradisi dan filosofi jawa. Unsur-unsur itu sangat menentukan fungsi dari arsitektur, fungsi dari bangunan dan fungsi ruang ( Parmono Admadi, 1984). Adanya perubahan dan perkembangan pada berbagai unsure tersebut diatas tentunya mempengaruhi perkembangan arsitektur jawa. 1.1 Permasalahan Adanya pergeseran nilai-nilai yang hakiki pada kebudayaan jawa mempengaruhi berkembangnya rumah tradisional jawa, dimana perubahan ini dapat berupa perubahan fisik maupun non fisik. Dengan adanya pergeseran dan perubahan tersebut maka timbul permasalah yakni : a. Apakah faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut? b. Bagaimanakah perubahan fisik dan non fisik yang terdapat pada rumah tradisional jawa? 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Melestarikan kebudayaan jawa dengan menggali elemen-elemen fisik dan non fisik pada rumah tradisional jawa. b. Menentukan elemen-elemen fisik dan non fisik yang harus tetap ada agar bangunan rumah tradisional jawa tetap berakar pada bangunan jawa yantg melandasinya. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemahaman bagi suatu bangunan rumah tradisional jawa sebagai rumah tinggal, disamping untuk memperkaya wawasan konsep-konsep arsitektur yang tanggap terhadap perkembangan sosial budaya, bahan dan teknologi. 1.4 Lingkup Penelitian Ruang lingkup Penelitian berkaitan dengan karakter bangunan tradisional yang menyangkut masalah fisik arsitektur serta unsur-unsur yang mendukung adanya pergeseran nilai rumah tinggal tradisional. Permasalahan Arsitektur tradisional jawa tidak boleh dianggap permasalahn secra teknis atau fisk semata karena terdapat faktor-faktor lain yang harus diperhatikan yaitu tingginya budaya, patokan dan perhitungan ( petungan) jawa, batasannya dapat didefinisikan berdasarkan tempat dan waktu. 1.5 Metodologi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengkaji fenomena karateristik pergeseran nilai budaya dengan mengkaitkan perubahan aspek fisik dan non fisik untuk memperoleh fakto-faktor pengaruh yang bersifat deskriptif dari perubahan bentuk bangunan rumah tradisional jawa, maka metoda pendekatan yang digunakan adalah metoda observasi jejak fisik ( observing Phisical Tracer). Metoda ini dapat menjelaskan adanya pengaruh fisik dan non fisik sebagai latar belakang terjadinya perubahan, digunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. 1.6 Langkah-langkah Pokok Penelitian Penelitian secara garis besar dapat dibagi dalam dua tahap, yakni : a. Metodologi Penelitian (research) b. Teori-teori yang berkaitan dengan perubahan sosiologi arsitektur pada umumnya. c. Tentang arsitektur Tradisional jawa. d. Perkembangan sosio-budaya masyarakat jawa. Penelitian lapangan, pada tahap ini merupakan kegiatan yang dilakukan dilapangan, antara lain : a. Observasi Pendahuluan. b. Pengamatan dan sketsa bangunan rumah tradisional jawa. Data fisik yang akan dilihat secara visual sebagai gambaran terhadap fenomena perubahan fisik direkam dengan fotografi, sketsa perubahan beserta deskripsi-deskripsi perubahan serta non fisik dijaring melalui wawancara. 2

Data non fisik yang akan dikaji terhadap faktor-faktor penentu pergeseran nilai budaya rumah tradisioanl jawa meliputi data penghuni, latar belakang dan kehidupan sosio-budaya dalam konteks perubahan masyarakat serta peran aerta kemajuan teknologi serta adanya intervensi pemerintah terhadap pelestarian rumah tradisional jawa. 2. TINJAUAN PUSTAKA a. Manusia dan Budaya Pemahaman tentang manusia dan budaya merupakan pemahaman atas dua hal yang terpisahkan. Karena manusia adalah pelaku kebudayaan dan kebudayaan adalah lingkup tempat seharusnya manusia hidup. Dalam kebudayaanyalah tercermin sgala kenyataan bernilai dan berharga. Keeratan hubungan manusia dengan kebudayaan, dapat disimak dari konsep awal tentang kebudayaan, yakni keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang lain yang diperoleh manusia sebagai warga masyarakat. Oleh karenanya, manusia disebut sebagai makhluk budaya. Dipandang sebagai makhluk alamiah, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan rohani. Sedangkan aktivitas kebudayaan berfungsi untuk memenuhi komplek kebutuhan naluri manusia (Malinowski, dalam Koentjaraningrat, 1974). Maka pernyataan manusia sebagai makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan dimensi hidup dalam perilaku manusia, dan dalam kebudayaanyalah tercakup hal-hal berkaitan dengan persepsi manusia terhadap lingkungannya serta masyarakatnya. Dengan demikian hubungan antar manusia, kebudayaan, perilaku, dan lingkungan sangatlah erat. b. Hubungan antara Manusia, Budaya, Perilaku, dan Lingkungan binaan Kemampuan manusia meraih sebanyak mungkin hal dalam hidupnya adalah melalui kesanggupannya untuk mengatur lingkungan tempat hidupnya, sebagaimana dikatakan oleh Keneth Zola ( Suparlan, 1984. 6). Sejak bahasa pengamatan dan cara berfikir merupakan hal utama dalam aspek fungsional manusia, cara manusia menerima, berfikir dan mengingatingat lingkungannya, sangat memberi penjelasan. Cara manusia berfikir dan merasakan tentang lingkungannya, akan direfleksikan penggunaannya melalui proses psikologis yang menjadi kunci perilaku dan aktifitas untuk menghargai lingkungan binaan, selain untuk membentuk dan mengarahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah disediakan di dalam lingkungan ( Altman, 1980, 3). Perilaku manusia pada hakekatnya dapat disesuaikan dengan lingkungan fisik maupun social disekitarnya secara bertahap dan dinamis. Perilaku dapat pula dijabarkan sebagai proses interaksi antara kepribadian dan lingkungan. Laingkungan mengandung rangsang/stimulus, kemudian akan ditanggapi oleh manusia dalam bentuk respon. Respon inilah yang disebut perilaku. Oleh karenanya manusia dengan keterbatasannya daya tahan psiko-fisiknya ( Budoyo, dkk, 1986, 10) menciptakan suatu lingkungan buatan sebagai perantara antara dirinya dengan lingkungan alamiah ( natural world) dan lingkungan masyarakat beradab ( civilized society). Lingkungan buatan bersifat nyata dan diciptakan atas dasar pengalaman empiris manusia dengan lingkungan-lingkungannya, baik secara special maupun temporal, lingkungan buatan ini bersifat objektif. Hubungan manusia dengan lingkungan binaannya, merupakan suatu jalinan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya ( transcational interdependency). Artinya, manusia mempengaruhi lingkungannya, demikian pula sebaliknya lingkungan akan mempengaruhi manusia. Berdasarkan suatu teori yang menganggap lingkungan merupakan rangsang/ stimulus terhadap proses kejiwaan manusia yang menghasilkan pola perilaku tertentu, maka hubungan antara manusia dengan lingkungannya adalah sebagai mana tergambar dalam diagram dibawah ini : 3

yang penting. Biasanya rumah jawa menghadap selatan, yang diartikan sebagai arah masuk bangunan atau arah terdapatnya pendopo (Ruang penerima tamu). Arah selatan ini didalam konsep kehidupan Jawa mempunyai nilai sacral berkaitan dengan konsep kosmologi gunung dan laut. Dalam hal ini gunung merapi dan laut selatan mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan arah hadap rumah. Salah satu penyebab pergeseran budaya adalah adanya interaksi dengan unsur-unsur dari luar sehingga terjadi proses alkuturasi. Di dalam prose tersebut terjadi perpaduan antara budaya lokal dengan budaya luar. Seberapa jauh pengaruh budaya luar terhadap budaya lokal tergantung dari local genius yang dimiliki oleh suatu masayarakat. 3. PEMBAHASAN Dalam pembahasan penelitian Bangunan Rumah Tradisional Jawa disini akan diambil kriteria pergeseran nilai-nilai budaya bangunan yang telah mengalami pergeseran-pergeseran baik karena tingkat sosial budaya penghuninya maupun adanya intervensi yang berupa masuknya budaya luar ataupun adanya perkembangan penggunaan material. Untuk mendapatkan hasil yang dimaksud, maka dalam pembahasan ini diambil bangunan rumah, tradisional rumah tradisional jawa yang letaknya masih dalam wilayah negaragung dan bangunan rumah tradisional yang ada diluar kawasan Kutanegara. Ditinjau dari sebarannya sesuai kriteria yang diambil maka rumah tradisional pada wilayah kutanegara (disebut dengan wilayah I) Menunjukkan rumah dengan konsep orientasi utara-selatan menunjukkan prosentase tinggi, dimana banyak rumah tradisional disini yang sedikit sekali mengalami pergeseran dalam hal orientasi. Adapun bangunan rumah tradisional yang telah mengalami pergeseran pada wilayah ini disebabkan karena faktor ekonomi, perubahan kepemilikan atau disebabkan karena kebutuhan privasi sehingga orientasi menjadi ganda. Dengan demikian gambaran orientasi bangunan kea rah selatan yang menunjukkan nilai sakral masih banyak dilestarikan dan dianut pada penghuni bangunan rumah tradisional di bagian I (bagian inti), dan akan bergeser berkurang ke arah luar (diluar kutanegara), bila nilai sacral tersebut sebagai nilai yang dihormati dan terdapat pada masyarakat, maka dengan demikian telah terjadi pergeseran nilai. Pergeseran nilai tersebut dapat disebabkan oleh nilai penghormatan atas peninggalan (warisan) yang telah memudar, perubahan pandangan hidup atas keyakinan yang baru dan kebutuhan akan wadah fisik menuntut untuk lebih didahulukan. 3.1 Pergeseran Orientasi Bangunan Bagi masyarakat jawa arah hadap bangunan rumah tradisional merupakan hal 3.2 Pergeseran bentuk bangunan Perubahan bentuk diartikan sebagai perubahan wujud ( form) dari bangunan, dapat dikategorikan sesuai dengan pembagian wujud 4

bangunan ( kepala,badan,kaki). Dalam penelitian ini dikategorikan dalam perubahan atap, dinding tolak ukur yang digunakan adalah 20 tahun terakhir. Dalam pergeseran maupun perubahan suatu tapak bangunan yang menjadi subyek adalah ruang dan material yang mempunyai volume, komposisi dan struktur ( Habraken, 1978). Dalam beberapa hasil penelitian pada perubahan bangunan rumah dapar disarikan bahwa bagian rumah yang sering mengalami perubahan adalah : a. Dinding luar, pintu, jendela pada fasad karena pengaruh modernisasi atau kebutuhan privasi ( Ratnawati, 1993). b. Fungsi dan besarnnya ruang, lay-out ruang karena kebutuhan penghuninya baik untuk kebutuhan ekonomi (usaha), bagi keluarga dan bagi kebutuhan privasi. c. Kepadatan atau koefisien dasar bangunan karena perkembangan keluarga atau kebutuhan ekonomi (Indrosaputro, 1993). d. Material bangunan, karena pengaruh modernisasi ( Ratnawati, 1993). Hasil penelitian pada bangunan rumah tradisional di wilayah I (wilayah kutanegara) pergantian atap terjadi karena pergantian bahan penutup dan bahan konstruksi, sedang untuk wujud, bentuknya tetap. Perubahan dinding meliputi penambahan pintu dan jendela, serta perubahan penggunaan bahan, perubahan lain berupa perubahan penggunaan bahan finishing ( warna, ornament/ hiasan). 3.3 Pergeseran Fungsi Bangunan Rumah merupakan cermin kehidupan penghuninya, karena rumah tidak saja berfungsi sebagai wadah atau tempat berteduh dan tinggal, namun juga menampilkan personifikasi secara individu dan kelompok dari penghuni, keberadaan dan peranan di masyarakat. Pergeseran fungsi bangunan dan ruang pada bangunan rumah tradisional jawa merupakan indikator pergeseran perilaku penghuninya, pergeseran tersebut dapat terjadi oleh berbagai sebab kualitatif dan kuantitatif berkaitan dengan jumlah dan macam kegiatan penghuni. Sedang kegiatan yang bersifat kualitatif berkaitan dengan kebutuhan akan selera, rasa dan suasana. Hasil penelitian untuk pergeseran fungsi bangunan memperlihatkan bahwa bagian pusat (wilayah I : wilayah kutanegara) pergeseran nilai untuk fungsi bangunan yang berkaitan dengan symbol, status dan penggunan ruangnya tidak banyak bergeser, karena konsep nilai simbolisme sebagai symbol status kehidupan penghuni, nilai sacral dan upacara-upacaralebih diutamakan pada wilayah ini. Pada wilayah yang menjauhi pusat budaya ( wilayah I), bangunan rumah tradisional Jawa banyak mengalami Pergeseran terutama pada penggunaan ruang-ruangnya. Hal ini disebabkan karena pola kehidupan penghuninya telah bergeser dari kehidupab tradisional ke kehidupan modern yang tidak terikat lagi secara hakiki dengan nilai-nilai sakral dan simbol-simbol budaya yang penuh makna. 3.4 Penggunaan Konstruksi dan Bahan Bangunan Sistem konstruksi yang digunakan pada Pembangunan rumah tradisional Jawa adalah menggunakan struktur sendi dan jepit dengan konstruksi ragam jawa dan pasak kayu. Bangunan ditopang oleh soko guru serta tiangtiang dan blandar, pada bagian kaki terdapat umpak yang penampilannya selalu dihiasi oleh ornamen-ornamen. Untuk penutup atap pada bangunan yang masih asli digunakan penutup atap sirap. Rumah tradisional Jawa dengan kriteria diatas masih terdapat di daerah penelitian kawasan I ( kutanegara) dan sebagian daerah negaragung, apabila terdapat pergeseran yang terlihat jelas adalah pada penggunaan penutup atapnya yakni perubahan dari sirap berubah menjadi penutup atap genteng. Dalam penggunaan bahan bangunan untuk bangunan rumah tradisional yang masih belum mengalami pergeseran bentuk maupun fungsi-nya bahan yag digunakan masih asli, yakni bahan-bahan yang mempunyai kualitas tinggi. Kayu yang digunakan adalah kayu Jati berkualitas yang mengambilan asalnya diketahui 5

6